Kisah Slamet, Veteran yang Melihat 12 Rekannya Gugur di Timor-Timur

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Marno

12 Agustus 2023 22:24 12 Agt 2023 22:24

Thumbnail Kisah Slamet, Veteran yang  Melihat 12 Rekannya Gugur di Timor-Timur Watermark Ketik
Veteran Operasi Seroja, Slamet, saat ditemui jurnalis Ketik.co.id di kediamannya. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-78, tidak lengkap rasanya jika kita tidak membicarakan sosok veteran. Mereka yang rela bertaruh nyawa demi bangsa dan negara. Kemerdekaan yang saat ini kita nikmati merupakan hasil perjuangan pahlawan, salah satunya adalah tentara veteran.

Inilah Slamet, pria kelahiran Trenggalek 31 Desember 1949 ini merupakan salah satu tentara veteran yang pernah berjuang pada operasi seroja 1975 di Timor Timur. Ditemui di rumahnya yang sederhana di kawasan Jalan Karangan Surabaya, pria 73 tahun ini menceritakan perjalanannya di dunia militer.

Slamet menyelesaikan pendidikan militernya di Angkatan Darat pada tahun 1971. Setelah itu ditugaskan ke berbagai daerah di Jatim, hingga akhirnya pada tahun 1972 dirinya diangkat menjadi paspampres di masa Presiden Soeharto. Setelah itu  dirinya dikirim bersama Kontingan Garuda VI sebagai pasukan perdamaian di Mesir hingga tahun 1973.

"Jadi setelah lulus tahun 1971 itu saya langsung keliling ditugaskan ke berbagai daerah seperti Blitar, Kediri sampai akhirnya di Jakarta menjadi Paspampresnya Pak Harto," Jelasnya.

Tak lama setelah pulang dari Mesir, Slamet melakukan persiapan untuk Operasi Seroja di Timor Timur 1975. Slamet menceritakan awalnya dirinya ditugaskan hanya untuk menjaga keamanan di wilayah Kota Maliana. Baru 1 hari tiba di lokasi dirinya disambut dengan serangan oleh pasukan Fretilin yang mengakibatkan 12 temannya gugur di medan pertempuran.

"Saya waktu sampai di Maliana itu sama temen temen memakai pakaian preman. Karena memang tugasnya kan cuma penjagaan saja. Tapi baru satu hari di sana kami diserang Fretilin, saya sendiri pun nyaris mati saat itu," tambahnya.

Selain pertempuran di Maliana, Slamet sempat bertempur di Bobonaro. Di sana dirinya juga  bertempur dan nyaris tertembak saat membawa jerigen air. Dirinya sempat pingsan dan dikira tewas oleh temannya.

"Jadi waktu di Bobonaro saya tertembak, untungnya pas kena jerigen air yang saya bawa. Hingga akhirnya saya pingsan dan dikira sudah meninggal. Lalu teman saya menyiram air ke muka dan saya sadar," ucapnya.

Pria 3 orang anak ini terlihat bersemangat dan berapi api saat menceritakan kisahnya saat masih aktif berjuang membela negara. Menurutnya semangat ini yang harus tetap dipupuk agar generasi muda tidak lupa jika kemerdekaan yang mereka nikmati sekarang adalah hasil darah dan keringat pahlawan.

Slamet mengakhiri karir militernya pada tahun 1982. Setelah sempat tinggal di Malang hingga dari tahun 1976 hingga 1984, dirinya memutuskan untuk pindah ke Surabaya dan menetap di Kota Pahlawan.

"Jadi saya pensiun tahun 1982 pada saat itu masih di Malang, lalu tahun 1984 pindah ke Surabaya sampai sekarang," pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Veteran Operasi Seroja Timor Timur Fretilin Slamet Dirgahayu Kemerdekaan RI