KETIK, SURABAYA – Dalam upaya meningkatkan pengendalian penyakit pada kelompok penyakit tidak menular, Prodia kembali menyelenggarakan seminar nasional dokter tahun 2024 di Surabaya, Minggu (11/8/2024).
Tema yang diusung kali ini "Unlocking the Code: Genomics Insight for Clinicians". Seminar ini mengangkat informasi mengenai kecocokan serta respons tubuh terhadap obat berdasarkan profil genomik.
Prof. Yogiarto menjelaskan, dalam proses perawatan banyak sekali obat yang digunakan dalam penyakit jantung dapat menyebabkan Adverse Drug Effect (ADE) dari tingkat ringan hingga fatal.
Oleh sebab itu, diperlukan analisa farmakogenomik untuk mengetahui kecocokan obat dengan profil genetik pasien penerima terapi jantung.
"Analisa farmakogenomik berguna untuk dapat memberikan obat sesuai personalized medicine, di mana seseorang perlu diterapi sesuai kecenderungan gen yang dimiliki," jelas Yogiarto, Minggu (11/8/2024)
"Melalui proses tersebut nantinya dokter dapat melakukan penyesuaian dosis serta dapat memilih jenis obat yang cocok terhadap gen pasien," imbuhnya.
Sementara itu, Product Specialist Prodia, Matthew Justyn, menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah menyediakan pemeriksaan CardioPGx.
CardioPGx merupakan pemeriksaan farmakogenomik untuk mengetahui kecocokan seseorang terhadap 8 jenis obat, meliputi Acenocoumarol, Atorvastatin, Clopidogrel, Phenprocoumon, Pravastatin, Rosuvastatin, Simvastatin, Warfarin berdasarkan gen CYP2C19, CYP2C9, VKORC1, CYP4F2, SLCO1B1, APOE yang dimiliki orang tersebut.
"Pemeriksaan ini menggunakan evidence based yang powerful dan juga variasi gen yang digunakan sudah diakurasi dengan database Indonesia," tambahnya.
Lebih lanjut, bahwa pemeriksaan genomik cukup dilakukan satu kali seumur hidup dan dapat dilakukan oleh individu berusia lebih dari 18 tahun.
Hasil dari pemeriksaan genomik nantinya dapat dijadikan sebagai manual book bagi seseorang untuk lebih mengetahui risiko penyakit dan langkah mitigasinya.
"Dengan pemeriksaan farmakogenomik secara jangka panjang dapat meningkatkan efektivitas dan juga efisensi terapi. Dan ini hanya perlu dilakukan sekali saja," pungkasnya.(*)