KETIK, BLITAR – Di tengah gemerlap perayaan tahunan Blitar Jadoel, ada kekuatan diam namun terasa begitu nyata: semangat kolaborasi antara tokoh masyarakat, pemerintah, dan rakyat kecil.
Salah satu sosok yang kembali tampil di garis depan adalah Samanhudi Anwar, mantan Wali Kota Blitar yang kini dijuluki Panglima Kawulo Alit, pemimpin rakyat kecil.
Samanhudi bukan hanya hadir sebagai penonton, ia turun langsung ke lapangan, berbincang dengan para pedagang, mendengar keluh kesah mereka, dan mengajak mereka untuk bersama-sama menyukseskan Blitar Jadoel. Event ini bukan sekadar festival nostalgia, melainkan momentum persatuan.
“Ayo kita sukseskan event Blitar Jadoel ini, bagaimanapun baik buruknya Blitar adalah milik kita semua,” ujar Samanhudi dengan nada penuh semangat di hadapan para PKL, Selasa 17 Juni 2025.
Ia tak segan mendorong terciptanya ruang dialog antara rakyat dan pemerintah, menyuarakan harapan agar hubungan harmonis ini terus dijaga dan ditingkatkan.
“Ke depan, setelah ini kita fasilitasi lagi untuk bertemu dengan Wali Kota Blitar demi Blitar yang lebih baik lagi,” tambahnya.
Dedikasi Samanhudi tak luput dari perhatian publik. Dalam pelantikan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), ia dianugerahi penghargaan “Figure Are Loved By The People”. Sebuah pengakuan bahwa meski tak lagi menjabat, pengaruhnya masih kuat di hati warga Blitar.
Di sisi lain, perhatian dari Wali Kota Blitar saat ini, Syauqul Muhibbin atau yang lebih dikenal dengan Mas Ibin, juga menjadi penanda bahwa pemerintahan kota tidak kehilangan sentuhannya kepada rakyat. Langkah konkret yang dilakukan Mas Ibin dengan memberikan stan gratis bagi ratusan PKL, membuka ruang hidup yang lebih manusiawi bagi pelaku ekonomi kecil.
Andri, Koordinator PKL Kota Blitar, menyampaikan apresiasi yang tulus.
“Saya mewakili teman-teman PKL mengucapkan banyak terima kasih kepada Mas Ibin atas fasilitas stand gratis ini. Kami merasa sangat terbantu, bisa berjualan dan mendapatkan penghasilan dari Blitar Jadoel,” jelasnya.
Andri menambahkan bahwa keterlibatan dalam event tahunan seperti ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal harga diri.
“Kami merasa dianggap ada,” katanya.
Para pedagang pun tak segan menyuarakan rasa bangga mereka kepada pemimpinnya.
“Terima kasih Mas Ibin. Ini bukan cuma soal stand, ini soal kehadiran pemimpin di tengah rakyatnya,” kata seorang pedagang perempuan yang tengah menata dagangan kuliner khas Blitar.
Dari balik keramaian, terdengar pula suara harapan. “Kalau pemerintah seperti ini, rakyat kecil bisa tertawa lega. Ini benar-benar pesta rakyat,” ujar seorang PKL lain dengan mata berbinar.
Blitar Jadoel tahun ini menjadi lebih dari sekadar perayaan budaya dan sejarah. Ia telah menjelma sebagai arena kepercayaan, solidaritas, dan rekonsiliasi antara elemen masyarakat. Ketika pemerintah menyediakan ruang, dan tokoh masyarakat mengulurkan tangan, rakyat pun bergerak maju dengan penuh semangat.
Dalam suasana yang hangat dan penuh keakraban, terselip makna penting: bahwa membangun kota tidak melulu soal fisik, tetapi tentang menghadirkan keadilan, keberpihakan, dan peluang yang merata.
Blitar Jadoel 2025 pun menjadi contoh nyata bagaimana warisan masa lalu bisa menjadi panggung harapan masa depan. Sebuah wajah Blitar yang bersatu, merakyat, dan penuh daya hidup. (*)