KETIK, PACITAN – Bak serial Film Televisi (FTV) yang diisi aktris muda-mudi, pasangan Boradi (73) dan Suyatmi (71) juga menjalani hari-hari dengan penuh cinta, berjualan kopi dan jajanan angkringan di lapak sederhana yang mereka kelola bersama.
Bagi pasangan ini, usia bukanlah penghalang untuk saling bersama pun memulai kehidupan baru. Yang terpenting adalah komitmen saling menyadari kelemahan dan kekurangan masing-masing.
Boradi dan Suyatmi menikah pada tahun 2020 lalu, ketika keduanya sudah berstatus duda dan janda. Boradi kehilangan istrinya, dan Suyatmi pun telah ditinggal suaminya lebih dulu.
Serupa, karena pasangannya telah meninggal dunia lebih dahulu.
Sejatinya, mereka tidak berharap menikah lagi. Namun takdir berkata lain, mereka saling dipertemukan setelah lama melakoni hidup sendiri.
Melalui pertemuan singkat yang hanya butuh waktu tiga bulan melalui perantara tetangga, pada akhirnya mengubah hidup keduanya di usianya yang sama-sama sudah kepala tujuh.
Dari pernikahan mereka sebelumnya, Boradi dikaruniai tiga orang anak, sementara Suyatmi memiliki empat anak.
Saat ini, anak-anaknya sudah memiliki keluarga masing-masing, memilih untuk merantau dan membangun kehidupan baru di luar daerah.
Ada alasan kuat di balik keputusan mereka untuk menikah di usia yang sudah tak muda lagi itu. Salah satunya, Boradi dan Suyatmi merasakan kesepian setelah kehilangan pasangan hidup.
Bisa dikatakan, mereka ingin ada kehangatan baru yang selama ini hilang.
"Kan anak Alhamdulillah sudah besar-besar, semuanya merantau ke luar kota, dan di usia seperti ini, rasanya berat kalau tidak ada teman bicara, tidak ada yang menemani dan membantu," ungkap Suyatmi, Sabtu, 19 Oktober 2024.
Mereka juga mengaku, telah menemukan kecocokan satu sama lain, itu menjadi alasan kuat mereka untuk memutuskan menikah.
Menurutnya, hidup bersama jauh lebih bermakna daripada menjalani sisa hidup dalam kesendirian.
Pernikahan bukan sekadar soal status, tetapi tentang kebutuhan untuk berbagi kehidupan, merawat, dan menghibur satu sama lain di masa tua.
"Dari pada hidup sendiri-sendiri dan kesepian, kami lebih memilih untuk hidup bersama dan saling mendukung. Ya tahulah prosesnya kalau udah lansia nikah gimana, tentunya ngga seperti orang yang masih muda tiap hari telpon-telponan," tambah Suyatmi kepada Ketik.co.id.
Setiap hari, di timur Alun-alun Pacitan, mereka menjual kopi dan jajanan sebagai sumber penghasilan utama keluarga. Lapak dibuka sejak pagi hingga larut malam.
Suyatmi selaku pemilik lapak sejak puluhan tahun, tiap hari menyiapkan kebutuhan jajanannya. Sementara, Boradi stand by menjaga warung selama ditinggal pun membantu istrinya saat melayani konsumen.
Meski tak selalu ramai kecuali weekend, mereka tetap bersyukur bisa menjalani hidup dengan cara ini. Bagi mereka, kebersamaan dan dukungan satu sama lain adalah hal terpenting.
"Bapak (Boradi) ini yang tiap malam tidur di lapak, dia yang jaga jajanan dan perkakasnya," ujar Suyatmi sambil mengirisi tahu di lapaknya.
Di balik lapak sederhana itu, ada cerita tentang semangat dan cinta di usia senja. Mereka tak hanya berdagang guna memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga berbagi cerita, canda, dan kekuatan untuk hidup bersama.
Usia mereka memang sudah lanjut, namun semangat mereka mampu membuktikan bahwa cinta dan kebersamaan dapat tumbuh di segala umur.
"Buat yang masih muda atau yang sudah beristri, terpenting adalah tetap setia dengan pasangan. Jangan gampang menyerah apalagi mendua," tandas Suyatmi. (*)