KETIK, SURABAYA – Perubahan kurikulum yang tengah berlangsung di Indonesia, dikenal dengan nama Kurikulum Merdeka. Bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dan pendidik untuk mengembangkan potensi mereka tanpa terbebani oleh banyaknya materi ajar yang terlalu padat.
Kurikulum ini mengutamakan pada pengembangan karakter, kreativitas, dan keterampilan siswa yang lebih aplikatif.
Penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia berlangsung secara bertahap dan akan dipertahankan sebagai kurikulum nasional.
Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberi fleksibilitas kepada guru dan mengutamakan materi esensial, serta pengembangan karakter siswa.
Hasil asesmen menunjukkan sekolah yang mengimplementasikannya mengalami kemajuan signifikan dalam literasi dan numerasi. Namun, ada tantangan terkait kesiapan guru dan infrastruktur yang perlu dipersiapkan lebih lanjut.
Penerapan Kurikulum Merdeka menunjukkan hasil positif, terutama dalam peningkatan literasi dan numerasi di sekolah-sekolah yang menerapkannya. Meski begitu, tantangan seperti kesiapan guru dan infrastruktur masih ada.
Kurikulum ini telah diimplementasikan secara sukarela di sebagian besar sekolah dan akan menjadi kebijakan nasional mulai 2021, dengan harapan bisa terus memperbaiki kualitas pembelajaran secara menyeluruh.
Pengamat Pendidikan Isa Anshori menjelaskan Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang menekankan pada proses pembelajaran bukan hasil dari sebuah pembelajaran.
Proses pembelajaran dan bermain pada kurikulum merdeka. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
"Problemnya adalah belum semua guru dan sekolah bisa beradaptasi dengan penghargaan terhadap sebuah proses. Sering kali masih terlihat anak diukur dari hasil, sehingga Kurikulum Merdeka kehilangan makna, menjadi kurikulum tahun 1994, guru menjadi standar," jelas Isa saat dihubungi Ketik.co.id pada Minggu 24 November 2024.
Menurutnya, Kurikulum Merdeka menekankan pada proses pembelajaran bukan hasil. Kurikulum ini sangat penting untuk anak.
"Padahal Kurikulum Merdeka menekankan pada kepentingan terbaik anak, yang pada akhirnya proses belajar harus dilakukan berdasar pada kepentingan terbaik anak," jelas laki-laki Surabaya ini.
Mengenai, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengungkapkan gagasan menarik mengenai Deep Learning sebagai pendekatan baru dalam dunia pendidikan.
Deep Learning, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Pembelajaran Mendalam, bukanlah sekadar kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa.
Menurut pandangan Isa, pendekatan deep learning adalah strategi yang menekankan proses pembelajaran bukan hasil.
"Deep learning yang sedang digagas Pak Menteri melalui tiga pendekatan, mindful learning, meaningful learning dan Joyful learning, adalah strategi belajar yang menekankan proses, ada kesesuaian antara makna merdeka belajar dan deep learning," ucapnya.
Ia mencontohkan sebagai pendekatan Growth Learning yang pernah digagas oleh Carol Deck dan para ahli pendidikan humanis, atau yang pernah dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara dan Kiai Ahmad Dahlan.
Mengenai pengajar yang mengeluhkan ketidak sesuaikan output dari Kurikulum Merdeka, Isa menyebut bahwa guru hanya berfokus pada hasil, bukan fokus pada proses.
"Contoh sederhana bagi guru akan lebih mudah membuat indikator 1 + 1 = 2, daripada guru membuat indikator 2 itu didapat dari mana?," terang Bapak yang memiliki hobi membaca ini.
Mengenai kurikulum yang cocok untuk pelajar di Indonesia, Isa menyebut bahwa yang terpenting adalah implementasi untuk kepentingan terbaik anak.
"Menurut saya semua kurikulum baik, tinggal apakah implementasinya baik, di situlah yang menjadi pertaruhan, bagi saya kurikulum yang baik itu adalah kurikulum yang mengedepankan kepentingan terbaik anak, sehingga dalam prosesnya memaksa guru melakukan perubahan dalam pendekatan belajar," ucap Isa Anshori.
Adanya perubahan Kurikulum Merdeka ke Deep Learning, Isa menekankan pentingnya melihat para pendiri bangsa dari Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mbangun Kerso, Tut Wuri Handayani.
"Bagaimana guru menjadi teladan, menjadi inspirasi dan menjadi penggerak melalui taman-taman pendidikan yang memanusiakan," jelasnya.
"Asahlah pisau dari sisi tajamnya, jangan asah pisau dari sisi tumpulnya, pandu guru dengan kurikulum dan model belajar yang bisa mengetahui sisi kompetensi terbaik siswa dan mampu memproses siswa berdasar ketajaman yang dimiliki," pungkas Isa Ansori. (*)