KETIK, PACITAN – Harga cengkeh di Kabupaten Pacitan melonjak hingga berkisar Rp115 ribu per kilogram pada pertengahan Juni 2025.
Tingginya harga terjadi seiring dengan minimnya pasokan dari petani, lantaran panen belum memasuki puncaknya dan produksi dinilai lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Petani cengkeh asal Desa Kalipelus, Kecamatan Kebonagung, Zaenal Muhtarom, menyebut bahwa hasil panen tahun ini masih terbatas.
Bahkan, sebagian besar petani di wilayahnya masih memilih untuk menyimpan hasil panen sambil menunggu waktu.
"Kalau saya belum sering panen. Petani lain juga masih belum banyak yang jual. Kemungkinan panennya tahun ini memang lebih sedikit dibanding tahun kemarin," ujar Zaenal, Rabu, 18 Juni 2025.
Zaenal biasanya menjual hasil panennya ke lapak milik Parti yang berlokasi di Pasar Kelapa, Mentoro, Pacitan.
Menurut Zaenal, harga yang tinggi sebenarnya menjadi angin segar bagi petani, namun sayangnya tidak diiringi dengan jumlah produksi yang mencukupi.
"Harga bagus, tapi kalau barangnya sedikit, ya tetap saja tidak bisa dapat banyak," ujarnya.
Beberapa petani lain di wilayah Arjosari dan Tulakan juga dilaporkan belum melakukan panen secara massal. Curah hujan yang masih kerap turun disebut sebagai salah satu penyebab terganggunya proses pembungaan dan pematangan cengkeh.
Kondisi tersebut turut diamini oleh sejumlah pedagang pengepul di pasar tradisional Pacitan. Mereka menyebut, stok cengkeh yang masuk ke pasar masih sangat terbatas, bahkan beberapa hari terakhir nyaris tidak ada pengiriman dari petani.
"Baru ada beberapa petani yang jual. Itu pun jumlahnya masih hitungan kilogram, belum sampai kuintal," kata pengepul cengkeh, Turami.
Sementara itu, dari data lapangan, harga cengkeh kering per kilogram saat ini berkisar antara Rp110–Rp115 ribu, tergantung kualitas dan tingkat kekeringan. Harga ini naik cukup signifikan dibanding tahun lalu yang sempat berada di kisaran Rp85–Rp95 ribu. (*)
