Setiap peradaban akan menghadirkan generasi yang dicita-citakan bersama, mewujudkan harapan dan teladan dalam meneruskan sejarah perjuangan bangsa. Tumbuh kembangnya generasi tidak terlepas dari sejarah panjang perjuangan sosok teladan yang dilahirkan di negeri ini, salah satunya adalah Kartini.
Sosok inspirasi yang mengajarkan kemandirian untuk tetap berdiri kokoh dengan membangun kemajuan dalam pendidikan.
Upaya dalam gerak langkah Kartini membangun gerakan berkemajuan ini diawali dalam membangun literasi dengan menggugah motivasi baik dirinya maupun generasi pada masanya untuk mengenal potensi dan minat bakat yang dimiliki untuk selanjutnya dilatih sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Kartini termotivasi untuk membangun cita-citanya dengan belajar berbahasa dan menulis sampai beliau mampu membangun komunikasi dengan teman sahabatnya dari luar negeri.
Meskipun Kartini belajar ragam informasi dari luar negeri namun upaya membangun budaya lokal tentang nilai dan budaya daerah senantiasa tetap diajarkan kepada teman-teman dan generasi di masanya. Kartini juga mengajarkan keterampilan seperti menjahit, membuat kerajinan tangan dan hal serupa lainnya.
Adapun ragam ide/gagasan Kartini tertuang dalam perjalanan hidupnya/rekam jejaknya, baik dari kumpulan surat yang dibukukan para sahabatnya yang berjudul Door Duistemis tot licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) maupun dari biografi hidupnya.
Berdasar Buku Perjuangan Wanita Indonesia setelah Kartini tahun 1904-1964, memuat pesan bahwa ada tugas bersama yang belum tuntas dari generasi di masanya untuk generasi setelahnya; sebagai tongkat estafet pelangsung sejarah.
Kartini muda merintis perjuangan dan pesan bagi generasi, Bukan hanya bagi perempuan saja, namun menjadi pesan bagi generasi selanjutnya. Dalam pesan yang tertulis di buku Perjuangan Wanita Indonesia, Kartini berupaya membuka jalan melalui kegiatan kewiraswastaan yang dalam ungkapan beliau ‘ Zaman baru yang saya inginkan telah masuk ke dalam masyarakat kami’.
Ungkapan tersebut menjadi salah satu pesan bermakna bagi generasi bahwa kesiapan menghadapi perubahan atau yang saat ini dikenal sebagai masa disrupsi (fenomena perubahan yang mengubah tatanan lama menjadi sesuatu yang baru) senantiasa menjadi suatu hal yang akan dihadapi setiap generasi di manapun, kapanpun di mana suatu generasi bertumbuh.
Oleh karenanya generasi akan melalui perjalanan berupa proses sesuai dengan keadaan/masanya. Seperti ungkapannya “hidup ini terlalu indah, terlalu sedap untuk dihancurkan dengan ratap tangis akan hal-hal yang sebenarnya bisa diubah”
Meski Kartini menyadari zaman/masanya belum memungkinkan bagi terwujudnya cita-cita namun harapan untuk generasi dari masa ke masa menjadi magnet kebaikan bersama.
Membangun perubahan diperlukan strategi yang adaptif sesuai masanya. Diperlukan peran-peran generasi sebagai Sumber Daya Manusia yang mempersiapkan transformasi menuju kebaikan bersama. Salah satunya dalam membangun literasi yang diharapkan mampu memberikan edukasi awal bagi generasi menuju perubahan tersebut.
Diselaraskan dengan pesan Kartini kepada generasi ada beberapa hal yang menjadi perhatian bersama: Pertama, Kartini mengajak kepada generasi untuk tidak menyerah pada keadaan. Generasi mampu membangun literasi dan menjadikan potensi serta minat bakat yang dimilikinya sebagai modal dasar dalam mengambil peran-peran strategis di masyarakat.
Dimana di masanya, Kartini melatih dan mengajarkan tentang membaca, menulis dan ragam keterampilan seperti menjahit dan keterampilan lainnya maka di masa saat ini dan kedepan, harapan adanya ketersediaan ruang keterampilan akan mengasah talenta generasi dan bermanfaat untuk kemajuan bersama.
Kedua, Kartini mengajak generasi untuk membangun sikap mental yang positif. Hal ini menegaskan bahwa tempaan yang melatih generasi sebagaimana juga yang sudah dilalui di masa Kartini membutuhkan daya juang dan daya tahan yang kuat. Integrasi antara ilmu pengetahuan dan penguatan Imtaq akan membangun kesadaran bersama dalam upaya membenahi akan pentingnya kontribusi generasi.
Dalam perubahan yang cepat seperti saat ini dibutuhkan ide/gagasan strategis yang diawali dalam membuat tujuan baru yang searah sesuai dengan masanya. Serta upaya menyikapi lahirnya ragam perbedaan, keterbukaan informasi dan komunikasi merupakan kebutuhan generasi dimana literasi diperlukan.
Ketiga, Kartini mengajak generasi untuk belajar pengetahuan dan keahlian. Kompetensi sebagai keterpaduan antara ilmu pengetahuan, keahlian dan sikap sudah menjadi satu cita-cita Kartini dalam membangun generasi ke depan.
Fenomena ini dikuatkan dengan Kartini membuka ruang kegiatan perempuan; saat itu dalam geliat keterampilan seputar keterampilan rumah tangga seperti menjahit, membuat kerajinan tangan dan hal serupa lainnya yang saat ini mampu diteruskan generasi dalam menyalurkan minat bakat yang beragam.
Ketiga pesan tersebut terangkum dari surat-surat Kartini yang mengungkapkan perlunya generasi berwiraswasta/berwirausaha agar menjadi ahli di bidangnya. Kompetensi yang dimaksud saat ini tentunya adalah kompetensi baru yang dapat menangkap peluang baru yang hadir sesuai kebutuhan generasi saat ini. Semoga.
*) Dr Dyah Pikanthi Diwanti, SE, MM merupakan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)