Benarkah Idul Fitri Berarti Kembali Suci? Pakar Hadis Beri Bantahannya

Jurnalis: Muhammad Faizin
Editor: Gumilang

9 April 2024 02:00 9 Apr 2024 02:00

Thumbnail Benarkah Idul Fitri Berarti Kembali Suci? Pakar Hadis Beri Bantahannya Watermark Ketik
Prof KH Ali Mustafa Yaqub, ahli hadis yang banyak mengoreksi kekeliruan pemahaman masyarakat melalui berbagai tulisannya. (UIN Syahid/Ketik.co.id )

KETIK, SURABAYA – Di Indonesia, Idul Fitri kerap dimaknai sebagai kembali suci. Hal ini berdasarkan pemaknaan atas kata ‘Fitri’ yang kerap diartikan masyarakat sebagai ‘suci’. Namun ternyata, pendapat itu tidak sepenuhnya benar.

Kritik atas pemaknaan itu antara lain dikemukakan oleh (almarhum) Prof KH Ali Mustafa Yaqub, ahli hadis yang juga guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta.

Menurutnya, tidak tepat jika Idul Fitri diartikan kembali suci. Apalagi anggapan bahwa umat Islam yang telah berpuasa sebulan di bulan Ramadan, menjadi suci di hari Idul Fitri.

Kesalahan pemaknaan itu, menurut Ali Mustafa Yaqub disebabkan kekeliruan mengartikan arti fitri. Hal itu ia kemukakan dalam sejumlah karya tulisnya, diantaranya dalam buku ‘Haji Penyembah Setan’ (Pustaka Firdaus: 2006).

“Kata ‘Id, merupakan istilah bahasa Arab yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kejadian yang berulang. Karena Idul Fitri dirayakan setiap tahun. Sedangkan ‘Fitri’ artinya makan, bukan suci,” tulis pakar hadis alumnus Universitas Imam Muhammad bin Saud, Arab Saudi ini.

“Kalau fitrah, baru itu kondisi ketika manusia dilahirkan ke dunia,” sambungnya.

Ia menyebut, ada kekeliruan pemaknaan di Indonesia, antara fitrah dan fitri. Hal ini yang menyebabkan kekeliruan pemaknaan bahwa Idul Fitri berarti manusia kembali suci.

“Idul Fitri berarti (hari raya) makan siang umat Islam setelah sebulan berpuasa,” ujar KH Ali Mustafa Yaqub.

Ia kemudian menyitir sebuah hadis Nabi yang memperkuat makna Idul Fitri sebagai hari raya makan. Yakni hadis shahih yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi dari Siti Aisyah, Nabi Muhammad Saw bersabda:

 

الفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ، وَالأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ

“Idul fitri itu adalah hari ketika manusia makan (tidak berpuasa) dan idul adha adalah hari ketika manusia berkurban (Hr. al-Tirmidzi).

 

Pada hari raya Idul Fitri pula, orang diharamkan untuk berpuasa, setelah sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan.

KH Ali Mustafa Yaqub juga mengkritik anggapan, bahwa seorang muslim yang setelah sebulan berpuasa, lalu membayar zakat fitrah, maka akan kembali suci. Sebab, menurutnya, tidak ada satupun dalil seperti hadis apalagi al-Qur’an yang menyebut demikian.

“Kalau di Arab, zakat fitrah itu sebutannya zakat fithar atau zakat makan. Karena harus ditunaikan dalam bentuk makanan,” papar pendiri atau khadim Ma’had Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah ini.

“Al-fithrah artinaya sifat-sifat manusia ketika pertama kali diciptakan. Antara lain, manusia memiliki keimanan dasar untuk menyembah Allah SWT dan manusia memiliki sifat-sifat kelemahan. Sedangkan al-fithr berarti makan atau tidak berpuasa,” ujarnya.

Meski demikian, KH Ali Mustafa Yaqub juga sepakat bahwa zakat fitrah berfungsi untuk mensucikan harta sekaligus membersihkan pembayar zakat dari sifat-sifat bakhil dan cinta harta benda. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam Qur’an Surat At-Taubah ayat 103.

Karena itu, mereka yang membayar zakat hendaknya menyadari hikmah dari disyariatkannya zakat. Yakni agar manusia tidak menjadi gila harta bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Mereka yang membayarkan zakat, juga diharapkan bisa menjadi pribadi yang memiliki kepekaan sosial untuk peduli kepada lingkungan sekitarnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Idul Fitri Hari Raya kembali suci Zakat Fitrah Ali Mustafa Yaqub hadis UIN Syahid