KETIK, SURABAYA – Jalan Tunjungan selama ini dikenal sebagai ikon kota Surabaya. Kawasan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan arek-arek Suroboyo itu biasanya ramai dengan wisatawan, pejalan kaki, hingga komunitas seni yang tampil memeriahkan suasana.
Namun, di balik gegap gempita atmosfer kawasan heritage ini, ada satu persoalan yang kini mengganggu rusaknya fasilitas pedestrian.
Trotoar yang semestinya nyaman bagi pejalan kaki kini menyajikan jebakan kecil yang bisa membahayakan.
Menurut pantauan Ketik.co.id ubin-ubin yang terangkat, permukaan yang tidak rata, hingga lubang-lubang terbuka mulai bermunculan di beberapa titik misalnya di depan Gerai Circle K. Tidak sedikit warga yang mengeluh bahkan nyaris terjatuh saat melintas.
Saat hujan, lubang tersebut terisi dengan air keruh yang semakin membuat tak nyaman pejalan kaki.
Menanggapi kerusakan pedestrian ini, Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Aning Rahmawati menyebut kerusakan ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, kondisi ini juga membahayakan keselamatan, terutama bagi anak-anak, lansia dan penyandang disabilitas.
"Seluruh Fasum harus menjamin keamanan keselamatan penggunanya, termasuk pedestrian," jelasnya pada Ketik.co.id Minggu 20 April 2025.
Pemerintah Kota Surabaya sebelumnya dikenal sigap dalam mempercantik ruang publik.
Namun, keluhan warga soal rusaknya pedestrian ini menjadi catatan penting untuk ditindaklanjuti segera. Apalagi Jalan Tunjungan merupakan etalase kota yang sering menjadi sorotan wisatawan domestik maupun mancanegara.
"Pemkot harus gercep menindaklanjuti aduan warga, apalagi yang darurat dan membahayakan keselamatan dan menjadi evaluasi pada seluruh pembangunan di kota Surabaya," terang Aning.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Aning Rahmawati. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Pemerintah Kota Surabaya sebenarnya telah menganggarkan dana yang tidak sedikit untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum.
Berdasarkan data APBD 2025, anggaran untuk pemeliharaan jalan dan trotoar mencapai puluhan miliar rupiah. Namun, implementasinya masih dirasa belum merata dan tepat sasaran.
"Ada, anggaran pemeliharaan lumayan besar," terang Aning.
Pemerintah kota memang perlu meninjau ulang skema pengawasan proyek infrastruktur ringan semacam ini.
Di tengah geliat pembangunan kota, aspek pemeliharaan kerap terabaikan. Padahal, fasum seperti trotoar adalah wajah pertama yang dilihat publik. (*)