KETIK, MALANG – Ditemukan sebanyak 190 kasus HIV/AIDS di Kota Malang selama Januari hingga Mei 2025. Menanggapi itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang terus mengikis stigma negatif yang beredar di masyarakat terkait orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, menjelaskan bahwa terdapat penurunan kasus HIV/AIDS dibandingkan dengan periode Januari hingga Mei 2024 yang menyentuh angka 211 kasus.
Ia mengingatkan bahwa ODHA tidak selalu disebabkan oleh perilaku menyimpang. Beberapa kasus menunjukkan HIV/AIDS disebabkan oleh penularan melalui penggunaan jarum suntik, maupun orang lain.
"Kalau kita lihat, penularan HIV itu bukan hanya dari seks bebas tetapi bisa jadi dia itu karena didapatkan dari ibunya. Bisa jadi mendapatkan dari penggunaan jarum suntik yang narkoba, atau bisa jadi ketularan dari pasangannya. Kan berarti bukan selalu berperilaku menyimpang," ujarnya, Sabtu, 7 Juni 2025.
Selama ini masyarakat juga masih banyak yang menganggap bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit kutukan. Akibatnya sering terjadi pengasingan terhadap keluarga dengan anggota ODHA.
"Kemudian juga pemahamannya dia yang menganggap terkait dengan HIV itu penyakit kutukan yang mematikan sehingga menjadi hal tabu untuk membahasnya karena ada pengucilan dari keluarga. Jadi itu yang harus kami kikis, ya," lanjutnya.
Menurutnya, keluarga harus menjadi tempat untuk saling mendukung dan menguatkan penanganan HIV/AIDS. Hal tersebut juga mendukung pemerintah dalam mengeliminasi HIV/AIDS di tahun 2030 nanti.
"Tempat yang harusnya menguatkan itu ada di keluarga. Iya dia sakit, tetapi bukan berarti hidupnya selesai. Kami mengedukasi masyarakat melalui musrenbang tematik, di kelurahan, sosialisasi pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS," tuturnya.
Sebanyak 30 fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di Kota Malang juga telah memberikan pelayanan untuk HIV/AIDS. Meifta mengatakan, pengobatan HIV/AIDS harus dilakukan seumur hidup tanpa boleh terputus agar menjaga imunitas tubuh.
"Nah harapannya kita cek, kita konseling dulu. Kalaupun hasilnya reaktif positif, kita bisa memberikan pengobatan. Pengobatan bisa dilakukan sedini mungkin, begitu ditemukan bisa langsung diobati," tutupnya.(*)