KETIK, MALANG – WALHI Jawa Timur menyoroti rencana penebangan pohon akibat proyek drainase di Jalan Soekarno Hatta (Soehat) Kota Malang. Alih-alih perbaikan drainase, WALHI mengajak Pemkot Malang menggunakan pendekatan berbasis lingkungan untuk mengatasi banjir.
Hal tersebut disampaikan Wahyu Eka Setyawan, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jatim dalam pernyataan resminya. Penebangan pohon, menurutnya, bukan solusi tepat untuk mengatasi banjir.
"Penebangan pohon tetap merupakan langkah yang salah dan kontraproduktif terhadap upaya mitigasi banjir. Pohon memiliki peran penting dalam menyerap air hujan, mengurangi erosi tanah, serta menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan," ujarnya, Sabtu 15 Maret 2025.
Meskipun pohon yang ditebang akan digantikan dengan bibit baru, namun butuh waktu puluhan tahun agar pohon tersebut dapat berfungsi secara ekologis. Begitu pula dengan proyek perbaikan drainase yang bukan menjadi solusi tepat.
Menurutnya, banjir yang kerap terjadi di Kota Malang bukan hanya akibat kekurangan drainase. Tata kelola ruang yang buruk hingga alih fungsi lahan yang tak terkendali. Kondisi itu membuat kurangnya resapan air, sehingga menyebabkan banjir.
"Berdasarkan kajian Aliansi Selamatkan Malang Raya, hanya sekitar 17,73 persen dari luas wilayah, atau 1.966,06 hektar dari 20 persen RTH yang seharusnya tersedia di Kota Malang. Itupun bentuknya taman kota, kebun bibit, hutan kota, dan RTH pada jalur tengah jalan, dan lainnya," katanya.
WALHI meminta Pemkot Malang mencari alternatif lain untuk mengatasi banjir, salah satunya melalui pendekatan ekologi. Terdapat 4 tuntutan yang dilayangkan, mulai dari penghentian penebangan pohon dalam proyek drainase, dan mengintegrasikan pendekatan berbasis alam.
Selain itu melakukan audit menyeluruh terhadap proyek drainase Kota Malang guna memastikan tidak ada penyalahgunaan anggaran dan proyek yang sia-sia. Juga dengan melibatkan masyarakat dan organisasi lingkungan dalam perencanaan tata ruang agar kebijakan yang diambil berpihak pada kepentingan lingkungan dan warga.
"Kami menegaskan bahwa perencanaan kota yang tidak berbasis ekologi hanya akan membawa bencana bagi warganya. Kami mengajak masyarakat Kota Malang untuk mengawal kebijakan ini agar tidak merugikan lingkungan dan hak hidup yang sehat bagi generasi mendatang," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat turut menyampaikan permohonan maafnya kepada masyarakat yang khawatir dengan wacana penebangan pohon di Jalan Soehat.
"Saya juga menyampaikan permohonan maaf ke masyarakat Kota Malang yang sudah khawatir terkait hal ini. Kami juga baru tahu perencanaannya, baru saya cek hari ini. Jadi saya pastikan tidak sebanyak itu yang akan ditebang," katanya, Rabu, 12 Maret 2025.
Namun penebangan beberapa pohon di barat jalan bukan sesuatu yang dapat dihindari. Ia mengaku tidak ada alternatif lain selain penebangan pohon untuk perbaikan drainase, kendati jumlah pohon yang ditebang tidak sampai ratusan.
"Kita tidak bisa alternatif lain, tidak bisa menghindari. Tapi angkanya jauh di bawah ratusan. Eksekusinya insya Allah setelah lebaran, menunggu Pemprov Jatim," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala DPUPRPKP Kota Malang, Dandung Djulharjanto menjelaskan pohon yang terdampak pada proyek tersebut berada di sisi barat jalan. Selain itu, Pemkot Malang juga telah mengevaluasi bahwa pohon yang terimbas tidak mencapai ratusan.
"Pohon yang terdampak itu bukan di tengah, tapi tepi sebelah barat. Kalau ada rumor bahwa yang ditebang di tengah jalan, tidak benar. Itu sudah kami lakukan perencanaan, kalau gak perlu ya maka gak dilakukan pemotongan," ujar Dandung.(*)