KETIK, BANDUNG – Pondok Pesantren Bustanul Wildan Tanjakansari didirikan tahun 1949 oleh KH. Tajussubki (Mama Uki). Mama Uki sendiri adalah murid dari KH. Muhammad Sudja'i - Mama Sindangsari pendiri Pesantren Al-Jawami Cileunyi.
Pada awal berdiri 79 tahun lalu di Jalan Tanjakansari, Kampung Sindangsari, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Bustanulwildan lebih dikenal dengan nama Pasantren Tanjakansari.
"Penamaan 'Bustanulwildan' berawal dari banyaknya anak-anak masyarakat sekitar yang mengikuti pengajian kepada Mama Uki. Maka diambilah nama Bustanulwildan dari Bahasa Arab yang artinya 'Taman Kanak-kanak'," kata H Budi Faisal Farid, cucu dari Mama Uki, kepada ketik.co.id, Kamis 13 Maret 2025.
Sebelum berdirinya pesantren Bustanulwildan tahun 1949, Mama Uki terlebih dahulu mendirikan "Ponpes Al-Qur'an Nurul Absor" di Desa Cijambe Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut.
Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, Mama Uki disarankan oleh Pak Ocim, salah seorang kakaknya seorang pejuang kemerdekaan, untuk kembali ke Cileunyi dan mendirikan pesantren.
Seiring berjalannya waktu, yang mondok tidak hanya anak-anak disekitar pesantren, santri-santri dari luar daerah Cileunyi pun mulai berdatangan.
Setelah wafatnya Mama Uki pada tahun 1989, estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh kedua mantunya: KH. Yazid Bustomi (Akang Sepuh) sebagai sesepuh pesantren dan KH. Agus Mastur (Akang Anom) selaku pimpinan pesantren.
Ponpes Bustanul Wildan Tanjakansari di Jalan Tanjakansari, Kampung Sindangsari, Desa Cileunyi Wetan, Kec Cileunyi, Kab Bandung. (Foto: Iwa/Ketik.co.id)
Generasi Baru
Di masa kepemimpinan Akang Sepuh dan Akang Anom, Bustanulwildan berkembang pesat. Ditandai dengan banyaknya santri yang mondok dari seluruh pelosok Jawa Barat, bahkan sebagian santri ada yang berasal dari luar pulau Jawa.
Pada usianya lebih dari 3/4 abad di tahun 2025 ini, Bustanulwildan tetap mempertahankan kekhasannya sebagai pesantren salafiyyah. Yaitu pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca dan mengkaji kitab kuning, yang fokus pada pembekalan akidah, syariah, dan akhlak ala Ahlussunnah wal Jamaah.
Akang Sepuh dalam menjalankan aktivas pondok pesantren, dibantu para putra, mantu dan cucunya. Di antaranya putra tertua KH. Asep Zaenudin, yang sekarang (tahun 2025), menjadi pimpinan pesantren, setelah wafatnya KH. Agus Mastur tahun 2022.
Selain A Asep panggilan akrabnya, rutinitas pengajian di pesantren dijalankan bersama para adik, keponakan, dan sepupunya, antara lain H. Teten, KH. Ismat Rahmatulloh, KH. Engkos Taufik, Ust. Luki, H. Nanang, H. Totoh dan H Dedih.
Sistem Pembelajaran
Kegiatan belajar di Bustanulwildan dilaksanakan setiap bada sholat fardu dan waktu dluha. Metode pembelajaran antara lain dengan sorogan santri secara individu langsung membacakan kitab kuning di hadapan kyai. Kedua, metode balagan pengajian kepada seluruh santri, sesuai strata kelasnya.
Kitab kuning yang sering dikaji di Bustan lebih menitikberatkan pada kajian fiqih dan alat, kitab safinah dan jurumiyah pada kelas Mubtadi, Fathul Qorib, Mutamimah, Nadzom Maqsud pada tingkatan Mutawasith, dan Fathul Muin, Alfiyah Ibnu Malik pada tingkatan Muta'ali .
"Selain kegiatan harian, ada juga yang mingguan. Setiap malam Sabtu dilaksanakan pengajian untuk seluruh kelas, kitab akhlaq dan tasawuf: Ta'lim Muta'alim dan Hikam," kata H Budi. Kegiatan mingguan lainya adalah pelatihan dakwah melalui Mubaliginan setiap malam Kamis.
Ponpes Mandiri
Selain melaksanakan kegiatan pendidikan dan keagamaan, Bustanulwildan banyak dikenal oleh masyarakat luas sebagai penyelenggara bimbingan manasik haji dan umroh di Kab. Bandung.
"Berkah dari produktifnya memberangkatkan jemaah ke Tanah Suci, menjadikan Bustanulwildan salahsatu pesantren yang mandiri," kata Budi.
Eksistensi Bustanulwildan sampai saat ini, tidak terlepas dari figur sentralnya KH. Yazid Bustomi sebagai sesepuh pesantren dan Mustasyar PCNU Kab. Bandung. KH Yazid menjadi salah satu ulama tertua di Kab. Bandung saat ini. Di usianya mencapai 96 tahun, KH Yazid tetap istiqomah menjaga Bustanulwildan sebagai pesantren yang memegang teguh dan mempertahankan tradisi ahli sunnah waljama'ah annahdliyah.
Lebih dari itu cucunya, H. Budi Faisal Farid sebagai generasi ke-4 Bustanulwildan, saat ini diamanahi khidmah sebagai Ketua RMI Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Kab. Bandung - Asosiasi Pondok Pesantren yang berafiliasi Nahdlatul Ulama.(*)