KETIK, SURABAYA – Semangat pantang menyerah, mungkin kalimat ini yang cocok untuk menggambarkan sosok Angela Susilo, founder Tutu. Sempat terpuruk karena pandemi Covid-19, wanita lulusan Hospitality Manajemen Universitas Kristen Petra ini akhirnya bisa bangkit kembali membangun bisnis dengan memanfaatkan bahan lokal asli Indonesia.
Tutu sendiri merupakan produk sirup yang memiliki beragam rasa. Produk ini diciptakan dengan menggunakan 100 persen bahan asli Indonesia.
"Tutu itu produk sirup yang kami tujukan bagi pengusaha coffee shop. Produk ini harga yang murah dan kualitas yang bagus," jelas Angela kepada Ketik.co.id, Jumat 20 Desember 2024.
Angela bercerita awal tercetus ide untuk membuat Tutu berawal pada tahun 2016 saat dirinya mendirikan bisnis coffee shop. Saat itu untuk muncul stigma jika ingin membuat minuman yang enak maka harus menggunakan sirup impor yang harganya mahal.
Oleh sebab itu mau tidak mau dirinya harus menggunakan produk sirup yang mahal agar minuman yang dijual memiliki rasa yang enak. Apalagi hal ini juga diperparah dengan sedikitnya pilihan sirup yang ada di pasaran saat itu.
"Saat menjalankan bisnis tersebut terdapat beberapa statement pemikiran jika produk mahal pasti enak dan produk murah kurang enak," katanya.
"Apalagi dulu pilihan sirup lokal yang enak sangat terbatas. Akhirnya mau tidak mau ya menggunakan sirup impor," imbuhnya.
Selang berapa lama pada tahun 2020 pandemi Covid-19 melanda. Hal ini tentu menimbulkan penurunan daya beli masyarakat karena kebijakan pemerintah yang membatasi aktivitas masyarakat. Hingga akhirnya pada tahun 2021 dirinya terpaksa menutup coffee shop nya karena tidak kuat menanggung biaya operasional.
Namun ditengah keterpurukan tersebut Angela tidak ingin menyerah, berbekal pengalaman di dunia FnB dirinya berusaha bangkit dengan menciptakan Tutu Syrup yang menggunakan bahan lokal asli Indonesia.
Tidak hanya menggunakan bahan lokal, dirinya juga menggunakan produk UMKM dalam proses Research and Development (R&D) Tutu Syrup. Hal ini dilakukan untuk menghapus stigma jika produk bagus itu harus mahal.
"Dari 2021 itu saya mulai R&D. Saya kembangkan karena saya juga ada background sebelumnya di F&B lama ya,” paparnya.
Akhirnya setelah cukup lama melakukan R&D pada pada 18 Agustus 2022 tepatnya setelah kemerdekaan indonesia Tutu Syrup hadir. Melalui produk ini dirinya ingin menaikkan level produk UMKM agar mampu bersaing dengan produk impor yang lebih mahal.
Dengan tagline ”flavors for every one” dirinya ingin semua orang bisa menggunakan Tutu Syrup mulai dari Coffee shop hingga pedagang kaki lima.
"Melalui produk ini saya ingin membantu pengusaha lokal untuk mendapatkan produk yang murah dan berkualitas. Bahkan level PKL pun bisa pakai produk ini," tegasnya.
Hingga tahun 2023, Tutu Syrup sudah memiliki 52 varian rasa. Tutu Syrup memiliki beberapa rasa favorit butterscotch, caramel, vanilla dan nougat yang tidak banyak dimiliki oleh competitor lainnya.
Selain itu juga ada varian fruity seperti leci,mango dan buah asli indonesia yakni kundur yang jarang diketahui.
"Bahkan Tutu Syrup sudah diekspor hingga ke Jerman. Dan tahun ini kami punya produk baru yakni almond dan oatmilk dalam bentuk powder," pungkasnya. (*)