KETIK, SURABAYA – Dinas Perkebunan Jatim terus berupaya untuk meningkatkan produksi kopi. Salah satunya dengan menggandeng perguruan tinggi (PT) di Jatim. Hal ini agar petani bisa meningkat produksinya melalui pemberian benih unggul, pemupukan dan penambahan lahan produksi.
“Kerja sama dengan perguruan tinggi dan petani agar produksi kopi bertambah dengan rehabilitasi, penambahan lahan dan intesifikasi dengan penambahan pupuk,” ujar Kepala Dinas Perkebunan Jatim Heru Suseno, Senin (24/6/2024).
Menurutnya, ada beberapa kendala yang harus dihadapi agar komoditas perkebunan di Jawa Timur meningkat. Salah satunya lahan-lahan subur berkurang karena beralih fungsi.
Kelangkaan pupuk yang dialami petani juga menjadi salah satu kesulitan untuk menggenjot produksi.
“Belum lagi kalau ada permasalahan di pengolahan. Setiap tumbuh harus ada pupuk. Persoalan luar biasa karena setiap tahun persoalan petani lagi-lagi dihadapkan dengan mahalnya harga pupuk,” kata Heru.
Para petani juga mengalami masalah seperti hama yang sering menyerang tanaman. Untuk mencegah hama tersebut, pihaknya sudah mempesiapkan benih unggul yang tahan penyakit dan bagus.
“Kita harus pinter-pinter memilih bibit unggul tahan penyakit. Kalau benih tidak bersertifikat itu illegal, tetapi memang kalau legal dibeli mahal. Tetapi saya yakin akan menghasilkan yang bagus,” jelas Pj Bupati Tulungagung itu.
Heru mengatakan, pihaknya sudah mulai mengembangkan benih bersertifikat unggul di beberapa daerah di Jatim. Di antaranya benih kopi di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
“Kami mengembangkan benih kopi. Kita punya di Lumajang ada kebun benih dengan kualitas yang sangat bagus,” jelasnya.
Selain peningkatan kualitas benih, langkah lain yang dilakukan adalah mengimbau agar petani menggunakan pupuk organik. Langkah itu bisa dijadikan alternatif lain, agar petani tidak kebingungan ketika pupuk kimia langka dan mahal.
"Selama ini memang mengalami kendala untuk berkoordinasi dengan kabupaten/kota dalam rangka mendongkrak produksi perkebunan. Salah satunya adalah karena masih terbatasnya tenaga yang menangani perkebunan," lanjutnya.
"Pada saat sinkronisasi kita cocokkan, antara produksi tembakau, kopi, coklat cengkeh ini menjadi sebuat kesatuan di Jatim. Kita tidak bisa bekerja sendiri karena butuh bantuan petani dan dinas di kabupaten/kota untuk mengembangkan perkebunan di Jatim,” pungkas Heru.(*)