KETIK, KEDIRI – Mitra kerja Perum Bulog Kediri, Jawa Timur, buka suara soal tudingan tidak menyerap gabah milik petani di Nganjuk. Menurut mereka, tudingan tersebut tidaklah tepat yang berakibat pada pencopotan jabatan Kepala Perum Bulog Kediri Imam Mahdi.
“Itu tidak tepat, hal itu dibuktikan selama ini Mitra Bulog terus mengerjakan pengeringan gabah dari serapan petani di Nganjuk dan Kediri,” kata Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi Dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) Kediri, Kamis, 27 Maret 2025.
Beny mengatakan, jika sekarang ini ada sekitar 14 orang pengusaha penggilingan beras yang menjadi Mitra Bulog Kediri. Mereka pun merupakan bagian dari PERPADI yang siap menerima gabah dari petani untuk diproses.
Lanjut dia, memang ada keterbatasan kapasitas mesin pengering (pengering) gabah yang tidak seimbang dengan hasil panen raya. Ditambah lagi, banyak gabah yang diserap dari petani kualitas gabahnya sangat rendah.
Gabah tersebut dalam kondisi basah bercampurnya biji hampa dan sampah daun padi sehingga mencapai proses pengeringan di tingkat mitra. Proses pengeringan yang seharusnya bisa selesai dalam waktu 10-12 jam, bisa lebih lama hingga 40 jam.
Pihak mitra Bulog pun mengaku biaya produksi akan membengkak dan mengakibatkan kerusakan mesin pengering. Seiring dengan pencopotan Kepala Pimpinan Perum Bulog Kediri, mitra kerja akan fokus dengan apa yang sebelumnya menjadi tanggung jawab terkait pemrosesan menjadi hasil giling.
Rata-rata Bulog Kediri itu nyerapnya justru dari Nganjuk. Sedangkan kapasitas driyer seluruh mitra sekitar 500 ton/ hari, sedangkan hasil panen dari Nganjuk dan Kediri mencapai lebih dari 500 ton/ hari,” jelasjelasnnya
PERPADI Kediri juga memberikan apresiasi capaian yang dilakukan Bulog Kediri dalam menyerap beras dan gabah dari petani yang menyentuh diangka 154,19 persen dan sudah melebihi target. Gabah dari petani Nganjuk dan Kediri sampai akhir Maret 2025 mencapai 18.394.455 kg / 18 Ribu Ton lebih.
Senada dengan itu, mitra Bulog lainnya, Afnan Subagio, mengungkap bahwa gabah atau padi dengan kualitas rendah juga akan memperlambat program swasembada karena gabah dengan kualitas rendah, juga akan menghasilkan beras dengan kualitas rendah pula.
“Pentingnya pemuliaan cara dan waktu panen juga sangat mempengaruhi padi yang akan diproses,” ungkap mitra maklon Bulog lainnya ,Yimmi Stepanoes, dalam menyambut program unggulan Bapak Presiden Prabowo Subianto,swasembada pangan 2025. (*)