BMKG, Waspadai MJO Mengintai Indonesia Barat

Jurnalis: Kuncoro S.
Editor: Rudi

30 Januari 2023 11:47 30 Jan 2023 11:47

Thumbnail BMKG, Waspadai MJO Mengintai Indonesia Barat Watermark Ketik
Maden Jullian Oscillation (MJO) diprediksikan kembali aktif di wilayah Indonesia bagian barat.(Ilustrasi: BMKG)

KETIK, SURABAYA – Hujan yang terjadi akhir Januari ini bisa dikatakan merata di provinsi Jawa Timur. Di Surabaya, misalnya, hujan yang terjadi Jumat, Sabtu dan Minggu sore lalu menimbulkan banyak genangan air hujan. Memang hujan tiga hari lalu intensitasnya cukup tinggi. 

Di Surabaya, misalnya di wilayah Surabaya Utara paling kena dampak yang serius akibat turunnya hujan deras dengan intensitas tinggi. Beberapa titik di Surabaya juga mengalami hal yang sama. Banjir sementara ini hanya berlangsung beberapa jam kemudian setelah hujan mereda.  

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan lebat, awan cumulonimbus, hingga gelombang tinggi hingga sepekan ke depan akibat adanya fenomena Maden Jullian Oscillation (MJO).

Dari hasil pantauan tersebut, fenomena Maden Jullian Oscillation (MJO) diprediksikan kembali aktif di wilayah Indonesia bagian barat.

MJO merupakan fenomena fluktuasi utama dalam cuaca tropis pada rentang waktu mingguan hingga bulanan. Pada laman Maritim BMKG, MJO dikatakan sebagai aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

Selain itu, BMKG juga mendeteksi adanya Monsun Asia masih cukup aktif dengan identifikasi terdapat aliran lintas ekuator, kemudian perlambatan angin dan belokan angin juga terbentuk di sekitar wilayah Indonesia.

Untuk diketahui, Monsun Asia merupakan angin yang bergerak dari arah barat membawa massa udara yang lebih banyak.

Guswanto membeberkan bahwa teramati bibit siklon tropis bibit 94S di Samudera Hindia sebelah barat daya Lampung dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam dan tekanan udara minimum 1005.0 mb dan bibit siklon tropis 90B yang teramati di Samudera Hindia sebelah barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam, tekanan udara minimum 1006.0 mb.

Potensi kedua bibit siklon tropis tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah. Kondisi tersebut berdampak pada cuaca di Indonesia dalam sepekan ke depan, di mana awan hujan yang tumbuh akan menimbulkan cuaca ekstrem.

Berdasarkan prakiraan berbasis dampak, berikut sejumlah wilayah dengan potensi siaga, potensi dampak hujan lebat, 28-30 Januari 2023: mulai dari Aceh, Sumatera Barat. Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah,DI Yogyakarta,Jawa Timur,Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta

Daerah di atas termasuk wlayah yang berpotensi alami hujan sedang-lebat.

Berdasarkan kondisi tersebut, dalam sepekan ini tepatnya 28 Januari - 2 Februari 2023 perlu diwaspadai adanya potensi hujan sedang hingga lebat di sejumlah wilayah, yaitu:Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Sulawesi Barat Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan

Selain itu, BMKG menyebutkan MJO memicu potensi awan cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL/Occasional) pada t28 Januari hingga 3 Februari 2023.

Awan cumulonimbus diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan, Samudera Hindia Barat Sumatera, Jawa Tengah, Samudera Hindia Selatan Jawa - NTT, Kalimantan Tengah, Laut Bali, Laut Sulawesi, Laut Flores, Maluku Utara dan Samudera Pasifik Utara Papua.

Kemudian di sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Laut Andaman, Teluk Benggala, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Sunda, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Laut Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah.

Terjadi juga di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Selat Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Teluk Tomini, Teluk Bone, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Laut Sawu, Laut Maluku, Laut Banda, Maluku Utara, Laut Halmahera, Laut Seram, Maluku, Laut Timor, Papua Barat, Laut Arafura, Teluk Cendrawasih dan Papua. (*)

Tombol Google News

Tags:

Maden Jullian Oscillation Indonesia barat