KETIK, MALANG – Tahun 2024 akan segera berakhir. Selama hampir satu tahun perjalanan, masih terdapat beberapa permasalahan di Kota Malang belum tuntas. Salah satunya keberadaan pengemis dan pengamen di kota pendidikan ini.
Keberadaan pengamen dan pengemis terlihat di perempatan lampu merah dan beberapa titik lainnya. Selain di perempatan lampu merah juga terlihat di tempat keramaian dan fasilitas umum.
Diantaranya di pasar, pusat perbelanjaan dan alun-alun. Pemandangan ini tentunya dinilai sejumlah warga sangat menggangu. Apalagi keberadaannya juga mengganggu kenyamanan.
"Tiap menit pas nongkrong itu pasti ada (Pengemis dan pengamen) jadi kurang nyaman," ujar salah satu warga Kota Malang berama Fatma kepada Ketik.co.id belum lama ini.
Kalau keberadaan pengemis dan pengamen terlihat sekali dua kali saja, ia tak mempermasalahkannya.
"Kalau sekali aja tidak apa-apa. Tapi berkali-kali pasti ada. Di angkringan pas malam. Selang beberapa menit pasti datang. Pernah sekali ngasih biasanya kalau sama temen gantian yang kasih. Rp2.000 maksimal kalau ngasih," ungkapnya.
Kemudian keberadaan pengamen juga disinggungnya. Apalagi ketika di tempat makan seperti pujasera dan warung. Keberadaan pengamen juga bisa membuat tak nyaman.
"Sekali nongkrong bisa sampe 5 pengamen. Biasanya di jam 8-10 malam paling banyak," sebutnya.
Pengemis Berdalih Kekurangan Ongkos Pulang, Menghantui Mahasiswa Kota Malang
Banyak modus digunakan oleh oknum pengemis yang berkeliaran di sekitar lingkungan kampus. Salah satu modus yang digunakan ialah kekurangan ongkos untuk pulang.
Hal tersebut dialami oleh Dwisya, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB). Dwisya mengaku pernah didatangi oleh perempuan paruh baya yang meminta ongkos untuk pulang.
"Waktu itu aku jalan kaki pulang dari Car Free Day (CFD), ketemu mbah-mbah di daerah depan pemakaman. Mbahnya minta uang alasannya buat bayar bis untuk pulang," ujarnya, Senin 16 Desember 2024.
Sambil menunjukkan uang Rp 30.000 yang dipegang, ia meminta agar Dwisya memberikan tambahan Rp 20.000. Namun perempuan tersebut tidak memberi tahu tempat tujuannya.
Keberadaan Pengemis Membuat Was-was
Dwisya sendiri merasa khawatir sebab banyak ditemukan kabar terkait maraknya pengemis dengan modus serupa. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak menuruti permintaan tersebut.
"Sebenarnya waktu itu bawa uang cash, tapi karena trust issue sama modus minta-minta gini jadi gak aku kasih. Yaudah deh mbahnya pergi habis itu," terangnya.
Maraknya peristiwa tersebut membuatnya was-was dan sedikit khawatir. Terlebih kejadian tersebut juga sempat dialami oleh mahasiswa lainnya.
"Terus karena sering ditolongin malah jadi semakin banyak oknumnya. Tapi kalau niatnya sedekah sih ya sudah jadi urusan dia sama Allah saja kalau emang dia bohong," katanya.
Kejadian tersebut juga sempat dialami oleh Cindar, salah satu alumni UB. Ia pernah mendapati seorang ibu-ibu berjalan di sekitar daerah Kerto Raharjo yang datang menghampirinya saat hendak pulang ke kos.
"Ibu itu datang katanya habis cari anaknya dan mau pulang tapi nggak punya uang. Akhirnya minta tambahan uang dan aku kasih tapi cuma Rp 5.000," katanya.
Namun beberapa hari setelahnya, ia tak sengaja berpapasan dengan ibu-ibu tersebut yang masih berkeliaran di area kos mahasiswa.
"Dari situ baru sadar ternyata itu cuma modus saja," tuturnya. (*)