Ketika Tuhan Tak Bisa Disogok: Drama Haji Furoda dan Visa Langit yang Ditolak

2 Juni 2025 20:25 2 Jun 2025 20:25

Thumbnail Ketika Tuhan Tak Bisa Disogok: Drama Haji Furoda dan Visa Langit yang Ditolak
Raditya Indrajaya adalah Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Barat. (Karikatur: Rihad Humala/Ketik.co.id)

Duit sebanyak Rp 975.300.000. Kalau dikonversi, itu cukup buat beli satu rumah di Bandung plus isinya dan mobil EV BYD. Tapi tahun ini, uang sebanyak itu hanya cukup untuk membeli...kekecewaan. Mahal. Eksklusif. Tapi gagal. Seperti melamar gebetan dengan flashmob di mall, tapi ternyata dia sudah tunangan sama orang lain.

Haji Furoda. Jalur sultan. Bukan antrean rakyat biasa. Bukan paket plus-plus. Ini jalur “tanpa antre”, kayak punya kenalan dalam. Tapi sayang, kenalannya bukan malaikat Izrail. Ini haji yang katanya bisa bypass langsung ke langit. Tapi, yah..ternyata langit juga punya satpam. Dan tahun ini, satpamnya bilang: “Maaf, daftar tunggu lagi, Pak.”

Ketua Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) bilang, harga Haji Furoda mulai Rp 373,9 juta. Itu baru starting. Kalau mau yang "full option", ya siap-siap merogoh hampir Rp 1 miliar. Tapi apa gunanya suite bintang lima di Mekah kalau akhirnya kita cuma bisa tidur di ranjang sendiri sambil nyalain diffuser aroma zamzam?

Arab Saudi tahun ini tutup gerbang Visa Furoda. Nggak ada klarifikasi. Nggak ada diskon. Bahkan nggak ada permisi. Seperti pacar yang tiba-tiba nikah sama orang lain, padahal chat terakhir masih pakai emot love. Banyak yang sudah pesan tiket, bayar lunas, packing koper Samsonite, beli ihram dari Turki, bahkan sudah pasang wallpaper Ka'bah di HP. Tapi akhirnya? Yang dicium cuma bantal.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama bilang, ada 203.320 kuota haji reguler. Tapi yang dapat visa cuma 203.279. Sisa 41? Hilang entah ke mana. Mungkin nyangkut di folder spam-nya malaikat Raqib.

Menteri Agama bilang: Ini bukan hanya Indonesia. Negara lain juga kena. Artinya apa? Ini bukan kegagalan manajemen. Ini reuni global para manusia yang ditolak langit. Kaya, miskin, bule, pribumi – semua rata ditolak. Sebab Tuhan itu Maha Adil. Nggak peduli saldo, nggak peduli gelar, nggak peduli outfit ihram limited edition.

Komnas Haji pun angkat tangan. Ini bukan urusan syariat. Ini urusan niat. Dan sayangnya, niat tidak bisa dibungkus dalam amplop coklat. Lihatlah para jemaah furoda itu. Wajah kecewa. Kopor branded. Tiket mahal. Tapi tidak ada zamzam, tidak ada debu Arafah.

Sementara di kampung, Pak Salim, tukang tambal ban dengan sandal jepit dan doa ibu, justru berangkat. Tanpa koper Samsonite. Tanpa kursi pesawat kelas bisnis. Tapi dengan hati yang bersih, dan undangan yang dicetak langsung di Lauhul Mahfudz.

Sebab haji bukan urusan saldo, tapi soal restu. Dan restu itu, Kang, tidak bisa diurus via calo, biro, atau link belakang.

Langit tidak bisa disuap. Ka'bah tidak bisa didekati dengan privilege. Surga tidak mengenal “jalur prioritas”. Dan Tuhan, biarpun Maha Pemurah, tetap tidak menerima sogokan. 

Jadi tahun ini, Haji Furoda bukan sekadar gagal berangkat. Tapi berhasil jadi pengingat. Bahwa yang Maha Mengundang bukan travel agent. Tapi Allah yang Maha Memilih.

Maka seruputlah kopimu dengan ikhlas. Sebab siapa tahu, tahun depan… Allah sedang menyiapkan tiket undangan yang tidak bisa dibatalkan oleh siapa-siapa. Visa Langit, hanya bisa dicetak oleh Hati yang Lulus Ujian.(*)

*) Raditya Indrajaya adalah Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Barat.
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
Panjang naskah maksimal 800 kata
Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

haji Haji Furoda jemaah haji