Lompat dari Kapal Hingga Berenang 2 Jam di Lautan Menuju Pulau Nusa Barung Jember, Ini Kronologi 2 ABK Jadi Korban Penipuan Perusahaan

20 Mei 2025 11:56 20 Mei 2025 11:56

Thumbnail Lompat dari Kapal Hingga Berenang 2 Jam di Lautan Menuju Pulau Nusa Barung Jember, Ini Kronologi 2 ABK Jadi Korban Penipuan Perusahaan
Sutiari dan Gibran, dua ABK yang berhasil menyelamatkan diri dari perusahaan dengan melompat dan terdampar di Pulau Nusa Barung, berhasil diselamatkan oleh prajurit Marinir TNI AL yang sedang berpatroli. (Istimewa/ TNI AL)

KETIK, JEMBER – Dua pemuda yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK)  terdampar di Pantai Nusa Barung  yang ada di perairan Jember, Jawa Timur, Senin (19/5/2025) kemarin.

Mereka terdampar di pulau tak berpenghuni itu selama berjam-jam akibat diduga menjadi korban penipuan atau PHP dari perusahaan yang mempekerjakannya.

Keduanya yakni Sutiari (25) asal Desa Karangsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, dan Muhammad Julianda Gibran (20) asal Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. 

Mereka nekat menyelamatkan diri dari kapal tempatnya bekerja dengan cara melompat dari kapal penangkap ikan untuk menyelamatkan diri.

Kemudian mereka berenang selama kurang lebih dua jam di Perairan Laut Selatan yang terkenal ganas itu. Hingga sampai dan selamat di sekitar Pasir Panjang, Pulau Nusa Barung.

Beruntung setelah berjam-jam menanti di pulau yang jadi konservasi Suaka Margasatwa hewan dilindungi itu, keduanya ditemukan oleh prajurit Marinir TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang sedang berpatroli di garis terluar perbatasan Indonesia. 

Mereka kemudian beristirahat semalam setelah berhasil diselamatkan sejumlah anggota Marinir TNI Angkatan Laut (AL) menggunakan perahu karet sekitar pukul 14.30 WIB pada Senin, 19 Mei 2025 kemarin.

Dikonfirmasi usai beristirahat, keduanya bercerita tentang kronologi upaya menyelamatkan diri itu.

Sutiari, mengaku bagian dari 32 ABK termasuk temannya yang selamat Gibran. Mereka sekitar 10-14 hari yang lalu, berangkat melaut dari Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, pada 5 Mei 2025, sekitar pukul 18.30 WIB. Kapal tersebut berlayar menuju Laut Jawa melalui jalur laut selatan, dengan tujuan menangkap ikan selama berbulan-bulan.

Namun, sesampainya di laut lepas, keduanya mendapati kenyataan pahit. Kontrak kerja yang awalnya disepakati selama 4 bulan tiba-tiba berubah menjadi 10 bulan. Upah yang dijanjikan antara Rp4,5 hingga Rp5 juta per bulan ternyata tidak sesuai kenyataan. Para ABK hanya akan dibayar berdasarkan hasil tangkapan selama pelayaran, dan itu pun masih dipotong sejumlah biaya.

“Dari rumah dijanjikan kontrak 4 bulan. Ternyata di kapal, pas sudah lepas dari dermaga, dibilang 10 bulan. Honor juga katanya dibagi hasil tangkapan. Bisa-bisa pulang cuma bawa sejuta atau lima ratus ribu,” kata Sutiari saat dikonfirmasi lewat sambungan telepon di Pulau Nusa Barung, Selasa (20/5/2025).

Lebih parahnya, perusahaan yang merekrut mereka tidak jelas identitasnya. Dalam kontrak hanya terlihat nama awal “PT Java”, sedangkan bagian belakangnya sengaja ditutupi saat penandatanganan. Jaminan keselamatan, kesehatan, hingga hak-hak dasar pekerja tak mereka dapatkan. Bahkan, HP dan KTP para ABK ditahan selama berada di atas kapal.

"Karena itu, kami menganggap pekerjaan ini tidak masuk akal. Kami nekat melompat dari kapal saat kapal mendekati Pulau Nusa Barung. Awal mau melompat disekitar selat Bali. Tapi saat itu kami takut dan khawatir karena lautnya yang dalam sekitar 6000 meter," ungkapnya.

Berbekal informasi dari GPS yang dipinjam dari rekan dekat nakhoda, mereka memutuskan berenang sejauh 2,2 mil laut atau sekitar 4 kilometer dari kapal menuju Pulau Nusa Barung. Kesempatan itu, kata Gibran menambahkan, tidak disia-siakan untuk upaya menyelamatkan diri.

“Kita udah persiapan seminggu sebelumnya. Dari jam 4 sore sampai jam 6, dua jam kami berenang. Sempat takut, tapi bismillah aja. Daripada terus disiksa di kapal,” ujar Gibran yang dikonfirmasi bersama dengan temannya Sutiari.

Keduanya berhasil mencapai daratan dan kini dalam kondisi selamat. Sementara itu, puluhan ABK lainnya masih berada di kapal karena tidak bisa berenang dan tidak memiliki akses keluar.

“Banyak dari mereka berasal dari Medan, Jambi, Lampung, Bekasi, Bogor, Garut. Mereka tidak bisa berenang, dan di laut seperti itu, nyawa jadi taruhannya,” lanjut Sutiari.

Hingga berita ini ditulis, diketahui saat ini kedua pemuda itu sudah bersama dengan sejumlah anggota Marinir TNI AL yang menjaga wilayah Pulau Nusa Barung. 

Mereka selanjutnya akna dievakuasi dan diserahkan ke Polair Polres Jember, untuk mendapat pertolongan serta penanganan lebih lanjut.

"Semalam kami bermalam di Pulau Nusa Barung karena cuaca masih ekstrem. Kedua pemuda itu juga bersama kami sejak kemarin. Ini sebentar lagi kita evakuasi setelah kondisi cuaca membaik," kata Komandan Satgasmar Pengamanan Pulau Terluar (Pam Puter) Pulau Nusa Barung, Letda Mar. Ery Subiyasno, saat dikonfirmasi.

"Lebih lanjut kami akan koordinasi dengan Polisi. Agar kedua pemuda ini bisa pulang kembali ke asalnya. Semalam mereka sedang istirahat setelah berusaha menyelamatkan diri," sambung Ery.

Tombol Google News

Tags:

Jember Pulau Nusa Barung ABK ditipu perusahaan terdampar Marinir TNI AL