Pascainsiden Pelemparan Bus Persik, Arema FC Pertimbangkan Hengkang dari Kanjuruhan

12 Mei 2025 15:08 12 Mei 2025 15:08

Thumbnail Pascainsiden Pelemparan Bus Persik, Arema FC Pertimbangkan Hengkang dari Kanjuruhan
Pemain Arema FC saat menjalani sesi latihan di Stadion Kanjuruhan, Malang. (Foto: Instagram Arema FC)

KETIK, MALANG – Kekhawatiran mendalam menyelimuti Arema FC pascainsiden pelemparan bus tim Persik Kediri. General Manager (GM) Arema FC, Yusrinal Fitriandi, mengungkapkan bahwa klubnya mempertimbangkan secara serius untuk tidak lagi menjadikan Stadion Kanjuruhan sebagai kandang mereka dalam waktu dekat. 

Keputusan ini merupakan respons atas insiden yang terjadi usai pertandingan Liga 1 2024/2025 pada Minggu, 11 Mei 2025.

Yusrinal menyampaikan kekecewaannya terhadap berbagai aspek penyelenggaraan pertandingan, terutama terkait keamanan yang berujung pada insiden pelemparan bus tim tamu. 

"Kita kecewa dengan beberapa stakeholders pertandingan kemarin," ujarnya dalam pernyataan resmi klub pada Senin, 12 Mei 2025, mengisyaratkan ketidakpuasan terhadap jaminan keamanan yang diberikan.

Pertimbangan untuk meninggalkan Kanjuruhan tidak hanya didasari oleh insiden pelemparan. Yusrinal menyinggung beban berat yang dirasakan klub, mulai dari perjuangan mempertahankan eksistensi selama tiga tahun tanpa dukungan langsung suporter di kandang, hingga tuntutan ekspektasi berlebihan saat akhirnya kembali ke Malang. 

"Tiga tahun kami berusaha mempertahankan eksistensi klub. Bersungguh-sungguh untuk kembali ke rumah sendiri. Sementara itu banyak pihak tiada henti mencaci maki klub. Kami terasa sudah berdarah-darah. Namun hasilnya seakan-akan kita tidak dihormati di sini," ungkapnya.

Lebih lanjut, Yusrinal menyoroti lemahnya antisipasi dan penanganan keamanan di luar area stadion, tempat terjadinya pelemparan bus Persik. 

"Pihak keamanan mohon lakukan evaluasi. Laga kemarin itu level renpam high risk match, dan Arema FC sudah penuhi semuanya. Kami prihatin kejadian pelemparan bus Persik terjadi di area zona 4, di luar area stadion yang menjadi konsen pihak keamanan," jelasnya.

Manajemen Arema FC merasa menjadi pihak yang selalu dipersalahkan atas insiden tersebut, padahal lokasi kejadian berada di luar tanggung jawab langsung panitia pelaksana (Panpel). 

"Manajemen selalu jadi bahan cercaan, seolah pelaku utamanya pelemparan bus. Sekali lagi kejadiannya terjadi di area zona 4 di luar kawasan stadion dan jauh dari kewenangan Panpel. Semestinya bisa diantisipasi," tutur Yusrinal.

Yusrinal mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini. 

"Polisi harus tangkap dan ungkap pelaku dan motif pelemparan bus Persik Kediri. Jika pelaku kecewa terkait penyelenggaraan atau kecewa karena Arema FC kalah, kenapa tidak dilimpahkan ke kami?" tanyanya.

Seruan perubahan dan introspeksi bagi semua pihak terkait juga menjadi penutup pernyataan Yusrinal. Namun, yang menjadi sorotan utama adalah ancaman nyata Arema FC untuk tidak lagi berkandang di Kanjuruhan. 

Arema FC mempertimbangkan terkait masa depan Singo Edan dalam sisa kompetisi Liga 1 musim ini, terutama mengenai kemungkinan tidak bermain di kandang sendiri, Kanjuruhan. (*)

Tombol Google News

Tags:

Arema FC Stadion Kanjuruhan kanjuruhan Malang