Jumat, 28 Maret 2025 lalu, tiba-tiba Menteri Agama, Prof Nasaruddin Umar didemo oleh sekelompok orang dengan tuduhan kasus dugaan pencabulan. Namun, dalam pertemuan itu, dua orang perwakilan aksi segera meminta maaf karena melakukan demo secara ceroboh tanpa mengecek kebenarannya.
Sementara itu Menteri Agama menanggapinya dengan tenang, karena sebagaimana penuturannya, bukan sekali ini beliau diterpa kabar miring dan fitnah-fitnah yang tidak bertanggung jawab.
Syahril, koordiantor aksi tersebut akhirnya meminta maaf kepada Menteri Agama yang telah melakukan demo sehingga berdampak buruk kepada pribadi dan institusi Kementerian Agama. Mereka juga mengungkapkan penyesalannya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. Tentu permintaan maaf itu diterima dengan lapang dada oleh Menteri Agama, yang seorang pemaaf.
Sebagaimana penuturan Menteri Agama, bahwa beliau maafkan mereka, karena menurutnya Nabi dan istrinya, Aisyah juga tak luput dari fitnah. Justru beliau mendoakan mereka supaya para pendemo tersebut diampuni oleh Allah Swt.
Beliau juga mengatakan selama ini telah kenyang dengan isu dan fitnah yang dituduhkan sebagai Syiah, Yahudi, Hindu, dan liberal, karena kedekatannya dengan pemeluk agama lain selama menjadi Imam Masjid Istiqlal.
Keteladanan Seorang Pemimpin
Memaafkan orang lain memang salah satu ciri orang yang bertakwa. Demikian juga meminta maaf kepada orang yang dizalimi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran: 133 bahwa ciri-ciri orang yang bertakwa adalah: menginfakkan sebagian hartanya baik dalam keadaan lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain dan bertaubat jika melakukan kezaliman.
Disinilah Menteri Agama sedang menjalankan perannya, memberi teladan kepada umat untuk menjadi seorang pemaaf (al’afina an al-nas) tersebut. Apalagi di tengah bulan suci Ramadhan yang memang harus dapat menahan diri (imsak) dari perbuatan yang terlarang dan segala sesuatu yang membatalkan puasa itu. Sebab, selama ini telah terjadi krisis keteladanan yang dilakaukan oleh para pemimpin kita. Di tengah arus krisis keteladanan tersebut, Menteri Agama memberi contoh yang baik (role model) bagi umat.
Memang, sejak dilantik menjadi Menteri Agama, Prof Nasaruddin Umar sudah bertekad untuk menunaikan amanah besar tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Dan tekad tersebut dapat dibuktikan dengan kerja 100 hari beliau yang mendapatkan dari berbagai pihak.
Antara lain penghargaan Elshinta Award dalam kategori The Exemplary Leadership. pada gelar Sarasehan Elshinta Award 2025 di Jakarta. Penghargaan tersebut diberikan atas keteladanan sebagai seorang pemimpin, menebar pengaruh positif dalam menjalankan hidup, konsisten dalam menjalankan visi dan misi, konsisten antara ucapan dengan tindakan, dan berintegritas tinggi.
"Saya tidak bisa berkata apa pun pada kesempatan ini, kecuali berterima kasih kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala Tuhan yang maha berkuasa," ujar Menag Nasaruddin saat itu. Sosok yang juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengungkapkan keyakinannya, bahwa bekerja dengan ikhlas akan membawa pada kebaikan. (*)
*) M. Zainuddin adalah Profesor Sosiologi Agama, Rektor UIN Maliki Malang
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)