KETIK, SURABAYA – Masalah Gizi terlebih triple burden disease masih menjadi masalah di Jawa Timur. Sehingga masalah tersebut harus segara ditangani seperti masalah asupan makanan sesuai dengan program dari Presiden RI Prabowo Subianto dengan program makan bergizi.
Kondisi tersebut membuat Unusa bekerjasama dengan Unicef mengajak Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) untuk peduli dengan masalah gizi di Jatim. Melalui Lokakarya Peningkatan Kapasistas Fortifikasi Pangan Berskala Besar (FPBB) membahas pelaksanaan fortivikasi garam dan beras selama ini di Jawa Timur.
“Lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan awareness teman-teman OPD Jawa Timur mengenai pentingnya fortivikasi, termasuk pelaksanaan monitoring dan evaluasinya," tegas dosen Unusa, Mita Viantry saat diwawancara di kantornya, Jumat, 31 Januari 2025.
Mita menjelaskan fortivikasi merupakan proses penambahan zat gizi ke dalam makanan untuk meningkatkan kualitas gizinya. "Jadi kegiatan ini untuk mengecek fortivikasi diberbagai bahan pangan seperti beras, tepung maupun garam," ungkapnya.
Sedangkan, dosen Unusa lainnya, Mursyidul Ibad menemukan adanya bahan pangan yang telah ditambahi fortivikasi yang ada di pasar tradisonal maupun retail. “Pada retail telah dijual beras, tepung maupun garam yang telah terfortivikasi. Akan tetapi di pasar tradisional masih ditemukan produk tiruan yang ternyata tidak terdapat penambahan zat gizi,” jelas Ibad.
Sementara itu, perwakilan Unicef Indonesia, Dewi Fatmaningrum menjelaskan kerjasama ini sangat diperlukan untuk mengatasi masalah gizi di Jatim.
"Kami telah melakukan di Jawa Tengah dan di Jawa Timur ini kami bekerjasama dengan Unusa untuk pelaksanaannya. Unusa juga telah melakukan kajian bersama OPD dan petani maupun pembeli di seluruh kabupaten kota Jawa Timur sebelum Lokakarya dilakukan," tutupnya. (*)