KETIK, SURABAYA – Terlahir dengan berbagai kekurangan bukanlah halangan untuk terus berkarya. Hal inilah yang menjadi motivasi bagi Pina, seorang anak disabilitas bisu, tuli yang pawai membatik.
Pina merupakan anak binaan dari Rumah Anak Prestasi (RAP) dan selama ini tinggal di Pondok Sosial Kalijudan. Dalam kesehariannya Pina mengisi waktu dengan membatik, Pina sebelumnya merupakan anak terantar yang kemudian diikutkan berbagai pelatihan yang diselenggarakan olah RAP.
Pina dan Tata menunjukkan hasil karya mereka. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)
Leo Arief Budiman selaku pembina RAP mengatakan saat ini sudah sekitar 100 anak disabilitas yang dibina. Tidak hanya membatik, berbagai keterampilan juga diajarkan mulai dari melukis, modelling hingga fotografi.
"Pina ini merupakan anak didik kami yang gemar membatik. Kami memang melihat Pina ini hobinya melukis, lalu kami arahkan ke batik dan akhirnya suka," jelas Leo.
Selain Pina, terdapat anak binaan RAP lain yang gemar membatik seperti Qurrota'in Rizky Cahyani atau yang akrab disapa Tata. Remaja 13 tahun ini sebelumnya gemar melukis sejak TK, beberapa waktu belakangan ini dirinya mulai mencoba membatik.
Remaja pengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ini sebelumnya sempat dibully oleh teman saat di sekolah. Dirinya kemudian meluapkan emosinya dengan cara melukis. Saat melukis dirinya mengaku merasa tenang dan bahagia, melukis bagi Tata adalah obat yang mujarab disaat dirinya merasa sedih.
"Saya suka lukis sejak TK, tapi akhir akhir ini suka batik. Dan menurut saya batik ini mirip dengan melukis. Jadi saya suka," ungkap Tata.(*)
