KETIK, BATU – Pengusaha muda Alfredo Dhilan G menilai, sejauh ini baru Pasang Calon (Paslon) Firhando Gumelar dan Haji Rudi (Guru) yang memiliki perhatian dan pemikiran bagaimana mengembangkan varietas apel di Kota Batu.
Apalagi, menurut pemilik pabrik apel di Kota Batu ini, Paslon Guru memiliki program pembuatan pusat riset dan inovasi untuk bidang pertanian yang selama ini dibutuhkan oleh petani di Kota Batu.
“Mas Gum (sapaan akrab Firhando Gumelar) yang datang ke sini. Dia masih muda, tapi memiliki perhatian lebih terhadap keberlangsungan dan pengembangan pertanian apel di Kota Batu. Saya rasa, dengan pemikiran yang terbuka, industri apel di Kota Batu akan maju dan besar,” ujar Alfredo Dhilan, Selasa 5 November 2024.
Menurut Sarjana Teknik Pengairan Universitas Brawijaya tersebut, petani di Kota Batu kini semakin terhimpit. Konidisi ini tak lepas dari minimnya perhatian pemerintah terhadap kelangsungan hidup pertanian di kota wisata ini.
Belum lagi, tidak adanya kebijakan dari pemerintah yang berpihak pada para petani. Bicara soal apel, jelas Alfredo, sampai saat ini di Kota Batu hanya ada empat varietas, yakni apel manalagi, anna, room beauty dan green smith atau apel hijau Australia.
"Hanya itu saja dari dulu. Tidak ada inovasi lagi," ucapnya singkat. Menurutnya, ini beda dengan buah yang lain-lain seperti jeruk, alpukat, dan lain-lain. Semua jenis buah-buahan itu varietasnya berkembang.
"Jadi kalau saya pikir, di sini itu ada balai jestraw milik Kementerian Pertanian di daerah Oro-Oro Ombo, tapi tidak ada yang fokus pembibitan buah apel. Seharusnya kalau ada penetrasi dari pemerintah karena di sini kan ada anggota dewan, pemkot, DPR RI juga ada, seharusnya bisa didorong untuk pengembangan buah apel," lanjutnya.
Menurutnya, harusnya pemerintah membuat demplot, semacam metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan membuat lahan percontohan. Tujuannya untuk memperkenalkan dan memperagakan teknik-teknik pertanian, balai penelitian dan pembibitan buah apel misalkan.
Saat ini baginya, hal itu yang dibutuhkan oleh petani. Misalkan varietas apel manalagi tidak bisa bertahan, cobalah datangkan 20 atau 30 bibit dari beragam varietas dari luar negeri, diuji cobakan, mana yang bisa bertahan dengan iklim Batu seperti ini.
"Saya pikir seharusnya bisa daripada tidak melakukan apa-apa. Tinggal mau atau tidak,” tuturnya. Alfredo sendiri telah membuktikan, apel Australia atau hijau yang dulu tidak laku karena pasar menginginkan buah yang lebih manis seperti manalagi dan sebagainya.
Sehingga, dulu banyak ditebang diganti vairetas lain. Tapi sekarang, apel hijau harganya bagus karena banyak orang tahu kalau apel hijau itu vitaminnya banyak. Belum lagi terkait obat, pestisida dan kebutuhan lainnya.
“Obat-obatnya sudah diatur oleh industri obat-obatan pertanian. Belum lagi mereka (petani) saat jual tidak ada kepastian harga. Pertanian di Indonesia sangat berat untuk saat ini. Sekarang, saya coba 10 bibit apel hijau dikembangkan karena kalau dulu, apel hijau lebih bertahan terhadap penyakit dibanding manalagi. Itulah yang seharusnya dilakukan pemerintah," tuturnya. (*)