Khofifah Dukung Pengajuan KH M Bisri Syansuri sebagai Pahlawan Nasional

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Rudi

23 Januari 2023 09:00 23 Jan 2023 09:00

Thumbnail Khofifah Dukung Pengajuan KH M Bisri Syansuri sebagai Pahlawan Nasional Watermark Ketik
Khofifah saat mengunjungi makan KH M Bisri Syansuri di Jombang ( foto : Humas Pemprov Jatim )

KETIK, SURABAYA – Saat menghadiri Haul ke-44  KH M Bisri Syansuri , ke-74 Nyai Hj. Nur Khodijah dan Harlah Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Kab. Jombang (22/1) malam. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansah menyampaikan dukungan  penuh pengajuan sosok KH. M. Bisri Syansuri sebagai pahlawan nasional.

Menurut Gubernur Khofifah, Kiai Bisri memiliki jasa besar dalam perjuangan bangsa terutama saat resolusi jihad serta dalam memajukan pendidikan pada kaum perempuan.

Hal itu  dirasa penting mengingat perjuangan KH. M. Bisri Syansuri saat menjadi komandan dan membantu mengomunikasikan gerakan Hizbullah dan Sabilillah bersama para santri saat resolusi jihad merupakan sentral komando pergerakan pasukan.

Foto Khofifah saat mengunjungi makan KH M Bisri Syansuri di Jombang ( foto : Humas Pemprov Jatim )Khofifah saat mengunjungi makan KH M Bisri Syansuri di Jombang (Foto : Humas Pemprov Jatim )

“Kepada dzuriyah Denanyar, saya secara khusus menyampaikan  proses pengajuan KH. M. Bisri Syansuri menjadi pahlawan nasional agar dimaksimalkan pemenuhan persyaratannya ,” ungkap Gubernur Khofifah usai acara.

Sebagaimana diketahui, KH. M. Bisri Syansuri  adalah seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir 18 September 1886 di Tayu, Pati, Jawa Tengah. Semasa kecil, Bisri muda belajar pada KH Abd Salam, seorang ahli dan hafal Al-Qur’an dan juga ahli dalam bidang fiqih.

Di sana, ia belajar ilmu nahwu, saraf, fiqih, tasawuf, tafsir, hadits. Gurunya dikenal sebagai tokoh yang disiplin dalam menjalankan aturan agama. Usia 15 tahun, mulai belajar ilmu agama di luar tanah kelahirannya, pada kedua tokoh agama yang terkenal pada waktu itu yaitu KH Kholil Kasingan Rembang dan KH Syu’aib Sarang Lasem.

Bisri muda juga berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Di pesantren inilah ia kemudian bertemu dengan KH Abdul Wahab Chasbullah, seorang yang kemudian menjadi kawan dekatnya hingga akhir hayat di samping sebagai kakak iparnya.

Lalu Kiai Bisri berguru kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng. Di pesantren itu, beliau belajar selama 6 tahun. Beliau memperoleh ijazah dari gurunya untuk mengajarkan kitab-kitab agama yang terkenal dalam literatur lama mulai dari kitab fiqih Al-Zubad hingga kitab hadits seperti Bukhari dan Muslim.


Pada tahun 1912 sampai 1913, beliau  berangkat melanjutkan pendidikan ke Makkah bersama KH Abdul Wahab Chasbullah. Di Tanah Suci  itu, mereka belajar kepada Syekh Muhammad Bakir Syekh Muhammad Said Yamani Syekh Ibrahim Madani, dan Syekh Al-Maliki. Juga kepada guru-guru Kiai Haji Hasyim Asy’ari, yaitu Kiai Haji Ahmad Khatib Padang dan Syekh Mahfudz Tremas.

Saat di Makkah, Kiai Bisri meminang adik  KH Wahab Chasbullah yakni Nur Khodijah. Pasca menikah keduanya tinggal dan menetap di Tambak Beras, Jombang. Mereka dikaruniai sembilan orang anak yang salah satunya yakni Sholihah. Sholihah menikah dengan Kiai Wahid Hasyim yang juga merupakan ayah dari mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Bersama sang istri, KH. M. Bisri Syansuri mulai merintis pendirian pesantren di atas tanah milik pribadi yang terletak di Desa Denanyar pada tahun 1917. Sebelum adanya Pesantren Mambaul Maarif, Desa Denanyar merupakan “daerah hitam”.

Saat itu, warga di sana menjalani hidup tanpa mengindahkan kaidah moral dan ajaran Islam. Perjudian, perampokan, tindak kekerasan, perzinaan, dan perilaku maksiat lainnya menjadi pemandangan sehari-hari. Kondisi inilah yang justru menyemangati pasangan Kiai Bisri Syansuri dan Nyai Hj Nur Khodijah dalam berdakwah.

Seiring bertambahnya waktu, pendekatan dakwah Kiai Bisri Syansuri dan Nyai Hj Nur Khodijah semakin diminati masyarakat, khususnya kaum wanita. Mereka mulai terbuka pandangannya.

Masyarakat mulai memahami bahwa dalam ajaran Islam kedudukan wanita dimuliakan. Sejak saat itu, Pesantren Mambaul Maarif bukan hanya tempat kaum pria mendalami agama Islam, tetapi juga bagi kaum wanita. Dari situlah cikal bakal lahirnya Pondok Pesantren Putri Mambaul Maarif.

Dari perjalanan panjang tersebut, Gubernur Khofifah mengatakan, pengajuan gelar pahlawan nasional untuk Kiai Bisri ini sama sekali  bukan kepentingan  keluarga  atau dzurriyat. Melainkan menurutnya hal tersebut menjadi bagian penting dari catatan  perjalanan sebuah bangsa.

“Saya tadi komunikasikan dengan Staf Khusus Menkopolhukam  karena Pak  Menkopolhukam adalah ketua dewan gelar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana proses pengajuan tersebut dilakukan. Karena jika ada kekurangan dokumen, kami akan lengkapi,” tuturnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

KH M Bisri Syansuri Khofifah pahlawan nasional ponpes Mambaul Ma’arif Jombang