Antisipasi Kejahatan Siber, FEB Unair Kolaborasi dengan BRI Edukasi UMKM

17 Juni 2025 11:43 17 Jun 2025 11:43

Thumbnail Antisipasi Kejahatan Siber, FEB Unair Kolaborasi dengan BRI Edukasi UMKM
Puluhan pelaku UMKM dan mahasiswa mengikuti talkshow bertema 'Gerakan Perisai Digital UMKM', di Aula Soepoyo FEB Unair, pada Sabtu, 14 Juni 2025. (Foto: Istimewa)

KETIK, SURABAYA – Kejahatan siber kini semakin marak. Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sangat rentan menjadi sasaran kejahatan tersebut. Apalagi pelaku UMKM semakin banyak yang berjualan secara digital, tetapi mereka tidak memiliki proteksi yang memadai terhadap serangan siber.

Untuk mengantisipasi ancaman kejahatan siber, Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Regional Office (RO) Surabaya menggelar talkshow bertema 'Gerakan Perisai Digital UMKM', di Aula Soepoyo FEB Unair, pada Sabtu, 14 Juni 2025. Kegiatan ini diikuti puluhan pelaku UMKM dan para mahasiswa Magister Manajemen FEB Unair.

Dalam kegiatan ini, BRI bersama Magister Manajemen FEB Unair memberikan sosialisasi menyeluruh mengenai berbagai bentuk kejahatan siber, seperti phishing, voice phishing (vishing), dan modus-modus penipuan lainnya. Tak hanya menjelaskan bentuknya, peserta juga diajarkan cara menghindari dan memitigasi dampak yang bisa timbul dari serangan tersebut.

Ketua Departemen Manajemen FEB Universitas Airlangga, Prof.Dr. Gancar Candra Premananto, SE., MSi. dalam sambutannya menjelaskan, kegiatan tersebut sangat penting dalam membantu pelaku UMKM dalam memitigasi risiko terhadap kejahatan siber. Pasalnya, seiring dengan perkembangan teknologi, pelaku financial fraud sangat teroganisir, sehingga pelaku UMKM harus memahaminya.

"Acara ini banyak manfaatnya bagi UMKM. Mereka tidak berjualan 1 hari tapi mendapatkan banyak manfaat. Selain ilmu juga bangga bisa belajar di Unair tanpa ujian dan dapat sertifikat," sebutnya.

Diungkapkan Gancar, banyak modus kejahatan keuangan yang sering dialami pelaku UMKM, seperti bukti pembayaran palsu oleh konsumen. Jika penjual tidak teliti atau mengecek terlebih dulu data pembayaran bisa jadi korban. Nah, mitigasi risiko seperti ini menurutnya harus bisa diantisipasi oleh pelaku UMKM.

"Semoga ini akan menjadi bekal ilmu yang sustain. Kami juga mendukung rencana jika nanti dibentuk hotline bersama antara BRI dengan Departemen Manajemen FEB, sehingga bisa membantu masyarakat dan pelaku UMKM agar aman dan nyaman dalam menggunakan layanan keuangan," ujarnya.

Tri Siwi Agustina, dosen mata kuliah Etika dan Creating Shared Value di Magister Manajemen FEB Unair, menyebutkan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari perkuliahan dan kontribusi nyata mahasiswa terhadap masyarakat. Menurutnya, UMKM sudah mulai sadar akan kejahatan digital, tapi ragam modus yang terus berkembang membuat mereka tetap rentan.

"Acara ini membuka wawasan pelaku UMKM bahwa ragam kejahatan siber kini makin kompleks. Harapannya, ilmu yang didapat tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga disebarkan ke keluarga dan karyawannya agar tidak jadi pintu masuk penipuan," kata Tri Siwi.

Dia juga menegaskan bahwa kegiatan seperti ini tidak berhenti di sini, melainkan akan terus berlanjut dalam bentuk pengabdian lain. Kolaborasi dengan BRI sendiri sudah lama terjalin melalui berbagai kegiatan bersama, termasuk program magang dan rekrutmen kerja.

Dosen FEB Unair yang juga jadi pembicara, Puput Tri Komalasari turut menyampaikan pesan penting bagi pelaku UMKM. Menurutnya, di era digital seperti sekarang, peluang memang terbuka luas, tetapi tantangan juga semakin kompleks. "Jadi catat baik-baik, bedakan mana penawaran dan mana penipuan. Uang kita bukan untuk ditipu, tapi untuk kita memajukan usaha. Teruslah jualan dan produktif, tapi jangan klik link yang tidak jelas," katanya mengingatkan.

Foto Pemateri menjelaskan BRImo dilengkapi  berlapis-lapis fitur keamanan canggih dari kejahatan siber. (Foto: Istimewa)Pemateri menjelaskan BRImo dilengkapi berlapis-lapis fitur keamanan canggih dari kejahatan siber. (Foto: Istimewa)

Assistant Vice President BRI Regional Legal Surabaya, Rendra Hartanto yang juga menjadi pembicara dalam talkshow tersebut menjelaskan, kegiatan ini adalah langkah konkret BRI untuk menjaga keamanan nasabah, terutama UMKM yang menjadi pilar penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kami merasa wajib untuk mengedukasi masyarakat, karena sebagian besar UMKM adalah nasabah BRI. Mereka perlu tahu bahwa serangan digital dapat datang kapan saja, dan mereka harus siap," ujar Rendra.

Rendra menyampaikan bahwa sebagai bentuk kelanjutan dari kegiatan ini, BRI bersama Magister Manajemen FEB Unair berencana membentuk satgas dan hotline bersama untuk membantu masyarakat dan UMKM yang menjadi korban kejahatan siber. Ini dilakukan demi memberikan rasa aman dan nyaman bagi UMKM dalam bertransaksi.

"Ini juga menjadi komitmen BRI, bahwa jika ada yang merasa mengalami penipuan digital, baik yang mengatasnamakan BRI atau pihak lain, jangan panik. Segera hubungi pihak resmi atau datang langsung ke kantor BRI," ucap Rendra.

Ditegaskannya, BRI berkomitmen untuk menjaga keamanan siber dan melindungi data serta dana nasabah dari kejahatan siber, termasuk peningkatan keamanan sistem. Seperti pada superapps BRImo, dimana dengan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan. Untuk mengakses transaksi perbankan BRImo juga dilengkapi dengan login biometric berupa face recognition dan fingerprint. Meski tak jarang beberapa nasabah masih menggunakan username dan password sebagai salah satu akses masuk ke dalam BRImo.

BRImo tak hanya mengandalkan satu, tapi berlapis-lapis fitur keamanan canggih. Salah satunya adalah Autentikasi Dua Faktor (2FA) Super Ketat, yang mewajibkan pengguna memasukkan PIN dan kode OTP (One-Time Password) yang dikirimkan ke nomor HP yang terdaftar saat install BRImo ataupun melakukan perpindahan device. Jadi pastikan nomor HP tersebut melekat di handphone yang digunakan untuk login.

Ada juga fitur blokir kartu untuk keamanan nasabah, terutama jika kartu ATM hilang atau dicurigai disalahgunakan. Nasabah dapat memblokir kartu melalui beberapa cara, termasuk aplikasi BRImo, internet banking BRI, call center, atau datang langsung ke kantor cabang BRI.

Keamanan privasi juga terus diupayakan karena BRI selalu mengedepankan perlindungan data nasabah. Rendra mengingatkan bahwa bank tidak dapat memberikan data nasabah kepada pihak lain tanpa izin, sebagai bentuk perlindungan terhadap privasi. Karena itu, edukasi menjadi senjata utama dalam menghadapi ancaman siber. "Kami percaya, edukasi yang tepat akan menjadi perisai terbaik bagi masyarakat," tandasnya.

Rizal Suryo Putro selaku Ketua Pelaksana kegiatan ini menyampaikan bahwa UMKM memegang peran strategis dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap PDB nasional dan penyerapan tenaga kerja. Namun, kemajuan teknologi juga membuka celah ancaman baru bagi mereka, yaitu kejahatan digital. Kegiatan ini menjadi wadah literasi digital yang penting, mengingat pelaku UMKM merupakan salah satu kelompok paling rentan terhadap cyber crime.

"Ini merupakan inisiatif perlindungan keamanan siber bagi UMKM di Tanah Air. Tujuan kegiatan ini adalah mendorong peningkatan kesadaran pelaku UMKM akan pentingnya menjaga data pribadi dan keamanan digital," jelasnya.

Lebih lanjut, Rizal menjelaskan bahwa ke depan BRI RO Surabaya bersama Magister Manajemen FEB Unair akan membentuk komunitas "Perisai Digital UMKM" yang dapat menjadi tempat berbagi informasi dan saling menguatkan antar sesama pelaku usaha, akademisi, dan perbankan. Dia berharap dengan terbentuknya komunitas ini, kasus phishing dan penipuan digital dapat ditekan secara signifikan, khususnya terhadap pelaku UMKM. "Komunitas ini akan jadi fondasi perlindungan bersama," ujarnya.

Menurutnya, ini merupakan bagian dari komitmen nyata BRI dalam mendorong peningkatan kualitas dan daya saing UMKM, yang notabene selama ini porsi penyaluran kredit UMKM mencapai 81,21%. (*)

Tombol Google News

Tags:

kejahatan siber BRI Edukasi UMKM FEB Unair Bank Rakyat Indonesia BRI RO Surabaya