KETIK, SURABAYA – Prof. Muhammad Madyan telah resmi dilantik sebagai Rektor Universitas Airlangga (Unair) periode 2025–2030. Pelantikan dipimpin Ketua Majelis Wali Amanat Unair, Sunarto, berlangsung di Aula Garuda Mukti Unair Kampus C pada Selasa, 17 Juni 2025.
Pelantikan ini dihadiri oleh segenap perwakilan civitas academica Unair, para wakil rektor, dekan dan karyawan. Turut hadir Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Dalam sambutannya Ketua Wali Amanat Unair, Sunarto, mengucapkan selamat kepada Muhammad Madyan yang telah resmi menduduki kursi rektor Unair. Proses pemilihan rektor Unair telah ditetapkan sesuai dengan tahapan yang berlaku. Mulai dari pembentukan panitia seleksi calon rektor pada 17 Januari 2025, kemudian pengumuman penyampaian hasil uji kepatutan.
"Rektor Unair telah dipilih berdasarkan tahapan dan hasil seleksi dari senat akademik. Setelah itu penetapan dilakukan oleh Majelis Wali Amanat Unair pada 5 Mei 2025," jelas Sunarto.
Rektor Unair, Prof. Muhammad Madyan saat ditemui usai pelantikan. (Foto: Husni Habib/Ketik)
Dengan adanya penetapan rektor baru ini membuat Unair mencetak sejarah baru, yakni diangkatnya rektor pada Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) dari hasil seleksi otonom, terbuka, partisipatif, dan menghargai nilai-nilai luhur budaya bangsa. Terlebih disaat pemilihan rektor berlangsung terdapat agenda penandatanganan pakta integritas oleh tiga calon rektor.
"Kita patut bersyukur karena pemilihan rektor telah berjalan secara kondusif, demokratis, akuntabel, dan lebih dari itu menunjukkan kematangan berorganisasi dalam tubuh Unair," tambahnya.
Prof. Dr. Muhammad Madyan menyatakan, setelah menjabat rektor, prioritas utamanya adalah mempertahankan capaian Unair. Selanjutnya, beliau bertekad untuk meningkatkan prestasi universitas, terutama dalam implementasi tri dharma perguruan tinggi.
"Kami akan lakukan peningkatan kinerja dan prestasi Unair yang sudah sangat banyak ini. Salah satunya terkait ranking ya, karena ranking ini berkaitan dengan tri dharma perguruan tinggi," paparnya.
Ia juga akan fokus pada berbagai tantangan yang dihadapi dunia akademik, seperti hilirisasi riset, kolaborasi dengan industri, dan tingginya angka pengangguran terdidik. Semua ini adalah masalah bersama yang perlu segera ditangani demi kesejahteraan masyarakat.
"Sebagai perguruan tinggi kita punya tanggung jawab terhadap masyarakat salah satunya menangani pengangguran terdidik yang angkanya masih tinggi," pungkasnya.(*)
