KETIK, SIDOARJO – Keajaiban demi keajaiban dialami H Samiadji Makin Rahmat. Pria yang dikenal sebagai ”Santri Embongan” Ponpes Darul Musthofa, Gondanglegi, Malang itu mendapat panggilan Allah SWT melalui ”jalur langit”. Semua serba dimudahkan. Inilah kisahnya.
”Boleh dikata saya ini berangkat melalui Kloter Kun Fayakun,” ungkap Abah Makin, sapaan akrab H Makin Rahmat, dalam narasinya yang dikirim dari Makkah pada 12 Juni 2025.
Abah Makin bercerita. Bahwa ikhtiar adalah bagian dari perjuangan meraih harapan dan cita-cita. Seorang jurnalis tentu selalu dituntut untuk tanggap terhadap berbagai macam hal.
Setidaknya memahami dan selalu peka pada ”rumus” 5W+H untuk melukis sebuah peristiwa. Itu merupakan panduan dasar pertanyaan bagi seorang jurnalis untuk mengumpulkan informasi, menyusun berita, dan menganalisis peristiwa.
Kaidah 5W+H dalam penulisan berita juga sering diistilahkan sebagai ”Adiksimba”. Kepanjangannya ialah apa (what), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan siapa (who), serta bagaimana (how).
Dari kelengkapan standar pertanyaan itu seorang jurnalis akan mampu menggambarkan peristiwa apa yang terjadi (what), kapan terjadinya (when). Di mana kejadian itu berlangsung (where). Siapa saja yang terlibat atau berada dalam peristiwa (who). Mengapa sebuah peristiwa terjadi dan sebab musababnya (why). Yang tidak kalah penting ialah bagaimana proses peristiwa itu terjadi (how).
”Kaidah 5W+H itu ternyata sulit dinalar saat saya memperoleh panggilan ke Tanah Suci. Jika Allah SWT sudah berkehendak, maka tidak ada yang mustahil,” ungkap Abah Makin, yang juga ketua Forum Pimred SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) Jatim itu.
Apa yang dia alami membuktikan kebenaran firman Allah SWT: "Mereka merencanakan dan Allah juga merencanakan. Dan, Allah sebaik-baik perencana." (QS Ali Imran: 54).
”Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan (semua mahluk) dan menyempurnakannya. Yang memberi takdir kemudian mengarahkan (nya).” (QS Al-A'la 1-3).
Berikut kisah Abah Makin yang juga ditulisnya dengan gaya bertutur.
Pada akhir November 2024, secara kebetulan, saat melakukan rapat koordinasi dan harmonisasi pelayanan ibadah haji oleh Pengurus IPHI Kabupaten Sidoarjo. Kasi PHU Drs Khaidar MAg memberitahukan adanya pendaftaran Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI).
Spontan saya segera melengkapi data dan persyaratan awal dari rangkaian kegiatan di bidang pelayanan umrah dan haji. Saya telah kompeten untuk ikut seleksi Pembimbing Ibadah (Bimbad) PPIH 1446/2025.
Akhirnya, saya mendaftarkan diri sebagai Bimbad PPIH melalui Kemenag Sidoarjo. Dan, dinyatakan lolos seleksi pertama pada 2 Desember 2024. Ditetapkan oleh Kepala Kanwil Kemenag Jatim Dr KH Ahmad Sruji Bahtiar. Dari sembilan peserta yang dinyatakan lolos, saya menempati nomor urut ke-7.
Saya semula mengira proses lanjutan seleksi masih lama. Ternyata, Kasi PHU (Penyelenggara Haji dan Umroh) Drs H Khoidar MAg memberi tahu bahwa waktu seleksi itu tinggal esok hari. Seingat saya, seusai acara Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten Sidoarjo.
Saya pun secara maraton segera membuat akun baru. Dibantu staf Kemenag Sidoarjo dan putri saya, Farra Lailatus Sa'idah, saya melampirkan persyaratan dan surat-surat pernyataan. Termasuk, rekomendasi dari organisasi masyarakat atau pondok pesantren.
Foto-foto pribadi proses Abah Makin sebagai tim bimbingan ibadah haji. (Dokumen Pribadi)
Saya kemudian minta tolong Gus Khobir atau KH Abdul Khobir Huda. Beliau adalah pemangku Ponpes Al Falah, Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo. Alhamdulillah, semua persyaratan akhirnya terpenuhi. Selanjutnya, tinggal saat tes di Asrama Haji Sukolilo.
Waktu itu, saya teledor. Tidak membuka email yang berisi informasi tentang pelaksanaan tes di Asrama Haji Sukolilo. Persiapan mendadak. Untungnya tes pertama lolos. Meski begitu, saya masih harus mengikuti ujian berikutnya di level Kanwil Kemenag Jatim di Asrama Haji Sukolilo.
Yaitu, ujian tulis komputer (computer assisted tes/CAT) dan wawancara. Saya dapat posisi di nomor ke-9. Padahal, kuota untuk petugas Bimbad PPIH kloter dari Kabupaten Sidoarjo ”hanya” membutuhan 8 orang.
”Wis, durung wayahe. (Sudahlah, belum waktunya." Begitu kata-kata dalam batin saya setelah dikabari Kakan Kemenag Sidoarjo Drs H Mufi Imron Rosyadi MAg.
Seiring perjalanan waktu, ”panggilan ajaib” ternyata datang. Saya dapat informasi bahwa kuota formasi untuk Bimbad Kloter Haji Sidoarjo memungkinkan bertambah. Masih ada peluang untuk masuk. Dengan syarat mengajukan permohonan. Termasuk, mengikuti bimtek (bimbingan teknis) mandiri.
Saya memilih pasif saja sebenarnya. Bahkan, saat bimtek dilaksanakan, saya malah dapat amanah untuk mendampingi jamaah umrah. Saat itu, hati, jiwa, pikiran, dan jasad saya merajuk. Selalu merindukan berada di Tanah Suci.
Setelah pulang dari umrah, saya terbiasa bersilaturahmi dan menemui beberapa ulama kharismatik. Salah satunya, Romo KH Ahmad Soeroso, pemangku Ponpes Darul Musthofa, Gondanglegi, Malang. Sepintas membahas ke-NU-an.
Entah mengapa, lagi-lagi batin saya terus merajuk. Hati sering berdebar-debar. Saya sempat konsultasi dengan Hakim Jaily, Dirut dan Pimred TV 9, seputar ikhtiar saya menjadi Bimbad PPIH 2025/1446 H. Beliau yang memiliki jaringan luas di lingkungan Kemenag memberikan support.
Penjadwalan keberangkatan jamaah haji Embarkasi Surabaya dimulai awal Mei 2025. Dengan informasi sistem syarikah. One kloter one syarikah. Artinya, manajemen haji yang mulai diterapkan pada tahun 2022 ini berbeda karena Kementerian Haji Saudi Arabia menggunakan 8 syarikah.
Nah, hiruk-pikuk terjadinya beda syarikah dan beda kloter untuk satu keluarga, suami-istri, dan jamaah perlu pendampingan, saya ikuti perkembangan dan berita ter-update.
Abah Makin berada di jamarat, lokasi prosesi lempar jumrah di Mina, Saudi Arabia. (Foto: Dokumentasi Pribadi).
Ada kabar dari Kemenag Jatim yang membuat jantung saya berdenyut lebih kencang. Melalui informasi dari Kemenag Sidoarjo, ternyata nama saya diajukan dalam permohonan untuk menjadi Bimbad pengganti. Karena, ada petugas yang mengalami musibah, Saiful Arif.
”Tolong Abah Makin. Kirim data-data sertifikat pembimbing haji, SKCK, piagam, dan lain-lain terkait kesediaan sebagai pembimbing ibadah. Kalau usulan disetujui, baru bikin MCU (medical check up), surat keterangan bebas narkoba dan buka rekening Bank Mandiri.” Begitu penjelasan Kasi PHU Kemenag Sidoarjo Drs H Khoidar MAg.
Singkatnya, di balik kepasrahan dan ikhtiar saya itu, ternyata PPIH menyetujui saya sebagai bimbad. Antara percaya dan tidak. Saya diyakinkan bahwa prosesnya tinggal menunggu surat keputusan dari PPIH.
Semua telah diatur oleh Yang Maha Mengatur segalanya, Allah SWT. Begitu ada kepastian disetujui, semua proses MCU, surat keterangan bebas narkoba, dan pembukaan rekening Bank Mandiri dimudahkan. Pada hari Jumat, 23 Mei 2025, semua bisa tuntas. Alhamdulillah.
Tiga hari kemudian, 26 Mei 2025, Plt Ketua PPIH atau Sekretaris Dr H Sugiyo membuat surat panggilan masuk asrama sebagai PPIH Kloter. Bersama Luqman Hakim Hamid (ketua Kloter Sub-94), Samiadji Makin Rahmat (pembimbing), Heni May Yunanti (dokter), dan Yeni Nurhayati (perawat). Padahal, sebelumnya terinfo di Kloter 97 (Kloter Sapu Jagad atau terakhir).
”Pokoknya, kalau Allah SWT sudah berkehendak, semua dimudahkan.” Itu keyakinan saya. Contohnya, saya pemeriksaan kesehatan, tensi awal saya sangat tinggi 200-130. Begitu baca sholawat, menjadi 170-103. Masih batas normal. Bahkan, sampai saya salat Jumat di RSUD RT Notopura Sidoarjo, tetap normal.
Abah Makin berada di tenda jamaah haji Indonesia di Mina, Makkah al Mukarromah. (Foto: Dokumentasi Pribadi).
Inilah. Benar-benar ada keajaiban. Bahkan, ketika waktu keberangkatan tersisa dua hari, ternyata tukang jahit Adam Taylor masih menyisakan dua potong seragam size L dan satu rompi. Semuanya sudah diatur oleh Sang Maha Pengatur.
Bismillah. Dengan izin Allah SWT, saya pun berangkat. Menjalankan tugas sebagai bimbad serta menunaikan rukun maupun wajib haji. Bagi saya, Kloter 94 adalah Kloter Langit. Benar-benar keajaiban.
Sekali lagi, yakinlah bahwa jika Allah SWT sudah berkehendak, Kun fayakun. Jadi, maka jadilah. Tidak akan ada yang mampu menghalangi. Semoga menjadi haji mabrur. Allahu Akbar 3 X…. Walillaahil Hamd. (*)