Rekomendasi 6 Novel Sejarah Politik yang Menarik Dibaca saat Libur Lebaran

6 April 2025 14:00 6 Apr 2025 14:00

Thumbnail Rekomendasi 6 Novel Sejarah Politik yang Menarik Dibaca saat Libur Lebaran Watermark Ketik
Trilogi novel Shogun versi terjemahan bahasa Indonesia. (Penerbit KPG)

KETIK, SURABAYA – Sejarah dan politik selalu menjadi panggung yang menghadirkan intrik untuk meraih kekuasaan dan membawa perubahan besar yang membentuk dunia. Drama yang tersaji dalam sebuah episode fase sejarah, kerap menjadi inspirasi bagi penulis untuk menghasilkan novel bertema sejarah politik.

Novel sejarah politik adakalanya ditulis secara non fiksi, dalam arti kronik sejarah tersebut ditulis dalam bentuk yang akurat historis, meski tetap ada bumbu drama fiksi. Namun seringkali pula, novel sejarah politik menghadirkan tokoh fiksi yang muncul dalam setting peristiwa sejarah yang riil.

Dalam dunia sastra, kisah-kisah berlatar sejarah politik menghadirkan drama yang tak kalah menarik dari kenyataan. Dari perebutan tahta di Tiongkok kuno hingga revolusi yang mengguncang dunia, novel-novel sejarah politik menawarkan pengalaman membaca yang mendalam, penuh ketegangan, serta refleksi atas kekuasaan dan ambisi manusia.

Berikut kami sajikan rekomendasi novel sejarah politik terbaik versi Ketik.co.id yang bisa mengisi waktu libur lebaran anda.

 

1. Empress: Maharani Wu – Shan Sa

Menceritakan kisah Wu Zetian, satu-satunya wanita yang pernah menjadi Kaisar Tiongkok. Novel ini menggambarkan intrik politik, pengkhianatan, dan ambisi besar seorang perempuan yang menentang norma sosial untuk merebut kekuasaan.

Novel ini memiliki latar sejarah pada masa keemasan Dinasti Tang yang memerintah pada abad VII Masehi.

Maharani Wu menjadi tokoh sejarah yang istimewa tidak hanya karena menjadi kaisar perempuan pertama, tapi juga karena ketangguhannya dalam menumpas pemberontakan, mengatasi bencana kelaparan hingga sukses membawa kekaisaran berjaya dalam perdagangan internasional pada masa itu.

Namun, karakternya dibunuh dan difitnah sejak ia meninggal oleh para lelaki yang menjadi musuh politiknya. Hal ini yang hendak dibangkitkan oleh Yan Ni, seorang penulis kelahiran Beijing pada tahun 1972.

Sastrawan yang menggunakan nama pena “Shan Sa” ini kemudian berganti kewarganegaraan menjadi WN Prancis dan menghasilkan sejumlah novel yang sudah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa dunia.

 

2. Shōgun – James Clavell

Berlatar di Jepang abad ke-17, novel ini mengikuti perjalanan seorang navigator Inggris, John Blackthorne, yang terlibat dalam perebutan kekuasaan di Jepang feodal. Novel ini penuh strategi politik, perang, dan budaya samurai.

Novel ‘Shōgun’ ini terinspirasi dari Kekaisaran Jepang masa Kampanye Sekigahara (1598-1603) periode Sengoku. Periode ini merupakan gejolak antarpenguasa di Jepang antara Tokugawa Ieyasu dan Ishida Mitsunari.

Cerita dalam novel ini berfokus pada kehidupan feodal masyarakat Jepang pada tahun 1600 beberapa bulan sebelum pertempuran Sekigahara, dan memberikan penjelasan tentang kebangkitan daimyo “Toranaga” (analog dengan kehidupan nyata Tokugawa Ieyasu) menjadi Shogun Jepang, yang terlihat melalui mata seorang pelaut Inggris yang kapalnya terdampar di perairan Jepang.

John Blackthorne, seorang Inggris dari kapal perang Belanda Erasmus, yang terdampar di pantai Jepang. Dia dan beberapa yang awak selamat dari kapal Belanda diambil tawanan di bawah arahan samurai lokal Kasigi Omi dan disekap pada sebuah lubang selama beberapa hari, hingga, di mata penculik mereka, mereka mulai bertindak seperti ‘beradab laki-laki,’ yaitu, ketika mereka berhenti mengeluh, menuntut kebebasan mereka, berteriak, dll

 

3. The Cairo Trilogy – Naguib Mahfouz

Trilogi ini mengikuti kehidupan satu keluarga di Kairo dari era kolonialisme Inggris hingga gerakan nasionalis Mesir, dengan latar belakang peristiwa politik yang mengubah negara tersebut.

Trilogi ini dimulai dengan ‘Palace Walk’ (Jalan Istana) yang mengupas tentang tiga generasi keluarga patriark tirani al-Sayyid Ahmad Abd al-Jawad, yang memerintah rumah tangganya dengan tangan besi sembari menjalani kehidupan rahasia yang memanjakan diri sendiri. Palace Walk memperkenalkan kita pada istrinya yang lembut dan tertindas, Amina, putri-putrinya yang tertutup, Aisha dan Khadija, dan ketiga putranya—Fahmy yang tragis dan idealis, Yasin yang hedonis yang tidak sopan, dan intelektual Kamal yang mencari jiwa. Cobaan keluarga mencerminkan pencobaan negara mereka yang bergejolak selama bertahun-tahun yang mencakup dua perang dunia, karena perubahan datang ke masyarakat yang telah menolaknya selama berabad-abad.

Lalu dilanjutkan pada novel kedua, Palace of Desire. Dalam buku ini, digambarkan tentang bagaimana anak-anak al-Sayyid Ahmad Abd al-Jawad, yang memberontak berjuang untuk bergerak melampaui dominasinya, karena dunia di sekitar mereka terbuka terhadap arus modernitas dan kekacauan politik dan domestik yang dibawa oleh tahun 1920-an.

Trilogi ditutup dengan ‘Sugar Street’ yang membawa pembaca pada klimaks dramatis saat patriark yang menua melihat satu cucu menjadi seorang Komunis, satu fundamentalis Muslim, dan satu lagi kekasih seorang politisi yang kuat. Dipenuhi dengan drama yang menarik, humor bersahaja, dan wawasan yang luar biasa, Trilogi Kairo karya Mahfouz adalah pencapaian seorang pendongeng yang diganjar dengan Nobel Sastra.

 

4. Pulang - Leila S. Chudori

Novel Pulang membawa pembaca ke periode yang lebih jauh ke belakang, yaitu era pasca-peristiwa 1965 yang mengguncang politik dan sosial di Indonesia. Tokoh utama dalam novel ini, Dimas Suryo, merupakan seorang jurnalis yang menjadi korban pengasingan setelah tragedi Gerakan 30 September 1965. Hidupnya yang terpaksa berpindah ke Paris membuatnya harus menjalani kehidupan sebagai seorang eksil politik yang tak bisa kembali ke tanah air.

Novel ini ditulis oleh Leila Salikha Chudori, jurnalis senior Tempo, sehingga tak heran jika detail peristiwa ditulis dengan runtut khas karya jurnalisme sastrawi yang membawa pembaca merasakan episode paling kelam dalam sejarah Indonesia.

Dengan gaya penceritaan yang mendalam dan latar yang kaya akan detail sejarah, Pulang tidak hanya menghadirkan gambaran kehidupan eksil di luar negeri, tetapi juga menggali tema identitas, kehilangan, dan keterasingan. Leila S. Chudori sekali lagi menunjukkan kemampuannya dalam menghidupkan kembali masa lalu dengan pendekatan yang manusiawi dan penuh empati. Novel ini menjadi bacaan penting bagi mereka yang ingin memahami lebih jauh tentang dampak peristiwa 1965 terhadap individu dan sejarah Indonesia secara lebih luas.

 

5. Laut Bercerita - Leila S. Chudori

Laut Bercerita merupakan novel yang menggambarkan sisi kelam sejarah Indonesia, khususnya masa transisi dari Orde Baru ke Reformasi. Leila S. Chudori menghadirkan kisah tentang perjuangan aktivis mahasiswa yang menentang rezim otoriter di akhir tahun 1990-an. Tokoh utama dalam novel ini, Biru Laut, digambarkan sebagai seorang idealis yang harus menghadapi kekejaman negara terhadap para aktivis.

‘Laut Bercerita’ menjadi semacam proyek novel lanjutan Leila S. Chudori, setelah novel perdananya, ‘Pulang’ mendapat sambutan hangat dari pecinta sastra. Dalam riset penulisan novel ini, Leila menghadirkan sejumlah pihak, salah satunya Nezar Patria, jurnalis senior yang pernah menjadi korban penculikan militer di masa Orde Baru. Nezar Patria saat ini menjabat sebagai Wakil Menkomdigi.

Novel ini tidak hanya menyoroti peristiwa politik, tetapi juga menghadirkan sisi emosional dari para korban penculikan dan keluarganya yang harus menghadapi kehilangan. Dengan gaya narasi yang kuat dan puitis, Laut Bercerita menjadi novel yang mengajak pembaca untuk memahami sejarah dengan lebih dalam dan menyentuh. Karya ini menjadi salah satu bacaan penting bagi mereka yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah Reformasi Indonesia dan dampaknya bagi individu serta keluarga para korban.

 

6. Orang-Orang Proyek - Ahmad Tohari

Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari merupakan novel yang menggambarkan dunia konstruksi pada era Orde Baru, yang dipenuhi dengan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Tokoh utama dalam novel ini, Kabul, adalah seorang insinyur yang memegang teguh idealisme dan integritasnya saat mengerjakan sebuah proyek pembangunan jembatan. Namun, ia harus berhadapan dengan praktik kotor yang sudah mengakar dalam sistem proyek pemerintah.

Melalui novel ini, Ahmad Tohari mengkritik budaya korupsi yang terjadi dalam proyek-proyek pembangunan, di mana keuntungan pribadi dan kepentingan segelintir orang sering kali mengorbankan kualitas serta kesejahteraan masyarakat luas. Dengan gaya bercerita yang khas dan penuh dengan kritik sosial, Orang-Orang Proyek menjadi salah satu novel penting yang menggambarkan realitas dunia konstruksi di Indonesia pada masa itu.

Demikian, ulasan rekomendasi 6 judul novel sejarah politik terbaik versi Ketik.co.id. Selamat membaca. (*)

Tombol Google News

Tags:

novel sejarah politik rekomendasi novel terbaik Libur lebaran Empress Maharani Wu Shan Sa Dinasti Tang Shōgun James Clavell Kekaisaran Jepang Tokugawa Ieyasu Ishida Mitsunari The Cairo Trilogy Naguib Mahfouz novel Pulang Leila S. Chudori Leila Salikha Chudori jurnalisme sastrawi Nezar Patria korban penculikan militer orde baru Orang-Orang Proyek Ahmad Tohari