KETIK, SURABAYA – Usai dilantik Rektor Universitas Airlangga (Unair) periode 2025-2030, Prof Dr Muhammad Madyan menyampaikan pada masa awal jabatannya dirinya akan fokus pada peningkatan kualitas akademik. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah guru besar yang ada di Unair.
Menurutnya jumlah guru besar di Unair sudah cukup bagus, saat ini presentasenya mencapai sekitar 18 persen. Jumlah ini tentu mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan pada tahun 2015 yang hanya berkisar 12 persen saja.
"Tentu peningkatan guru besar ini juga menjadi fokus kita ya. Pada tahun 2024 lalu itu saja kita sudah menghasilkan 64 guru besar. Dan tahun 2023 kita menghasilkan 72 guru besar," jelas Madyan saat ditemui usai pelantikan, Selasa 17 Juni 2025.
"Capaian guru besar yang diraih Unair sangat baik bahkan menempati posisi kedua di Indonesia," imbuhnya.
Lebih lanjut kedepan tentu pihaknya ingin terus meningkatkan jumlah guru besar di Unair. Dirinya menargetkan kedepan presentase guru besar di Unair bisa mencapai 20 persen.
Dalam meningkatkan jumlah guru besar erat kaitannya dengan angka riset yang dilakukan. Oleh sebab itu pihaknya akan terus mendorong peningkatan riset dan publikasi karya ilmiah, karena hal tersebut merupakan salah satu syarat untuk menjadi guru besar.
"Kita akan terus meningkatkan riset di Unair. Setiap tahunnya kita sudah bisa menghasilkan 3200 riset. Sehingga dosen akan lebih cepat naik pangkat dan tentu saja semakin dekat untuk menjadi guru besar," pungkasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, M. Madyan terpilih menjadi rektor baru Unair periode 2025-2030. Dirinya dilantik oleh Ketua Majelis Wali Amanat Unair, Sunarto di Aula Garuda Mukti Unair Kampus C pada Selasa 17 Juni 2025.
Muhammad Madyan telah melewati proses pemilihan, mulai dari penjaringan, uji masyarakat kampus, hingga rapat pleno Majelis Wali Amanat (MWA). Penetapan tersebut berlangsung dalam rapat pemilihan rektor oleh MWA Unair 5 Mei 2025.
Hasil pemungutan suara menunjukkan, M. Madyan memperoleh dukungan terbanyak dengan 13 suara, disusul Koko Srimulyo dengan 9 suara, dan Dwi Setyawan dengan 4 suara. Satu suara tercatat sebagai abstain. Dari total 30 anggota MWA, sebanyak 27 memberikan suara, sedangkan 3 anggota tidak hadir. (*)