KETIK, SURABAYA – Kesehatan gigi anak merupakan bagian penting dari tumbuh kembang yang sering kali diabaikan.
Banyak orang tua menganggap gigi susu tidak sepenting gigi permanen, padahal masalah pada gigi susu dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan mulut anak.
Permasalahan ini menjadi fokus utama orasi ilmiah Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Herbal Dalam Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Prof Dr Prawati Nuraini drg MKes Sp KGA Sub Sp KKA (K) pada Kamis 24 April 2025.
Prof Prawati menyebut pemanfaatan tanaman herbal menjadi solusi inovatif untuk permasalahan gigi anak.
Sifat alami pada herbal cenderung lebih aman, minim efek samping, dan berkelanjutan. Sebagai negara megabiodiversitas, Indonesia juga menyimpan berbagai potensi tanaman obat yang telah masyarakat gunakan sejak zaman dahulu.
“Pengetahuan lokal ini jika dikembangkan secara ilmiah dapat menghasilkan produk kesehatan yang tidak hanya efektif, tetapi juga ramah lingkungan dan terjangkau. Pengobatan tradisional juga menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur,” ungkapnya.
Prof Prawati menyarankan penggunaan jahe merah yang merupakan salah satu tanaman herbal dengan berbagai manfaat kesehatan.
Penelitian menunjukkan jahe merah mengandung senyawa bioaktif yang bersifat antibakteri, antiinflamasi, antijamur, dan mendukung pembentukan tulang.
“Inspirasi utama penelitian ini datang dari ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-Insan ayat 17–18, yang menyebutkan jahe sebagai minuman surga. Dari sana, saya menggali potensi jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) dalam konteks kesehatan gigi anak,” ungkapnya.
Dalam penelitiannya, Prof Prawati menemukan aktivitas antibakteri pada ekstrak jahe merah mampu menurunkan aktivitas infeksi bakteri.
Hal ini merupakan kunci dalam mencegah karies dan penyakit periodontal infeksi gusi pada gigi anak.
Menurutnya jahe merah juga berperan penting dalam penyembuhan luka pasca tindakan, perkembangan tulang dan perawatan gigi anak.
“Penggunaan herbal sebagai alternatif yang aman, efektif, dan ekonomis dapat menjadi pilihan yang alami, bebas efek samping, dan terjangkau. Namun demikian, penggunaannya harus tetap dalam pengawasan tenaga ahli dan hanya dalam dosis tertentu agar efektivitasnya tetap maksimal,” pungkasnya. (*)