KETIK, JOMBANG – Lima penari cilik lincah tampil di atas panggung pada acara Hari Peduli Autisme Sedunia 2025 yang digelar Yayasan Seribu Warna Jombang Minggu pagi, 25 Mei 2025. Mengenakan kain kebaya dan kostum mahkota emas, senyum rekah mereka tak pernah berhenti.
Sebelumnya, juga ada musikalisasi puisi. Delapan murid tampil didampingi para guru dan wali murid. Mereka naik panggung mengenakan kostum bunga-bunga dan matahari di acara yang mengangkat tema ‘Berjalan Setara Dalam Keberagaman’ tersebut.
“Sekarang dengarkan kami dengan seksama. Kami bisa rasakan mentari meski tak tahu wajahnya. Jemari ini pandai bicara pada dunia, meski telinga tak sejernih mereka. Tubuh ini bantu ungkapkan semua. Ke manapun kami bisa, meski kaki ini terbatas,” ucap Dwi Fatmalasari, wali murid yang membacakan puisi berjudul Kita Bisa Walau Berbeda saat itu.
Di bawah panggung, tamu undangan dan ratusan masyarakat memperhatikan dengan seksama. Tepuk tangan spontan riuh saat puisi selesai dibacakan.
Autisme Tidak Menular
Kepala Yayasan Seribu Warna Salis Mustaqim mengungkapkan, acara Hari Peduli Autisme Sedunia 2025 yang pihaknya selenggarakan ini bagian dari upaya mensosialisasikan kesadaran masyarakat akan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Utamanya ASD (Autism Specturm Disoerder).
Dia menjelaskan, ASD bukanlah penyakit. Namun, salah satu kondisi seorang anak mengalami gangguan yang mempengaruhi kinerja otak.
“Anak-anak ASD hanya berbeda dalam kerja neurologis atau otaknya. Sehingga masyarakat tidak perlu takut tertular. Penanganan ASD bukan untuk menyembuhkan atau menormalisasinya, tetapi untuk memperbaiki kualitas hidupnya sesuai keunikan anak masing-masing,” jelas Salis Mustaqim.
Karena itu, dalam perayaan kali ini Yayasan Seribu Warna juga merangkai acara dengan Jalan Sehat bersama masyarakat. Harapannya agar masyarakat umum sadar dan paham tentang cara menangani maupun saat berhadapan dengan anak dalam kondisi ASD.
Acara Jalan Sehat bersama masyarakat memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia 2025. (Foto: Rifadin/Ketik.co.id)
“Juga sebagai pengingat, bahwa keragaman adalah kehendak Tuhan. Agar manusia saling belajar. Yang dibutuhkan adalah menerima mereka. Merayakan cara berfikir. Cara berinteraksi dan belajarnya saja yang berbeda,” tambahnya.
Ratusan Masyarakat ikut serta memeriahkan acara Jalan Sehat tersebut. Acara semakin meriah karena juga disediakan doorprize dengan hadiah utama sepeda listrik.
Bupati Jombang Dukung Pendidikan Inklusif
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jombang Hari Purnomo hadir langsung dalam acara tersebut mewakili Bupati Jombang Warsubi. Dalam sambutan membacakan pesan Warsubi, Hari menyampaikan Pemerintah Kabupaten Jombang berkomitmen membuka ruang partisipatif seluas-luasnya untuk Pendidikan inklusif di Jombang.
Dia juga menyebut Pemkab Jombang berkomitmen selalu mendorong kebijakan-kebijakan yang mendukung pendidikan inklusif, serta membuka ruang-ruang keberagaman untuk memberikan hak-hak yang sama untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Kota Santri.
Kadinsos Jombang Hari Purnomo (barju merah) memberikan sambutan. (Foto: Rifadin/Ketik.co.id)
Ujungnya tentu demi mengantarkan dan memberi ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan setara.
“Seluruh anak-anak di Jombang memiliki hak yang sama dalam tumbuh kembang mereka. Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. Setara dalam keberagaman. Bukan untuk diseragamkan,” ucap Hari Purnomo.
Yayasan Seribu Warna Aset Berharga Jombang
Yayasan Seribu Warna Jombang berdiri sejak 2005. Yayasan tersebut kini menaungi beberapa Lembaga Pendidikan. Di antaranya Terapi Center ABK Kembang Mekar; KB, TK, SD, SMP Inklusi Pelangiku; hingga Homeschooling Hayala.
Bukan hanya dari Jombang, para murid yang belajar di lembaga pendidikan ini datang dari kabupaten dan kota sekitar. Di antaranya Kediri, Nganjuk, hingga Mojokerto.
Yayasan Seribu Warna selama ini juga kerap menerima kunjungan dari para tenaga pendidik Lembaga Pendidikan lain se-Jawa Timur. Mereka datang untuk mempelajari kurikulum inklusi yang diterapkan di sekolah ini.
“Alhamdulillah, sejak anak saya belajar di Terapi KM (Kembang Mekar) Center banyak sekali perkembangan. Setiap program yang diberikan disesuaikan dengan masing-masing anak. Jadi saya tidak masalah harus pulang pergi dari Nganjuk setiap hari demi pendidikan anak saya,” ucap Yurike Oktarika, salah satu Wali Murid.
Rahmat, wali murid lainnya mengatakan, Yayasan Seribu Warna adalah aset berharga yang dimiliki Jombang. Dia mangatakan, mencari Lembaga Pendidikan inklusi hingga hari ini tidak mudah. Untuk Jawa Timur kebanyakan masih terpusat di kota-kota besar seperti Surabaya dan Malang.
“Tapi Lembaga Pendidikan ini hadir di daerah Jombang dengan kualitas yang begitu baik. Saya sebagai wali murid bersyukur dan sangat berterima kasih untuk itu,” ucapnya. (*)