KETIK, MALANG – Umat Tri Dharma Malang baru saja melaksanakan proses sembahyang bersama untuk menyambut Imlek 2576 Kongzili di Klenteng Eng An Kiong. Sejak pukul 05.00 WIB, klenteng tersebut sudah banyak didatangi oleh para umat.
Ketua Bidang Agama dan Pengawas Klenteng Eng An Kiong, Herman Subianto menjelaskan terdapat makna dalam proses sembahyang bersama yang puncaknya pada pukul 11.00 WIB. Klenteng Eng An Kiong sendiri menjadi tempat beribadah untuk umat Taoisme, Budha, dan Konghucu.
"Umat Tri Dharma berkumpul terus dipimpin satu orang. Prosesnya dari Tuhan yang Maha Esa, kemudian Dewa Utama. Jadi yang dianut tiga agama itu, Tuhannya hanya satu. Baru setelah minta ijin ke Dewa Utama, keliling ke dewa yang lain," ujarnya, Rabu 29 Januari 2025.
Dikatakan bahwa Imlek pertama dimulai pada 4.600 tahun yang lalu ketika telah ditetapkan oleh Raja Huang Di, Raja sekaligus Nabi Purba Ru Jiao (agama Khonghucu) yang ketiga. Perhitungan tersebut telah disesuaikan dengan kondisi masyarakat Tionghoa yang merupakan masyarakat agraris.
"Waktu itu kan banyak hujan, para petani tiap tahun waktu itu langsung banyak memulai cocok tanam dan berhasil semua. Makanya raja melihat itu langsung diadakan penetapan perayaanTahun Baru Imlek. Semua petani dikumpulkan, mereka berhasil semua di tanggal 1 bulan 1 tahun pertama," jelasnya.
Ibadah saat perayaan Imlek di Klenteng Eng An Kiong. (Foto: Lutfia/Ketik.co.id)
Klenteng Eng An Kiong memiliki 24 patung dewa yang memiliki sejarahnya masing-masing. Kebanyakan dewa-dewa tersebut berasal dari Taoisme seperti Dewa Rezeki. Namun ada juga dewa milik umat Budha seperti Dewi Kwan Im, dan juga Dewa Pendidikan milik Umat Konghuchu.
"Sebetulnya klenteng ini tidak bisa dikatakan milik siapa karena ada tiga agama yang utama. Kalau yang mendirikan pertama kan Fu Tek Ceng Sin (Dewa Bumi) dari Tao. Terus orang China kalau datang ke sini juga bawa dewa-dewa," lanjutnya.
Patung dewa yang dibawa masyarakat China saat datang ke Malang banyak yang dititipkan ke Klenteng Eng An Kiong. Akibat semakin banyaknya patung dewa yang dibawa saat itu, pihak klenteng akhirnya membangunkan ruang-ruang bagi para dewa.
"Misal yang dibawa Dewa Rezeki, nanti penduduk sekitar yang menganut juga ke sini. Tapi sebelum mereka masuk harus minta izin dulu sama dewa utama. Sebetulnya dewa-dewa itu ada ratusan tapi kita tidak bisa terima semua," ujarnya. (*)