KETIK, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta guru bisa menerapkan empat konsep pendidikan kepada para muridnya. Keempat konsep tersebut antara lain tadris (pembelajaran), ta'lim (pengajaran), tarbiyah (pengasuhan) dan ta'dib (kesantunan).
"Empat konsep pendidikan tersebut seyogyanya ada di dalam semua guru dengan tujuan membentuk para murid yang berakhlakul karimah," ujarnya saat Safari Ramadhan Pendidikan Tahun 2025 / 1446 H Korwil III Dinas Pendidikan Provisi Jawa Timur di SMKN 5 Surabaya, Sabtu, 8 Maret 2025.
Menurut Khofifah, guru sebagai tenaga pendidik pasti mengajarkan proses ta'lim dan tadris melalui proses transfer of knowledge kepada murid-muridnya. Namun, ada proses tarbiyah atau proses pengasuhan yang tidak banyak dilakukan para guru. Artinya, para guru tak sekadar mengajar tetapi juga memberikan pengasuhan kepada anak didiknya.
Proses tarbiyah, lanjut Gubernur Khofifah, mudah dilakukan jika diterapkan dalam boarding school karena ada kedisiplinan, kesantunan, kesederhanaan, ihtiram (saling hormat menghormati) yang telah diajarkan.
"Kalau di kelas terbatas, tetapi kalau di asrama proses itu memungkinkan," ujarnya.
Kemudian proses ta'dib yakni pembinaan akhlak atau budi pekerti bisa diterapkan dan diamalkan secara lebih intens oleh mudarris (guru) kepada murid-muridnya. Sehingga tidak sekadar mengajar, mendidik dan mengasuh, tetapi juga mengajarkan adab sopan santun bagi para murid.
Khofifah meyakini semua guru berusaha untuk menerapkan keempat konsep pendidikan tersebut . Sebab, para guru dengan ikhlas ingin menyampaikan pesan kebaikan, mengajarkan kehidupan dan kebaikan kepada murid-muridnya.
"Ada janji keberkahan, kemuliaan dan pahala di dalam diri para guru," ucapnya.
Lebih lanjut, Khofifah mengatakan bahwa Menteri Agama sedang menyiapkan kurikulum cinta. Kurikulum cinta mengajarkan antar sesama tidak saling membenci, melainkan harus saling memberi kasih, ketentraman dan kedamaian.
Dalam hal ini, Khofifah meminta para guru merangkul sekaligus mencari formula bagi murid-murid yang cenderung melakukan tindakan kurang baik. Ia mencontohkan, ketika ada salah satu teman yang dianggap _trouble maker_ karena dianggap sering membully teman-temannya dijauhi.
Proses itu, kata Khoffiah, tidak bisa diambil ranting dan cabangnya, tetapi dikuatkan dari akarnya agar tumbuh baik dan subur.
"Akarnya cinta. Inilah kurikulum yang disiapkan Menteri Agama agar antar sesama membangun suasana kasih dan sayang dan jangan saling membenci serta mencederai," pungkasnya. (*)