KETIK, CIREBON – Berkas pengusulan KH. Abbas Abdul Jamil Buntet sebagai Calon Pahlawan Nasional dinilai paling lengkap, dan berpeluang besar ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2025. Hal itu disampaikan Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. dalam acara Istighosah dan Seminar dalam rangka pengusulan Kiai Abbas Abdul Jamil sebagai Calon Pahlawan Nasional di Pendopo Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu 17 Mei 2025.
Dalam sambutannya Kiai Asep menyampaikan bahwa dirinya takjub dan sangat mengapresiasi terhadap selesainya buku profil Kiai Abbas.
“buku profil ini sangat bernilai karena isinya sangat lengkap dan berdasarkan sumber primer yang dapat dipertanggungjawabkan. Kalau yang membaca profil ini kaum intelek, saya yakin pasti sangat bisa memahami kualitas tulisan yang ada di dalamnya. Referensi yang digunakan sangat lengkap, dan bersumber dari dalam dan luar negeri,” ucap Kiai Asep.
Lebih lanjut Kiai Asep menyampaikan bahwa buku profil Kiai Abbas ini adalah yang terbaik dan terlengkap sepanjang profil Calon Pahlawan Nasional yang ada.
“Saya sudah pernah mengusulkan abah saya, Kiai Abdul Chalim Leuwimunding sebagai Calon Pahlawan Nasional, dan alhamdulillah berhasil. Nah, kalau saya lihat buku profil kiai Abbas ini, saya optimis sangat baik dan lengkap. Bahkan seandainya ada orang diberi uang 1 Milyar, dan diminta menyusun buku profil semacam ini dari nol, belum tentu bisa, dan belum tentu selesai.” ungkap Kiai Asep yang dikenal Kiai Milyader tapi dermawan.
Apabila dilihat dari sisi perjuangan berdasarkan sumber primer yang ada, Kiai Abbas merupakan sosok Kiai yang paling layak dijadikan Pahlawan Nasional. Kiai Asep mengisahkan bahwa perang 10 November 1945 tidak akan berlangsung, seandainya Kiai Abbas tidak datang ke Surabaya.
“Saya baca sejarah, waktu itu Kiai Hasyim Asy’ari tidak akan memulai peperangan sebelum Kiai Abbas datang. Nah, begitu Kiai Abbas datang, maka kemudian kiai Hasyim As’ary merestui dimulainya perang 10 November dengan teriakan semangat dari Bung Tomo. Kini, Kiai Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, maka tidak berlebihan jika pada tahun ini, Kiai Abbas buntet juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.” tegas Kiai Asep.
Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. (Foto: Dok. Panitia Istighosah for Ketik.co.id)
Nampak hadir dalam acara istighosah dan seminar tersebut, KH. Mustahdi Abdullah Abbas yang merupakan cucu dari Kiai Abbas. Dalam sambutannya mewakili keluarga, Kiai Mustahdi menyampaikan bahwa Gelar Pahlawan Nasional tidaklah penting bagi sosok Kiai Abbas. Namun, hal tersebut menjadi penting bagi kita semua sebagai ikhtiar merawat spiritnya, menjaga semangatnya, dan menumbuhkan sikap kebangsaan dan kepahlawanan beliau di dalam diri kita dan anak cucu kita generasi Indonesia, masa depan Cirebon yang akan datang.
Kiai Mustahdi menjelaskan bahwa Kiai Abbas tidak saja berjuang dalam medan peperangan, tetapi kesehariannya sebagai pengasuh Pondok Buntet Pesantren tidak bisa dilepaskan dalam perjuangan di dunia pendidikan.
“Dalam perjuangan kemerdekaan, masyhur Kiai Abbas didapuk sebagai panglima dalam Perang 10 November 1945. Dalam pendidikan, Kiai Abbas juga merupakan sosok pembaharu pendidikan dengan membentuk sistem klasikal madrasah di saat banyak pesantren yang masih belum menerapkannya. Di madrasah itu juga dimasukkan berbagai mata pelajaran umum, utamanya pelajaran bahasa Indonesia yang Kiai Abbas sendiri ikut serta menetapkannya sebagai bahasa satunya Indoensia dalam sumpah pemuda.” Kata Kiai Mustahdi.
Senada dengan Kiai Mustahdi, Penjabat Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH. Aris Ni'matullah meyakini Kiai Abbas sendiri tidak berkenan dengan gelar Pahlawan Nasional itu.
Seperti orang tua yang memberikan jiwa raganya untuk anak, tentu tidak ada harapan mendapatkan balasannya. "Kita sebagai santrinya, murid-muridnya, tentu saja ingin menempatkan beliau dalam posisi yang sebenarnya. Hanya itu yang bisa diberikan kepada beliau," katanya.
Sementara itu, H.E. Agus Ismail, S.Sos., M.Pd. analis kebijakan ahli madya, Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyampaikan bahwa secara dokumen, pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional sudah memenuhi kriteria. Kontribusinya tercatat dalam berbagai dokumen. Namanya diambil sebagai nama-nama gedung, mulai masjid, mushala, perpustakaan, hingga gedung pertemuan dan Asrama Haji.
"Seluruh kebutuhan data insyaallah sudah terpenuhi. Banyak data primer terbaru yang ditemukan untuk menambah kekayaan dokumen, seperti dokumen Belanda hingga surat kabar New York Times," kata pria yang biasa dipanggil Agis itu.
Sebagaimana sudah diberitakan sebelumnya, pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional dari Jawa Barat telah disampaikan oleh Pemprov Jawa Barat ke Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial (Ditjen Dayasos) pada tanggal 11 April 2025.
Setelah berkas diterima oleh Ditjen Dayasos, dilakukan pemeriksaan dokumen, hasilnya dinyatakan lengkap dan telah memenuhi ketentuan administrasi. Selanjutnya berkas tersebut akan diserahkan kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) untuk dipelajari sebelum dilaksanakan rapat / sidang TP2GP.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, M.Si., anggota DPR RI Periode 2019-2024 dalam sambutannya menyampaikan bahwa dirinya berani menggaransi kualitas buku profil Kiai Abbas karena dirinya mengetahui bahwa dalam penyusunnya mencari sumber data primer hingga negeri Belanda. “saya meyakini bahwa tulisan di buku profil kiai Abbas ini shoheh, karena saya tahu sumber data primernya didapat hingga di Belanda.” Ungkap Prof Zainuddin.
Lebih lanjur Prof. Zainuddin menyatakan bahwa proses pengusulan gelar pahlawan nasional ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya inisiator dan sponsor. Maka hadirnya Kiai Asep sebagai inisiator dan sponsor utama, menjadikan proses pengusulan gelar pahlawan nasional Kiai Abbas berjalan lancar hingga tahap ini.
Sebagaimana terlihat dalam setiap kegiatan seminar pengusulan Kiai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional, Kiai Asep selalu hadir sebagai inisiator dan sponsor utama. Namun, Kiai Asep menolak disebut sebagai inisiator dan sponsor utama, karena ada sosok Ibu Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur yang dipandang sebagai inisiator dan sponsor yang sesungguhnya.
Khofifah selalu memantau dan menanyakan berkaitan dengan perkembangan pengusulan Kyai Abbas sebagai Calon Pahlawan Nasional hingga diterimanya buku profil ini. Seperti hal nya beliau selalu memantau beberapa Calon Pahlawan Nasional lainnya. Sebab, beliau selalu mengatakan bahwasannya Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. (*)