Cerita tentang Eco Lindi, Formula Pembunuh Bau Kelas Dunia (1)

Jurnalis: Fathur Roziq
Editor: Marno

21 Juni 2023 18:08 21 Jun 2023 18:08

Thumbnail Cerita tentang Eco Lindi, Formula Pembunuh Bau Kelas Dunia (1) Watermark Ketik
Rizqy Widianto menyemprotkan cairan eco lindi ke bukit-bukit sampah di TPA Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Formula eco lindi menjadi perhatian pemerhati lingkungan. Selain tentang penemunya yang masih belia, cairan pekat penghilang bau itu menjadi solusi inovatif problem sampah. Resep ampuh untuk kota-kota besar.

Siang menjelang sore pada Maret 2022 lalu, hujan turun begitu lebat. Rizqy Widianto tercenung. Gamang. Petugas kebersihan itu berada di antara perbukitan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Tugasnya  menyemprotkan cairan dari truk tangki ke perbukitan sampah. Ratusan ton kotoran bertumpuk di hadapannya. Bau busuknya harus hilang.”Mana mungkin bisa?” gumam lelaki 34 tahun tersebut di dalam hati.

Rizqy tidak punya pilihan. Tugas dia laksanakan. Namun, perasaan ragu masih membelenggu langkahnya untuk menyelesaikan tugas dengan cepat. Benar-benar dia tidak yakin.

Sampai kemudian, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo Bahrul Amig ikut naik ke truk tangki. Dia menyabet selang besar. Segeralah dia ikut menyemprotkan cairan kehitaman itu dari atas truk. Basah kuyub didera hujan. Kasih contoh langsung.

Foto Para pemulung di TPA Sampah Desa Kupang turun dari perbukitan sampah menjelang adzan Magrib pada Sabtu (27/5/20023). (foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)Para pemulung di TPA Sampah Desa Kupang turun dari perbukitan sampah menjelang adzan Magrib pada Sabtu (27/5/20023). (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

Melihat sang bos bersemangat, Rizqy kemudian merasa kikuk. Kali ini dia tak mau kalah dengan Amig. Semprot habis berton-ton sampah itu hingga menjelang hujan reda. Penuh gereget.

Hujan pun berakhir. Lalu, panas menyengat kembali. Terik. Sesuatu yang di luar akalnya mendadak terjadi. Hidung Rizqi bak tercokok mimpi. Hanya beberapa menit setelah itu, bau busuk sampah benar-benar hilang. Ajaib. Dia bingung. Amig tersenyum.”Sampeyan iku dikandhani kok gak percoyo (Anda sih tidak percaya?” kelakar Amig.

Pejabat bergelar doktor dari Universitas Brawijaya Malang itu memang punya style yang khas. Senang  humor. Saat menjelaskan hal-hal rumit dan teoritis. Agar mudah dipahami anak buah yang dipimpinnya.

”Kesan itu tidak akan pernah saya lupakan,”  ungkap Rizqy saat ditemui di TPA Kupang pada Mei 2023 lalu.

Belakangan dia tahu, cairan itu bernama eco lindi. Penemunya adalah Rania Naura Anindhita, putri kedua Bahrul Amig. Gadis itu masih berkuliah semester VIII di Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Lulusan SMAN 1 Sidoarjo. Rizqy tambah penasaran. Bagaimana dara belia nan cantik itu menemukan cairan sehebat eco lindi. Dari mana inspirasinya?”Ini perpaduan antara wangsit campur science,” ucap Amig, lantas tertawa.

Tentu, lagi-lagi, bekas mantri pasar yang lulus S-3 bidang administrasi negara itu melontarkan humornya. Secara teori serius, penelitian eco lindi ini bisa melibatkan ilmu fisika, kimia, biologi, bahkan nuklir. Pusing nggak? Rizqy pun memilih percaya saja.

Kepada begawan media Indonesia Dahlan Iskan (Disway), Rania pernah bercerita bahwa dirinya pernah diajari sang ayah. Setiap selesai makan durian, Amig minta Rania mencuci jari tangannya. Dengan air yang dituangkan ke 'mangkuk' kulit durian. Bau harum menyengat durian pun hilang.

Anak kedua di antara tiga bersaudara itu berpikir. Mungkin ada sesuatu dari dalam sampah yang bisa menghilangkan bau busuknya. Itulah lindi. Limbah sampah itu sendiri. Gadis 20 tahun tersebut lalu membawa cairan lindi ke laboratorium kimia. Menelisik bahan pengurainya.

Singkat cerita, Rania berhasil menemukan molase. Tetes tebu yang banyak mengandung sukrosa dan fruktosa. Limbah pembuatan gula pasir. Dari situlah, komposisi eco lindi ditemukan.

Limbah sampah bernama lindi ini mulanya mematikan. Jika cairan dari sampah itu meluber ke tambak atau kolam, ikan-ikan di dalamnya bakal mati. Namun, begitu menjadi eco lindi, kondisinya berbeda. Mikroba yang bertemu eco lindi mengalami perubahan metabolisme.

Ikan-ikan di dalam wetland IPAL TPA justru bisa hidup. Banyak yang bilang itu tidak mungkin. Mustahil. Faktanya di TPA Kupang itu terbukti. Eco lindi menjadi penyelamat kehidupan.

Mei 2023 lalu, eco lindi masuk sebagai VI finalis lomba inovasi internasional: Sustain-a-City 2023Lomba itu diikuti  peserta dari 18 negara. Rania dan formulanya menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang lolos. Inspirasi superbesar dari Sidoarjo. Karya putri asli Sidoarjo kelahiran Desa Prasung, Kecamatan Buduran. Inovasi calon penyelamat bumi. (bersambung)

Tombol Google News

Tags:

TPA Kupang DLHK Sidoarjo Bahrul Amig Problem Sampah Eco Lindi Kabupaten Sidoarjo