7 Tradisi Sambut Suro di Pacitan, dari Wisuda Pertapa hingga Tumbal Kambing

23 Juni 2025 17:12 23 Jun 2025 17:12

Thumbnail 7 Tradisi Sambut Suro di Pacitan, dari Wisuda Pertapa hingga Tumbal Kambing
Penyambutan para murid Ki Tunggul Wulung dalam prosesi ritual adat tetaken di Lereng Gunung Limo Pacitan, 2 Agustus 2023. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

KETIK, PACITAN – Bulan Suro tahun ini jatuh pada Kamis, 27 Juni 2025, menjadi momen sakral bagi sebagian besar masyarakat Jawa.

Di Pacitan, masyarakat menyambutnya dengan serangkaian tradisi khas dari tirakatan, ruwatan, hingga sedekah laut dan bumi yang sarat makna dan nilai spiritual.

Sedikitnya ada 7 macam tradisi dan ritual adat yang digelar oleh masyarakat Pacitan selama bulan Suro, antara lain :
1. Tetaken

Upacara Tetaken digelar setiap tanggal 1 dan 15 Suro di Lereng Gunung Limo, Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung.

Prosesi dimulai dengan masa pertapaan selama beberapa hari sebelumnya oleh para spiritualis. Pada hari pelaksanaan, peserta berkumpul di sekitar punden dan pelataran Padepokan Tunggul Wulung untuk melaksanakan prosesi acara.

Secara turun-temurun, ritual tersebut merepresentasikan tentang purnanya (wisudanya) para pertapa dalam menuntut ilmu di padepokan. Atas keberhasilan itu, kemudian disambut rasa syukur oleh keluarga dan warga setempat.

Upacara ini telah tercatat sebagai warisan budaya takbenda nasional.

2. Larungan atau larung sesaji

Foto Proses pelarungan sesaji ke tengah lautan yang diiringi arak-arakan kapal nelayan TPI Tamperan Pacitan, 18 Juli 2023. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Proses pelarungan sesaji ke tengah lautan yang diiringi arak-arakan kapal nelayan TPI Tamperan Pacitan, 18 Juli 2023. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Larungan dilakukan oleh nelayan dengan mengarak hasil bumi dan laut ke dermaga atau pelabuhan untuk dilakukan doa.

Sesaji berupa buceng suci dan tumpeng kemudian dimakan bersama. Sebagian sesaji diangkat dan dihanyutkan di tengah lautan oleh para nelayan.

Tradisi ini digelar rutin di sejumlah tempat pelelangan Ikan (TPI) di Pacitan, seperti TPI Tamperan dan TPI Ngadirojo.

3. Mlaku Suroan

Foto Momen pemerintah daerah dan masyarakat Pacitan Mlaku Suran pada tahun lalu. (Foto/Prokopim Pacitan).Momen pemerintah daerah dan masyarakat Pacitan Mlaku Suran pada tahun lalu. (Foto/Prokopim Pacitan).

Mlaku Suroan merupakan tradisi berjalan kaki menuju ke tempat-tempat sakral di malam 1 Suro. Pada malam tersebut diisi dengan aktivitas spiritual seperti doa bersama, dzikir, sholawat, dan tafakur hingga fajar.

Tradisi ini dilakukan secara kolektif maupun individu untuk merenungi perjalanan hidup selama setahun terakhir.

4. Ngambu Pancer

Foto Kirab sesajen Ngambupancer yang dilakukan siang hari 1 Suro itu tersaji berbagai sesajen polo pendem (hasil bumi) jajan pasar, berbagai bunga serta tak lupa pula dupa wangi (Foto: Elsi Budi Cahyono)Kirab sesajen Ngambu Pancer yang dilakukan siang hari 1 Suro itu tersaji berbagai sesajen polo pendem (hasil bumi) jajan pasar, berbagai bunga serta tak lupa pula dupa wangi (Foto: Elsi Budi Cahyono)

Ngambu Pancer dilaksanakan pada siang hari 1 Suro, berupa kirab sesaji hasil bumi seperti polo pendem, jajan pasar, bunga, dan dupa wangi. 

Dalam acara, kirab dipimpin seorang perempuan berbusana menyerupai Nyi Roro Kidul yang diiringi dua pengawal. Sesaji kemudian dibawa menuju laut dan dilarung sebagai simbol persembahan kepada alam dan wujud syukur atas berkah kehidupan.

Upacara adat ini terakhir digelar berlokasi di Pantai Pancer Dorr Pacitan.

5. Brojo Geni

Foto Olahraga ekstrem, sepak bola api Brojo Geni yang digelar di Lapangan Desa Sidomulyo, Kebonagung Pacitan, 20 Juli 2024. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Olahraga ekstrem, sepak bola api Brojo Geni yang digelar di Lapangan Desa Sidomulyo, Kebonagung Pacitan, 20 Juli 2024. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Brojo Geni adalah permainan sepak bola api yang dilaksanakan pada malam 1 Suro di lingkungan Pondok Pesantren Islam Pondok Tremas. Bola terbuat dari kelapa tua yang direndam minyak tanah agar menyala saat dimainkan.

Permainan berlangsung di halaman terbuka dengan pengamanan ketat, diikuti oleh para santri yang telah melakukan syarat-syarat khusus. Tradisi ini kini mulai bersifat umum, bisa ditonton oleh banyak orang.

Namun tidak sembarangan orang bisa mengikuti.

6. Tirakatan dan Penyucian Benda Pusaka

Foto Kolektor keris, Tri AnjarKolektor keris, Tri Anjar menunjukkan benda pusaka yang kerap dilakukan penyucian saat memasuki Bulan Suro. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Tirakatan dilaksanakan pada malam 1 Suro oleh masyarakat secara individu maupun kelompok. Kegiatan dilakukan dengan suasana hening dan khusyuk, berisi doa akhir dan awal tahun, istighfar, dzikir, serta pengajian.

Selain tirakat diri, biasanya masyarakat Pacitan juga melakukan ritual pembersihan dan penyucian benda-benda pusaka atau warisan leluhur seperti keris, tombak, batu, atau peninggalan keramat lainnya.

Proses ini dilakukan dengan memandikan benda pusaka menggunakan air bunga atau air kembang setaman yang telah didoakan, lalu dijemur di bawah sinar matahari pagi.

Penyucian ini dimaknai sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur serta upaya membersihkan energi buruk yang melekat pada benda tersebut.

7. Baritan

Foto Kepala kambing dipendam oleh tokoh setempat dalam tradisi Baritan di Lapangan Dusun Wati, Gawang Pacitan. 30 Juli 2023. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Penyembelihan kambing kendit oleh tokoh setempat dalam tradisi Baritan di Lapangan Dusun Wati, Gawang Pacitan. 30 Juli 2023. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Tradisi ini bermula sejak abad ke-16 saat wabah pagebluk melanda di Dusun Wati, Desa Gawang, Kecamatan Kebonagung. Atas petunjuk orang sakti, warga diminta mengarak kambing kendit dan ayam tolak keliling desa, lalu menyembelihnya sebagai simbol pembersihan.

Kepala kambing dikubur di tengah lapangan di dusun, dan kakinya dipendam di empat penjuru sebagai syarat wajib. Prosesi ditutup dengan acara kembul bujono.

Menurut warga, Baritan juga disebut kependekan dari Barisan Wiritan.(*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Bulan suro di Pacitan Tetaken Larungan Mlaku Suroan Ngambu Pancer Brojo Geni Tirakatan/Penyucian Pusaka dan Baritan.