KETIK, SIDOARJO – Orang banyak mengenal Ketua MPC Pemuda Pancasila Sidoarjo H Mursidi ST sebagai sosok yang keras, kuat, dan cadas. Bak tiang beton gedung bertingkat. Namun, dalam pori-porinya yang terdalam, H Mursidi punya ruang nan lembut. Halus. Religius. Seperti saat Safari Religi Pemuda Pancasila ini.
Sabtu pagi, 19 April 2025, puluhan pengurus Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Sidoarjo terlihat berkumpul. Ketua dan pengurus Anak Cabang Pemuda Pancasila dari 18 kecamatan. Mereka hendak melakukan Ziarah Wali selama dua hari. Sabtu dan Ahad (19 dan 20 April 2025). Safari Religi Pemuda Pancasila Sidoarjo 2025.
Bus sudah siap berangkat dari depan rumah H Mursidi. Di Jalan Kemiri, Kota Sidoarjo. Tepat sesuai jadwal, pukul 07.00. Bersama istri, anak, menantu, dan cucu-cucunya, H Mursidi menunggu. Peserta dipastikan tidak ada yang ketinggalan. Rata-rata pakai gamis, sarung, atau baju takwa. Persiapan telah matang.
Rombongan pun memulai start. Doa safar berkumandang. Dari Sidoarjo, menuju Makam Sunan Ampel di Surabaya berlanjut ke pesarehan-pesarehan lain Wali Sanga. Sampai ke Sunan Kudus dan Sunan Kali Jaga di Jawa Tengah. Perjalanan bakal finish pada Senin Subuh, 21 April 2025.
Rombongan Safari Religi Pemuda Pancasila Sidoarjo bersiap berangkat dengan bus AC ekonomi dari rumah H Mursidi di Desa Kemiri, Sidoarjo. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
”Safari religi ini langkah kebersamaan. Kita semua berharap. Semoga Pemuda Pancasila selalu bisa diterima, dibutuhkan, dan berguna bagi masyarakat,” ungkap H Mursidi yang telah memasuki usiia 60 tahun.
Ada tujuan mulia yang lebih besar. Seluruh pengurus dan anggota Pemuda Pancasila Sidoarjo bermunajat agar Kabupaten Sidoarjo selalu selamat. Derajat pemimpinnya diangkat. Terhormat. Jangan sampai terjadi lagi kasus-kasus korupsi yang berujung kurungan terali besi bagi bupati dan mantan bupati.
Masyarakat sudah mafhum. Bahwa tiga kali sudah Bupati Sidoarjo dan mantan Bupati Sidoarjo terkena kasus korupsi. Peristiwa dem peristiwa meninggalkan memori sedih bagi kabupaten berpenduduk sekitar 2 juta jiwa ini.
”Kita akan menyesal bila sampai terjadi tragedi jilid keempat,” ungkap ayah 4 anak tersebut.
Bacaan sholawat, dzikir, dan tahlil mewarnai Safari Religi Pemuda Pancasila Sidoarjo 2025 ini. Di setiap pusara Wali Sanga yang bersejarah, jamaah ziarah berdoa dengan khusyuk. Besar harapan mereka agar pemimpin-pemimpin Sidoarjo selalu kompak dalam membangun Kota Delta. Rukun.
Bupati Sidoarjo dan Wakil Bupati adalah satu kesatuan. Saling menjaga, mengerti tugas, memaham peran. Amanah dalam mengemban tanggung jawab untuk menjaga wilayah sekaligus menyejahterakan rakyatnya. Bersama-sama mengabdi setidaknya sampai 5 tahun ke depan.
”Mampu mengangkat lagi Sidoarjo sebagai daerah yang terhormat,” ungkap H Mursidi, yang juga dikenal sebagai pengusaha sukses di bidang konstruksi itu.
Sudah menjadi rahasia umum. H Mursidi sejak lama dikenal memiliki keluarga yang berada. Kalau soal kendaraan, di rumahnya hampir selalu ada jenis mobil keluaran terbaru. Suzuki, Honda, Toyota, Mutsibishi, BMW, dan sebagainya. Jenis mobil rata-rata kendaraan mewah.
Namun, selama Safari Religi Pemuda Pancasila Sidoarjo 2025, keluarga tajir itu naik bus bersama semua anggota. Makan nasi kotak. Minum air mineral gelasan dan botolan. Nyemil krupuk gorengan wedhi. Sederhana, tapi bermakna.
Kebersamaan tecermin sepanjang perjalanan. H Mursidi, istri, anak, maupun cucunya ikut naik bus. Kelasnya pun bukan bus VIP atau eksekutif. Namun, suasana kekeluargaan menciptakan rasa aman dan nyaman. Pengurus Pemuda Pancasila Sidoarjo yang juga pengusaha di berbagai bidang mengikutinya.
”Seumur-umur baru kali ini saya naik bus kalau di Indonesia. Kalau di luar negeri pernah. Asyik juga ternyata sama-sama keluarga,” ungkap salah seorang kerabat H Mursidi.
Lawatan ke makam-makam Wali Sanga ini sesekali diselingi humor. Tantangan berhadiah. Seorang anggota Pemuda Pancasila asal Sukodono dapat berkahnya. Namanya Dilan. Lelaki 40 tahun itu meladeni challenge Abah H Mursidi.
”Siapa yang pakai daster, dapat hadiah Rp 500 ribu,” ungkap H Mursidi lewat WA Group Pemuda Pancasila.
”Oke,” seru Dilan.
Jika yang lain-lain mengenakan gamis, sarung, dan baju takwa, Dilan memilih tampil beda. Dia memakai jubah. Pernik-pernik perak mengkilat mewarnai kancing baju tradisional Arab berwarna hitam yang melekat di tubuh pria berkopiah putih tersebut.
”Mas Dilan, ayo maju,” panggil H Mursidi saat berada di atas bus. Dilan pun dengan bersemangat segera mendekat. Pasti ketiban rezeki nomplok ini. Mursidi menyerahkan sepuluh lembar uang Rp 50 ribuan. Pas Rp 500 ribu.
”Alhamdulillah Abah. Barokallah, Abah,” ucap Dilan berulang-ulang. Dia berjalan kegirangan di antara kawan-kawan yang riuh bertepuk tangan. H Mursidi yang memang dikenal dermawan itu pun tersenyum.
”Jubahe sopo iku Mas Dilan,” tanya mereka.
”Iki klambine bojoku,” ujarnya lantas tertawa.
Di depan anggota dan keluarga rombongan ziarah, H Mursidi mengatakan dirinya ingin menepati janji. Sesuai tantangan di grup. Menepati janji adalah nilai-nilai yang diajarkan oleh agama dan Pancasila.
”Anggota Pemuda Pancasila wajib meresapinya,” tegasnya.
Jamaah ziarah wali Safari Religi Pemuda Pancasila selesai berdoa di Makam Sunan Ampel, Surabaya, pada Sabtu pagi. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Ziarah dan doa bersama ini juga melengkapi ikhtiar-ikhtiar Pemuda Pancasila Sidoarjo untuk ikut berkontribusi bagi Kabupaten Sidoarjo. Untuk kalangan internal, Pemuda Pancasila Sidoarjo punya kegiatan Bengkel Akhlak. Setiap Rabu pahing dan peringatan Hari-Hari Besar Islam.
Bengkel Akhlak Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila ini mengupas akhlak dan nilai-nilai Pancasila. Selain masyarakat umum dan anggota Pemuda Pancasila Sidoarjo, tokoh-tokoh agama juga hadir. Kiai-kiai kampung maupun ulama nasional. Tempatnya berpindah-pindah.
Apa tujuan Bengkel Akhlak ini? Kegiatan tersebut diharapkan menjadi wadah bagi anggota Pemuda Pancasila untuk terus berusaha memperbaiki diri, memperkuat keimanan, serta meningkatkan kontribusi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Kredo Pemuda Pancasila begitu kuat.
”Dengan Semangat Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang.” (*)