Rizal Ramli Skakmat Pemimpin Bermental Inlander

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Moana

11 Juli 2023 07:17 11 Jul 2023 07:17

Thumbnail Rizal Ramli Skakmat Pemimpin Bermental Inlander Watermark Ketik
Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli.(Dok.KETIK)

KETIK, JAKARTA – Tokoh Nasional Rizal Ramli kembali melontarkan pernyataan terkait proporsional kepemimpinan bangsa. 

Ia mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki mental highlander, bukan inlander. Lontaran pernyataan itu mendapat tanggapan positif dalam sebuah diskusi dengan para milenial. Termasuk pakar politik. 

Pengamat Geopolitik Tulus Sugiharto mengungkapkan, inlander merupakan ejekan penjajah Belanda pada kaum pribumi Indonesia. Inlander berarti kalangan bawahan, kalangan budak, atau kalangan terbelakang. 

Karena pada zaman penjajahan Belanda dulu, kerap ada tulisan 'Verboden voor honden en inlander' di kolam renang mereka. 

"Kira-kira artinya anjing dan pribumi dilarang masuk," ujar Tulus dalam keterangan kepada wartawan menanggapi pernyataan Rizal Ramli, Selasa (11/7/2022). 

Namun itu adalah kisah masa lampau. Sebab pada 15 Juni 2023 kemarin, Pemerintah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. 

Di mana sebelumnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia 29 Desember 1949 hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) 23 Agustus 1949.  

"Kalau mengacu pada pengakuan Belanda 29 Desember 1949, maka kemerdekaan Indonesia seperti dikasih (pemberian, red). Beda sama 17 Agustus 1945 yang berasal dari hasil revolusi dan perjuangan," ucap Tulus. 

Kepada generasi muda Generasi Z (Gen Z), Tulus mengajak menguak kembali alasan mengapa Indonesia harus merdeka. 

Karena sebagaimana termaktub pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 45, disebutkan ada empat tujuan berdirinya negara Republik Indonesia.

Antara lain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Cita-cita mulia ini disebut Tulus semestinya sudah membumihanguskan dan menghapus status inlander bangsa ini. 

Namun, Rizal Ramli dalam sebuah wawancara di YouTube menyesalkan masih ada pemimpin bangsa yang bermental inlander. Memiliki mental orang terjajah padahal  berkuasa dan berpendidikan.  

"Contohnya ada pejabat bilang, orang asing lebih hebat dari orang kita. Ada lagi yang bilang buruh asing berkali-kali lipat lebih produktif dari buruh kita," ujarnya memberikan sindiran pedas. 

"Terus  bayar utang luar negeri dengan bunga yang lebih tinggi? Tiongkok minta agar APBN jadi jaminan untuk penjamin pinjaman atas proyek kereta api cepat. Terus ada Pengamat politik dari Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie bilang, Omnibus Law menguntungkan pengusaha besar dan investor dan pekerja asing dan lain-lain," kata Tulus menambahkan. 

Maka ia tak heran jik kondisi ini membuat Rizal Ramli mengungkapkan pernyataan tersebut. Pemimpin harus berubah. Dari mental inlander menjadi highlander

"Kalau dulu pejuang Skotlandia menjadi highlander yang punya fisik yang trengginas sehingga tidak mudah ditaklukkan oleh asing. Kedekatan kaum highlander dengan kaum Viking menyebabkan orang Viking di Skandinavia  dan Nordic yang dulu terisolir, penuh es dan miskin kini bisa menjadi bangsa yang kuat secara ekonomi," ujar Tulus membandingkan. 

Ia memberikan contoh seperti Islandia, Finlandia, Swedia, Norwegia dan Denmark. Tiga negara itu, kini merupakan deretan negara yang masuk daftar 10 negara ternyaman dan maju di dunia.

Rizal Ramli Anti Mental Inlander

Soal mental highlander dalam memajukan negara, Tulus memberikan dua jempol kepada sosok Rizal Ramli. Menteri lintas presiden, pakar ekonomi dan sederet pengaruhnya dalam secara dunia global tak main-main. 

"Bang RR (Rizal Ramli) itu inlander atau highlander? Apa karena  pernah kuliah di Boston hingga lulus jadi doktor, jadi antek barat? Apa karena pernah jadi penasehat di PBB jadi pro asing?," ujar Tulus. 

Ia membeberkan sederet kekritisan dan perjuangan Rizal Ramli selama ini ketika menjabat di pemerintahan.

Rizal Ramli begitu keras mengkritik proyek 35 ribu megawatt Perusahaan Listrik Negara (PLN). Proyek ini ia sebut tidak realistis dan hanya akan membuat PLN terhuyung memikul beban utang lalu lunglai. 

Dia juga begitu lantang mengkritik Garuda Indonesia soal rencana pembelian Airbus 350. Sama seperti 35 ribu megawatt. Rencana pembelian itu disebut tidak realistis.

"Intinya itu program itu bakal merugikan," tandas Tulus. 

Tulus mengungkapkan, ada lagi cerita. Pada suatu ketika, politisi Amerika pernah bertanya kepada Rizal Ramli. Apakah ia bisa diatur oleh Cina? 

"Apa anda bisa diatur oleh Cina? Bang RR balik tanya, loe bisa atur gue nggak? Kata si bule, nggak bisa. Langsung Bang RR bilang, loe aja ngak bisa, apalagi Cina. Skakmat.  Bang RR bukan inlander,  bukan 'anjing' orang asing. Dia kaum highlander," kata Tulus.(*)

Tombol Google News

Tags:

Dr Rizal Ramli Inlander Highlander Tulus Sugiharto Pemimpin Bangsa Tokoh Nasional