KETIK, SURABAYA – Wacana libur sekolah selama Ramadan mendapat beragam tanggapan dari para orang tua. Banyak di antara mereka yang menyambut baik kebijakan ini, karena momen Ramadan dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memperkuat nilai-nilai agama dan kebersamaan dalam keluarga.
Namun, sebagian besar orang tua menekankan pentingnya adanya kegiatan Ramadan yang terstruktur selama libur panjang ini. Mereka khawatir jika libur tanpa aktivitas akan membuat anak-anak cenderung menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang produktif, seperti bermain gawai atau bermalas-malasan di rumah.
Atiqoh Hasan (35) ibu dari satu anak sekolah dasar di Surabaya mengungkapkan tidak setuju terhadap wacana ini.
"Gak setuju. Kalau sekarang gak setuju karena zaman udah berubah. Anak-anak kalau libur 1 bulan akan kurang kegiatan ibadah karena akan lebih banyak main hp," jelasnya pada Rabu 8 Januari 2025.
Menurutnya, anak di zaman sekarang berbeda, karena harus menghadapi digitalisasi yang begitu masif.
"Kalau ada kegiatan pondok Ramadan di sekolah. Ada aktivitas yang diajarkan. Jadi anak masih bisa memaknai puasa dengan lebih baik. Kalau satu bulan di rumah aja banyak mudharatnya, karena orang tua kan kerja juga, jadi gak bisa mengawasi anak selama di rumah," ujarnya.
Ibu dua anak Norma Anggara (40) seorang menjelaskan libur panjang ini harus dibekali dengan ilmu mengenai Ramadan dari sekolah.
"Intinya aku setuju kalau Ramadan anak libur satu bulan. Tapi di sekolah anakku, libur itu maksudnya belajar dari rumah. Jadi sudah dibekali materi dari sekolah," tutur Warga Surabaya Barat ini.
Ia menambahkan, di rumah nantinya anak-anak tinggal menjalankan pelajaran yang sudah menjadi bekal dari sekolah.
Pelajaran ini berupa makna puasa Ramadan, bagaimana menjalankan sahur, buka puasa, sedekah sampai tata cara salat tarawih.
"Dengan belajar dari rumah, anak-anak sekalian belajar menyiapkan menu sahur dan buka puasa favorit. Semoga orang tuanya juga punya waktu luang untuk membersamai anaknya melewati Ramadan dengan penuh keberkahan Ramadan Kareem," terangnya.
Yossita Eka seorang ibu dari Sidoarjo. (Foto: Dok. Pribadi)
Yossita Eka (36) ibu dari 3 anak ini mengungkapkan dirinya mengaku setuju atas wacana ini karena mendekatkan anak-anak pada agama di bulan suci.
"Kenapa setuju? karena bulan Ramadan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam, bulan suci, jadi kalau kegiatan sekolah libur, bisa fokus di ibadah," paparnya.
Di sisi lain, Ia kurang setuju adanya wacana ini karena sang anak yang duduk di bangku 6 SD akan menghadapi ujian sehingga jam belajar berkurang.
"Sedangkan gak setujunya, karena waktu untuk pelajaran sekolah jadi terpotong kalau libur. Sedangkan kelas 6, pembelajaran berakhir bulan April dan ujian bulan Mei," terangnya.
Lailatul Nur Aini (30) Warga Sidoarjo sebagai orang tua yang bekerja juga mengungkapkan kurang setuju atas wacana ini. Ia berharap adanya Pondok Ramadan di sekolah.
"Kebijakan libur sebulan untuk Ramadan saya kurang setuju ya. Karena nantinya si anak kurang ada kegiatan. Kalau terlalu lama di rumah, anak juga jenuh atau bosan. Bingung kegiatan apalagi yang harus dikerjakan," jelasnya.
Dirinya berharap jika terjadi libur sebulan pada Ramadan, perlu ada kegiatan positif lainnya. Misalnya, kegiatan pondok Ramadan di sekolah.
"Yang mana, lebih ditekankan pembelajaran agamanya. Meski demikian, kegiatan itu, kalau dilakukan selama 1 bulan penuh tanpa perlu kegiatan mata belajar juga kurang efektif," paparnya.
(Kiri) Pratima Niana dan Lailatul Nur Aini. (Foto: Dok. Pribadi)
Pratima Niana (33) Warga Surabaya Pusat juga menyetujui adanya wacana libur sebulan ini, namun harus diisi dengan acara keagamaan selama sebulan saat Ramadan.
"Kalau aku setuju, Namun tidak libur full ya lebih baik acara keagamaan dan membangun kepekaan terhadap sesama karena mereka 1 bulan tersebut lebih baik fokus nilai-nilai agama dan Ramadan itu gimana," urainya.
"Selama 1 bulan mereka fokus kejar nilai selain agama," imbuhnya
Dengan adanya berbagai pendapat ini, sekolah dan pemerintah diharapkan dapat merancang kebijakan libur Ramadan yang seimbang, antara memberikan waktu istirahat bagi anak-anak sekaligus memastikan mereka tetap aktif dan produktif selama bulan suci.(*)