KETIK, SURABAYA – Untuk mendukung tercapainya target produksi gabah di Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendatangi Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo.
Dalam kunjungan itu, mantan Menteri Sosial ini meminta untuk rehabilitasi irigasi rusak dan membuat saluran baru.
“Kami membutuhkan dukungan dari Kementerian PU untuk mempercepat rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak dan mengembangkan saluran baru yang dibutuhkan petani,” ungkap Khofifah, Selasa, 15 April 2025.
Kebutuhan irigasi tersebut tentunya untuk pengairan sawah, khususnya sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya sangat bergantung pada air hujan. Lahan ini umumnya memiliki keterbatasan air dan berisiko kekeringan.
“Lahan sawah tadah hujan merupakan lumbung padi kedua setelah lahan irigasi dan berperan penting dalam ketahanan pangan, terutama di daerah yang bergantung pada curah hujan. Sehingga dukungan untuk teknologi irigasi sawah tadah hujan sangat membantu,” katanya.
Khofifah menegaskan bahwa Provinsi Jawa Timur siap mendukung program swasembada pangan nasional Presiden RI, Prabowo Subianto.
Kesiapan Jatim dalam mewujudkan swasembada pangan, kata Khofifah, sudah terbukti nyata. Tercatat, selama 5 tahun berturut, dari 2020 - 2024 secara konsisten menjadi provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi beras di Jatim pada 2024 mencapai 5,4 juta ton.
"Insya Allah, Jatim siap untuk mendukung semangat dan upaya untuk swasembada pangan nasional terutama beras. Sejauh ini Jatim surplus untuk beras," ujar Khofifah.
"Bahkan kita konsisten menjadi provinsi penghasil beras tertinggi secara nasional lima tahun berturut-turut. Tahun 2020 Jatim memproduksi beras sebesar 5,74 juta ton, tahun 2021 sebesar 5,65 juta ton, tahun 2022 sebesar 5,5 juta ton dan tahun 2023 sebesar 5,61 juta ton," tambahnya.
Lebih lanjut, Gubernur Khofifah mengungkapkan bahwa besarnya produktivitas beras di Jatim didukung oleh banyak upaya, mulai dari penggunaan teknologi pertanian, seperti transplanter, traktor modern dan combine harvester yang mampu mengurangi kehilangan saat pengolahan gabah.
Selain itu, juga didukung dengan optimalisasi sistem irigasi serta inovasi sistem pertanian yang banyak dikembangkan di Jatim.
"Irigasi yang baik dan inovasi sistem pertanian terus kita dorong sebagaimana amanat bapak Presiden Prabowo dalam Inpres nomor 2 tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi, serta Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi menjadi dasar kuat untuk mendukung daerah mencapai swasembada pangan," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri PU, Dody Hanggodo mengatakan, pemerintah pusat akan turut membantu peningkatan produktivitas beras di Jatim untuk mewujudkan swasembada pangan. Yakni dengan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi di Jatim.
Menurutnya infrastruktur irigasi merupakan salah satu kunci utama untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya padi, yang berperan penting dalam target produksi Gabah Kering Panen (GKP) Jatim sebesar 12,6 juta ton pada 2025.
"Oleh karena itu, Kementerian PU siap mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang lebih besar, khususnya untuk sumber daya air yang menunjang pertanian," pungkasnya.
Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, menyoroti tantangan besar yang dihadapi Pulau Bawean di Kabupaten Gresik.
“Dari total 4.000 hektare lahan pertanian di Bawean, sebanyak 75 persen masih mengandalkan air hujan. Kami sangat berharap Kementerian PU bisa segera membangun jaringan irigasi permanen agar produksi pangan lebih stabil,” katanya.
Begitu pula dengan Bupati Malang, Sanusi, yang meminta bantuan Kementerian PU dalam memperbaiki infrastruktur irigasi yang rusak akibat bencana alam.
“Produksi pertanian kami menurun signifikan karena hanya bisa sekali panen dalam setahun. Banyak tanggul dan bendungan rusak akibat banjir sehingga membutuhkan perhatian khusus dari pusat,” ujar Sanusi. (*)