Liputan Khusus Urbanisasi Kota Pahlawan [4/4]

Alasan Pendatang Mengadu Nasib di Surabaya: Peluang Kerja Besar

18 April 2025 06:04 18 Apr 2025 06:04

Thumbnail Alasan Pendatang Mengadu Nasib di Surabaya: Peluang Kerja Besar Watermark Ketik
Azmil Irma, salah satu pekerja pendatang di kota Surabaya. (Foto: Fitra Herdian/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Surabaya merupakan kota terbesar kedua Indonesia setelah Jakarta. Dengan banyak perusahaan, banyak warga luar kota mencoba mengadu nasib di kota ini.

Arfa Eka Wijaya merupakan salah satu warga asal Cikarang Jawa Barat yang memutuskan bekerja di Kota Pahlawan.

Jarak 744 kilometer dari Cikarang ke Surabaya tidak menghalangi semangatnya untuk bekerja.

Saat ditanya Ketik.co.id, apa alasan memilih Surabaya sebagai tempat mengadu nasib, dia menyebut karena alasan kedekatan emosional.

"Dulu sempat kuliah di sini. Dibanding kota lain, Surabaya nyaman dan unik saja," kata pria kelahiran Klaten ini.

Ia melanjutkan, selain faktor kedekatan emosional, alasan lainnya bekerja di Surabaya baginya seperti takdir.

"Saya dulu kerja di Jakarta. Terus dimutasi ke Surabaya. Jadi tanpa pikir panjang, ya sudah, akhirnya saya iyakan saja," tutur anak pertama dari 3 bersaudara ini.

Foto Arfa Eka Wijaya warga Cikarang Jawa Barat yang bekerja di Surabaya. (Foto: Arfan for Ketik.co.id)Arfa Eka Wijaya warga Cikarang Jawa Barat yang bekerja di Surabaya. (Foto: Arfan for Ketik.co.id)

Azmil Irma, pendatang lain di Kota Pahlawan mengungkapkan alasannya bekerja di Surabaya.

"Kebetulan saya bekerja sebagai pengajar di preschool. Alasannya di tempat asal saya belum ada yang sebaik di Surabaya dan saya ingin mengembangkan karir di sini," jelasnya.

Ia menyadari bekerja di Surabaya membuatnya berkembang. Tak hanya dari pekerjaan, melainkan juga dari lingkungan.

"Kurikulum di tempat saya mengajar berbeda dengan kurikulum merdeka, seperti sekolah di Indonesia pada umumnya," lanjutnya.

Azmil mengungkapkan, bahwa dirinya baru dua minggu bekerja di Surabaya. Meski begitu ia mengaku sudah menikmatinya.

Ia menjelaskan, saat ini dunia kerja sangat menantang. Adaptasi dan mau belajar menjadi kuncinya.

"Yang paling penting harus mengembangkan kemampuan. Bisa beradaptasi dengan tempat dan teman kerja juga menjadi nilai plus," tegas wanita berhijab ini.

Apindo: Modal Skill dan Keahlian Tidak Cukup Mencari Kerja

Urbanisasi menjadi pekerjaan rumah kota-kota besar. Salah satunya Surabaya. Terlebih setelah Lebaran, banyak orang ingin mengadu nasib ke kota besar untuk mengubah nasib.

Namun, sebelum memutuskan mengadu nasib ke kota besar ada baiknya untuk me-upgrade diri dengan kecakapan kompetensi dan keahlian. Dua kunci tersebut disampaikan Wakil Ketua Bidang K3 & Lindung Lingkungan serta Produktivitas Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur (Jatim) Nurul Indah Susanti.

"Tapi skill atau keahlian saja tidak cukup. Perusahaan perlu memprioritaskan sikap dan perilaku calon pekerja," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, perusahaan saat ini juga lebih selektif dalam membuka lowongan kerja, terutama dengan keterampilan dan sikap pekerja.

"Pekerja di era sekarang tidak memiliki banyak tantangan seperti era dulu. Generasi sebelumnya memiliki daya juang yang tinggi, ketika dimarahi guru atau orang tua masih memiliki daya survive," jelasnya.

Foto Wakil Ketua Bidang K3 & Lindung Lingkungan serta Produktivitas Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur (Jatim) Nurul Indah Susanti. (Foto: Kadin Institute)Wakil Ketua Bidang K3 & Lindung Lingkungan serta Produktivitas Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur (Jatim) Nurul Indah Susanti. (Foto: Kadin Institute)

Untuk itu bagi seorang urbanis yang hendak mencari kerja di kota besar seperti Surabaya, ada baiknya untuk memperhatikan hal ini.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Adik Dwi Putranto menyebut pihaknya sedang mendata lowongan kerja apa saja yang sedang banyak dibutuhkan di Jatim.

"Kita sedang mendata lowongan kerja yang dibutuhkan industri," katanya kepada Ketik.co.id.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi saat ini sedang tidak menentu. Terlebih faktor ekonomi global. Imbasnya bayang-bayang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih menghantui para pekerja. (*)

Tombol Google News

Tags:

Apindo Jatim Nurul Indah Susanti urbanisasi urbanisasi surabaya Kota Pahlawan Surabaya