Ikhtiar Desa di Pacitan Lestarikan Budaya Jawa

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

6 September 2023 12:00 6 Sep 2023 12:00

Thumbnail Ikhtiar Desa di Pacitan Lestarikan Budaya Jawa Watermark Ketik
Guru Dwija Bambang Purnomo tengah menunjukkan cara pembuatan Kembar Mayang pada muridnya dalam acara rutinan Pasinaon. (Foto: Mohammad Abdul Mannan for Ketik Media)

KETIK, PACITAN – Di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman, Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terus melestarikan adat istiadat jawa melalui 'Pasinaon Pranatacara Saha Pamedar Sabda' yang artinya pembelajaran pembawa acara dan pemberi nasihat.

Masyarakat menyebut, pranatacara adalah seseorang yang sering dihubungkan dengan upacara adat Jawa seperti temanten (pernikahan), kesripahan (kematian), pepanggihan (pertemuan), pasamuan (perjamuan), pengaosan (pengajian), pentas, dan lain sebagainya.

Sedangkan, pamedhar sabda adalah orang yang bertugas medhar sabda atau menyampaikan pidato yang berisi wejangan, wewarah, gagasan atau pemikiran orang lain.

"Pranatacara itu umumnya dikenal seperti MC (Master of Ceremony) mantenan, dan peruntukannya itu di semua acara yang menggunakan bahasa jawa bisa," kata Ketua Lembaga Masyarakat Pasinaon Pranatacara Saha Pamedar Sabda 'Sekar Pitutur' Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Hasan Rosyidi, Rabu (6/9/2023).

Sementara Pasinaon merupakan upaya dalam menggali dan melestarikan adat istiadat dan budaya jawa (Nguri uri kabudayan jawi) yang tidak bertentangan dengan syariat ajaran agama Islam. Meliputi aspek bahasa, makna di balik acara, spiritual, tingkah laku dan kesenian.

Pasinaon juga menjadi wadah bagi masyarakat setempat untuk mendidik generasi mendatang dalam melestarikan budaya jawa. Termasuk penggunaan bahasa dan perilaku di dalam kehidupan sehari-hari.

"Ini juga merupakan tempat berkumpulnya bagi warga setempat, yang pengin belajar apa saja terkait kebudayaan Jawa," ucapnya.

Pendidikan ini juga dalam rangka mengantisipasi semakin tergerusnya budaya Jawa di masa mendatang. Mengingat banyak anak muda yang mulai meninggalkan adat-istiadat para pendahulu.

"Ini dalam rangka menjaga adat dan budaya Jawa, agar tidak hilang. Ini ikhtiar bersama untuk memastikan bahwa generasi muda Jawa tidak tergerus peradaban," ucapnya.

Foto Simulasi pranatacara pernikahan dalam rangkaian pembelajaran.  (Foto: Mohammad Abdul Mannan for Ketik Media)Simulasi pranatacara pernikahan dalam rangkaian pembelajaran. (Foto: Mohammad Abdul Mannan for Ketik Media)

Ragam Bentuk Pendidikan di Pasinaon

Tradisi pranatacara dan pamedhar sabda merupakan bagian integral dari acara adat di berbagai wilayah, khususnya Jawa Timur. Hal ini berhubungan dengan seorang tokoh yang memiliki pengetahuan mendalam tentang adat istiadat Jawa, yang bertugas untuk memandu seluruh rangkaian upacara dengan penuh kebijaksanaan.

Syaratnya harus fasih dalam menjelaskan makna dan filosofi setiap langkah upacara kepada para tamu dan masyarakat yang hadir. Sedikitnya ada tiga aspek dalam pembelajaran di dalam Pasinaon ini, meliputi keagamaan, tari-tarian dan kesenian, serta linguistik (kecakapan berbahasa).

Kegiatan ini dibimbing tiga tokoh yang ahli di bidangnya dari wilayah setempat. Diantaranya Jarwadi sebagai pembimbing keagamaan, Supiatsih pemandu tetarian dan mantan Camat Nawangan Bambang Purnomo yang jadi Guru (Dwija atau Pranata Pamedar).

Pembelajaran dalam Pasinaon berkaitan dengan seni dan kerajinan tradisional, salah satunya pembuatan bunga hiasan yang disebut kembar mayang. Hasil representasi dari paham Hindu yang menampilkan Pohon Kalpataru sebagai simbol pohon kehidupan.

Terdapat pula kesenian tari, generasi muda diajarkan tentang gerakan yang khas, kostum tradisional, serta cerita-cerita yang tersirat dalam setiap tarian. Tarian-tarian ini seringkali menjadi bagian penting dalam upacara adat dan menyampaikan pesan-pesan penting dari budaya Jawa.

Lanjut pada penghayatan ajaran keagamaan guna memastikan nilai-nilai agama Islam tidak menyimpang dalam melandasi banyak upacara adat. Ini termasuk pemahaman tentang mitologi, ritual, dan simbolisme yang berkaitan dengan kepercayaan orang Jawa.

Terakhir, pranatacara dan pamedar, yang berkaitan dengan aspek-aspek tata cara sosial dan budaya. Di dalamnya menjelaskan tata cara berperilaku dan berinteraksi pada masyarakat Jawa, mencakup etika dalam berbicara, berpakaian, dan tindakan sehari-hari lainnya.

Terkhusus pada peran pranatacara dan pamedhar sabda dalam acara-acara resmi maupun hiburan, hingga kini tetap menjadi tolak ukur sukses tidaknya suatu acara. Sehingga dapat dibayangkan apabila suatu acara nuansa Jawa tidak menggunakan kedua profesi tersebut, maka acara itu akan terasa tidak urut dan tidak enak.

"Maka kami bangun rasa percaya diri pada setiap individu itu penting, dan harus mempunyai keyakinan atas kemampuan yang dimiliki," terang Guru Dwija Bambang Purnomo.

Tak hanya itu, kata dia, profesi itu harus dapat melafalkan dengan benar kata-kata bahasa Jawa krama inggil. Mereka juga diwajibkan mampu mengendalikan suaranya agar tetap menarik dan tidak menjenuhkan. 

"Selain suara, nafas juga harus di kendalikan secara teratur. Beberapa syarat yang biasanya menjadi dasar bagi pranatacara agar mampu melaksanakan tugasnya antara lain memiliki kemampuan olah swara atau teknik vocal," paparnya.

Foto Puluhan murid nampak antusias mengikuti setiap sesi pembelajaran.  (Foto: Mohammad Abdul Mannan for Ketik Media)Puluhan murid nampak antusias mengikuti setiap sesi pembelajaran. (Foto: Mohammad Abdul Mannan for Ketik Media)

Peran penting Pasinaon serta dukungan masyarakat Desa Jetis Lor dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi wilayah lainnya dalam pelestarian budaya Jawa. "Semoga satu kelas ini dapat menularkan ilmunya dan jadi inspirasi di berbagai daerah lain," katanya penuh harap.

 Pasinaon Pranatacara Saha Pamedhar Sabda 'Sekar Pitutur' merupakan Lembaga Kemasyarakatan di Desa Jetis Lor yang disahkan oleh Pemerintah Desa setempat. Tercatat ada sekitar 30-an murid yang saat ini tengah digembleng seminggu dua kali selama 48 kali pertemuan.

"Alhamdulillah, kami termasuk generasi yang beruntung bisa ikut belajar. Ilmu yang didapatkan ini semoga dapat pula kami terapkan dan turunkan ke generasi mendatang, karena itu merupakan ciri khas sebagai orang Jawa," pungkas murid Pasinaon Mohammad Abdul Mannan (28) dengan antusias.(*)

Tombol Google News

Tags:

Budaya Jawa Pasinaon Pranatacara Pamedhar Sabdha Nawangan pacitan