KETIK, SURABAYA – Pelaksanaan salat tarawih memiliki perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaatnya. Sebagian umat Islam ada yang melaksanakan 20 rakaat dan ada yang 8 rakaat.
Perbedaan jumlah rakaat salat tarawih ini terjadi karena tidak ada hadis nabi yang membahas secara jelas. Nabi Muhammad sendiri di bulan Ramadhan tidak melaksanakan tarawih, melainkan salat malam atau qiamulail sesuai hadis yang diriwayatkan Aisyah.
Lantas, berapa jumlah rakaat yang paling utama?
Pengisi tausyiah radio El Victor sekaligus dosen Fikih Kontemporer UIN Sunan Ampel Surabaya, Muhammad Azmi menjelaskan umat Islam boleh memilih jumlah rakaat mana yang mendatangkan kekhusyukan.
“Kita diminta untuk memilih mana yang bisa menghadirkan kekhusyukan atau ketenangan dan bisa meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT,” ucap Azmi kepada ketik.co.id pada Rabu, 5 Maret 2025.
Menurut penuturannya, antara 20 dan 8 rakaat memiliki dasarnya masing-masing.
Salat tarawih 20 rakaat muncul pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Masa itu, sahabat Umar berinisiatif menghidupkan suasana islami di bulan Ramadhan dengan melaksanakan salat tarawih 20 rakaat ditambah salat sunnah ganjil 3 atau 1 rakaat.
"Ketika Rasulullah SAW wafat, sebagai bentuk inisiatif Umar bin Khattab agar bisa menghadirkan suasana islami maka di situlah salat tarawih atau qiamulail dilaksanakan," terangnya.
Tarawih 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir ini, imbuh Azmi, adalah pendapat mayoritas ulama empat mazhab. Yaitu Maliki, Hanafi, Syafi'i, dan Hambali.
“Di era Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi'i kemudian muridnya Imam Ahmad bin Hanbal, mereka juga antusias menyambut jumlah rakaat tarawih semuanya hampir 20 rakaat,” ungkap lulusan Universitas al Azhar Cairo Mesir itu.
Ini berbeda apabila menengok riwayat shahih yang lain. Berdasarkan salah satu riwayat, Rasulullah tidak pernah menambah rakaat lebih dari sebelas rakaat baik di bulan Ramadhan maupun selainnya.
“Bagaimana salat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di bulan Ramadhan? Aisyah menjawab, “Beliau tidak pernah menambah, baik di bulan Ramadhan atau selainnya dari sebelas rakaat," sebut Azmi mengutip hadis riwayat Bukhari Muslim.
Hadis shahih tersebut dijadikan dalil oleh umat Islam yang menjalankan salat tarawih 8 rakaat dengan 3 rakaat witir.
Menanggapi adanya perbedaan dua sumber valid tersebut, Azmi lebih memilih mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad. Ini karena ia menilai lebih mudah dilakukan.
Terlebih ada persaksian riwayat lain dari Ibnu Abbas sebagai pendamping nabi yang menyaksikan Rasulullah salat 8 rakaat ditambah 3 witir.
"Kalau kita disuruh milih, kalau ada yang dari nabi mengapa memilih dari sahabat,” pungkasnya. (*)