Imam Syafi’i Sindir Pendapatan Rumah Sakit Eka Candra Rini yang Jauhi Target

9 Juni 2025 20:15 9 Jun 2025 20:15

Thumbnail Imam Syafi’i Sindir Pendapatan Rumah Sakit Eka Candra Rini yang Jauhi Target
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Imam Syafi'i. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Rumah sakit baru yang dibangun Pemkot Surabaya di kawasan Timur tampaknya membutuhkan pertolongan darurat bukan karena lonjakan pasien, tetapi karena pendapatannya yang yang jauh dari target yang dicanangkan.

Hal ini menjadi sorotan tajam dari Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Imam Syafi’i, yang tak segan melontarkan kritik bernada sindiran terhadap kinerja rumah sakit tersebut.

Imam menilai hal ini bukan sekadar soal waktu adaptasi, tetapi cerminan dari perencanaan yang tidak matang baik dari sisi manajemen, promosi layanan, maupun kesiapan fasilitas medis.

Dalam rapat evaluasi triwulan I tahun anggaran 2025, Imam menyebut bahwa hingga Mei 2025, pendapatan RS Eka Candra Rini baru mencapai sekitar Rp 3,56 miliar. Jumlah tersebut sangat jauh dari target pendapatan tahun 2025 sebesar Rp 105 miliar.

“Coba bayangkan, target pendapatan Rp 105 miliar, tapi hingga bulan Mei baru terkumpul Rp 3,56 miliar. Itu pun dengan bed occupancy ratio (BOR) hanya 17 persen. Artinya rumah sakit ini belum optimal sama sekali,” ungkap Imam pada Senin 9 Juni 2025.

Imam mengaku tidak kaget dengan anjloknya pendapatan itu. Ia dejak awal sudah memperingatkan bahwa rumah sakit baru membutuhkan waktu dan proses panjang untuk bisa berkembang, termasuk mencapai titik impas pendapatan.

“Bahkan ketika kami tanya langsung ke Direktur RS Suwandi dan BDH, mereka menyebut butuh minimal lima tahun untuk rumah sakit baru bisa mandiri secara finansial. Ini tidak bisa ujug-ujug langsung untung,” jelas politisi NasDem tersebut.

Tak hanya itu, Imam menyayangkan pembangunan RS Eka Candra Rini yang menelan biaya hampir setengah triliun rupiah, namun belum dilengkapi peralatan esensial seperti CT Scan dan MRI yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan medis dan penunjang pendapatan.

“Kalau fasilitas penting seperti CT Scan dan MRI belum ada, terus apa yang bisa diandalkan untuk mengejar target pendapatan dalam tujuh bulan tersisa?," sindir Imam.

Imam bahkan mengibaratkan proses kelahiran RS Eka Candra Rini sebagai bayi yang lahir secara prematur dan dipaksakan. “Rumah sakit ini dulu sangat tergesa-gesa, ibarat bayi yang lahir prematur dan dipaksa lahir dengan dukun pijat. Sekarang yang kerepotan adalah para pengasuhnya,” terangnya

Namun demikian, Imam menegaskan bahwa Komisi D DPRD Surabaya tidak sedang mencari siapa yang harus disalahkan, melainkan mendorong evaluasi bersama demi perbaikan ke depan.

“Secara fisik bangunan rumah sakit ini bagus, tidak kalah dengan rumah sakit swasta. Tapi sayang kalau pendapatannya segini-segini saja,” kata mantan jurnalis kawakan ini.

Maka dari itu, Imam mendesak Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menunda rencana pembangunan rumah sakit baru lainnya sampai RS Eka Candra Rini mandiri secara operasional.

“Cita-cita membangun rumah sakit baru nanti dulu. Sekarang ini saja masih ‘bleeding’, jangan mikir yang lain dulu. Biarkan rumah sakit yang sekarang ini jalan dulu dengan sehat,” pungkas Imam Syafi'i Anggota Komisi D DPRD Surabaya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pemkot Surabaya Rumah Sakit Eka Candra Rini pendapatan RS RS Eka Candra Rini Imam Syafi'i Nasdem Komisi D DPRD Surabaya DPRD Surabaya