Tembakau Mati, Cabai Membusuk: Kemarau Basah Rugikan Petani Pacitan

18 Juni 2025 16:37 18 Jun 2025 16:37

Thumbnail Tembakau Mati, Cabai Membusuk: Kemarau Basah Rugikan Petani Pacitan
Tanaman cabai milik petani di Kecamatan Kebonagung Pacitan yang terancam gagal panen akibat diguyur hujan berlebih, Rabu 18 Juni 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

KETIK, PACITAN – Cuaca tak menentu akibat fenomena kemarau basah mulai berdampak serius pada sektor pertanian di Kabupaten Pacitan.

Hujan yang masih terus turun meski telah memasuki musim kemarau menyebabkan sejumlah tanaman gagal tumbuh, bahkan merugi.

Di Desa Karanganyar, Kecamatan Kebonagung, petani tembakau mengaku sudah dua kali gagal tanam.

Salah satunya Pawit (58), yang harus menelan kerugian karena tanaman tembakaunya mati akibat guyuran hujan.

“Sudah dua kali tanam, tapi gagal terus. Air hujan membuat tembakau mati,” keluh Pawit, Rabu, 18 Juni 2025.

Ia menyebut, sekitar 11 hektare lahan tembakau di desanya mengalami nasib serupa. Jika hujan terus berlanjut, para petani terancam rugi puluhan juta rupiah.

“Ya puluhan juta kalau dihitung. Karena dalam satu kali menanam, kami keluar biaya antara 4–8 juta rupiah. Tinggal dikalikan saja berapa luas lahannya. Semoga saja hujan tidak berlanjut,” ujarnya penuh harap.

Nasib serupa dialami Abdul Mannan (29), petani cabai asal Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan. Tanaman cabainya yang sudah berbunga justru rusak akibat curah hujan tinggi.

“Buah yang muncul membusuk karena kebanyakan hujan. Rusak dulu sebelum bisa dipanen,” ucapnya.

Akibat kerusakan tersebut, Abdul harus menyulam ulang puluhan batang cabai yang mati.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Sugeng Santoso, membenarkan bahwa pihaknya sudah menerima laporan kerugian dari petani di dua kecamatan terdampak, yakni Kebonagung dan Nawangan.

“Saat ini ada beberapa laporan petani yang terkena dampak, ada yang sudah tanam tembakau dua kali dan menyulam cabai, di dua kecamatan tersebut,” ujar Sugeng.

Ia menjelaskan, kondisi ini membawa dilema tersendiri bagi petani. Di satu sisi, hujan memberi peluang untuk menanam komoditas seperti padi dan jagung. Namun di sisi lain, tanaman yang memerlukan kondisi kering seperti tembakau dan cabai justru terancam gagal panen.

“Tembakau banyak yang mati, sementara cabai banyak yang membusuk. Ini memang tantangan, bagaimana petani bisa menyesuaikan dengan kondisi yang tidak ideal ini,” jelasnya.

Sugeng mengungkapkan, pihaknya sejak awal sudah mengimbau agar petani menunda masa tanam tembakau hingga hujan benar-benar berhenti. Selain itu, ia juga menyarankan agar tembakau ditanam di area lereng yang lebih kering.

“Untuk tembakau, kami menyarankan agar ditanam di area kering seperti lereng agar tidak terlalu terdampak hujan. Sedangkan untuk cabai, kemungkinan harus dilakukan penyulaman ulang,” pungkasnya.

Sebagai informasi, kemarau basah merupakan fenomena ketika wilayah seharusnya sudah memasuki musim kemarau, namun curah hujan masih tinggi akibat anomali iklim. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan kemarau basah di Pacitan pertanian di Pacitan petani cabai pacitan Petani tembakau