2025: HIV/AIDS Tambah 12 Kasus Baru, Pacitan Butuh Tempat Lokalisasi?

3 Mei 2025 15:31 3 Mei 2025 15:31

Thumbnail 2025: HIV/AIDS Tambah 12 Kasus Baru, Pacitan Butuh Tempat Lokalisasi?
Dua orang Pasturi yang di Amankan Satpol-PP Halsel (Foto: Mursal Bahtiar /Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Seperti jin yang tak kasat mata namun nyata, HIV/AIDS kembali bikin deg-degan di Pacitan. Hingga Maret 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat ada 12 kasus baru.

“Ini yang terdeteksi. Kasus baru ya,” papar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), drg. Nur Farida, saat dikonfirmasi Ketik.co.id pada Jumat, 2 Mei 2025.

Sebagai pembanding, sepanjang 2024 lalu, total Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Pacitan mencapai 30 jiwa, hasil dari skrining terhadap 5.699 sampel.

Angka tahun ini sudah menyentuh hampir setengah dari total tahun lalu.

Saat ditanya mengenai urgensi menyediakan tempat lokalisasi sebagai upaya menekan penyebaran HIV/AIDS, Farida mengatakan langkah tersebut bukanlah solusi utama.

"Tidak harus membuat tempat lokalisasi," imbuhnya.

Foto Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), drg. Nur Farida, saat dikonfirmasi Ketik.co.id pada Jumat, 2 Mei 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), drg. Nur Farida, saat dikonfirmasi Ketik.co.id pada Jumat, 2 Mei 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Bagi Farida, ada cara lain yang serupa, yakni dengan membentuk komunitas.

Salah satunya lewat Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), komunitas para ODHA dan relawan yang bukan hanya memberi pelukan hangat, tapi juga pantauan terapi antiretroviral (ARV) agar pasien tak ngilang begitu saja.

“KDS di Pacitan berdiri sejak 2018 dengan enam anggota. Tahun berikutnya naik jadi 20,” ujar drg.

Farida, bangga. Kini, KDS bukan cuma teman curhat, tapi juga kurir harapan—mengantar bantuan sembako hingga ke pelosok, pun rajin bagi-bagi takjil saat Ramadan.

"Jauhi penyakitnya, bukan orangnya," ujarnya.

Untuk upaya lain, Farida menambahkan deteksi dini juga jadi senjata andalan.

HIV bukan lagi vonis mati, asal cepat terdeteksi. Skrining rutin menyasar ibu hamil, penderita TB, hingga kelompok populasi kunci macam pekerja hiburan malam.

Bonusnya? Pemeriksaan sifilis dan penyakit tidak menular lainnya juga sekalian dicek.

“Penting banget skrining ibu hamil, biar virusnya nggak turun-temurun ke anak,” ujar drg. Farida.

Karena ya itu, kasus HIV pada anak-anak di Pacitan masih ditemukan. Transmisi vertikal—dari ibu ke anak saat hamil, lahiran, atau menyusui—masih jadi momok yang harus diberantas.

"Jangan takut periksa, jangan abai gejala. Lebih baik tahu sejak awal daripada terlambat dan menyesal," pungkas drg. Farida. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan dinkes pacitan HIV/AIDS di Pacitan