KETIK, BONDOWOSO – Perum Bulog Bondowoso hingga saat ini berhasil menyerap 10 ribu ton gabah petani di akhir April 2025. Adapun target penyerapan sendiri yakni dari 25 ribu ton yang ditetapkan.
Kepala Bulog Bondowoso - Situbondo, Hesty Retno Kusumastuti mengatakan pihaknya optimis bisa mencapai target 25 ribu ton.
Yakni dengan bersinergi melakukan penyerapan secara masif. Namun kendalanya, penyerapan dari KS (Kering Sawah) butuh mesin pengering dan curah hujan tinggi berpengaruh terhadap serapan.
"Programnya berlanjut, tak hanya berhenti bulan April. Lanjut bulan Mei. Kita meyakini serapan bisa dioptimalkan," ujarnya saat jumpa pers bersama awak media di Aula Bulog setempat, Rabu, 30 April 2025.
Menurutnya, pemerintah secara optimal akan memperbaiki apa yang kurang dalam mendukung swasembada pangan. Untuk itu, pihaknya melakukan evaluasi berkala oleh pusat untuk melakukan pengawasan terhadap kendala di lapangan.
"Sampai hari ini hampir semua penggilingan bekerjasama dengan Perum Bulog," lanjutnya,
Diakuinya, hasil koordinasi penyerapan meski belum mencapai target. Namun begitu ia optimis karena semua penggilingan melakukan penyetoran beras. Dan mengoptimalkan mitra Maklum yang secara pendanaan masih sangat minim.
"Ada kendala jumlah pengeringan namun berupaya mengoptimalkan dengan berkoordinasi sejumlah pihak terutama yang belum bekerjasama dengan Bulog," terang perempuan yang akrab disapa Hesty tersebut.
Untuk itu, Hesty menyebut membutuhkan sinergi dari berbagai pihak untuk mencapai target swasembada pangan tersebut.
Dandim 0822 Bondowoso, Letkol Arh Achmad Yani menambahkan, bahwa target penanaman Luas Tambah Tanam (LTT) 103 ribu hektar diharapkan berbanding lurus dengan hasil panen
Sementara panen raya menyebabkan proses pengeringan kewalahan untuk masuk ke penampungan gudang. Untuk itu, Kodim mendampingi LTT dan berkomunikasi langsung dengan Poktan dan PPL di lapangan.
"Pengering kita gak mampu menampung itu," tutur Achmad Yani.
Dandim mengemukakan, Bondowoso berada di peringkat atas luas tambah tanam sekitar 12 ribuan hektar. Jika melihat potensi daerah, Bondowoso harusnya mampu swasembada pangan dengan harapan petani dapat mencapai kemakmuran sesuai harapan dari pemerintah.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua DPRD Bondowoso Andi Wijaya mengaku sangat mendukung upaya ketahanan pangan demi kesejahteraan petani dan masyarakat. Sehingga ia yakin ke depan kendala-kendala yang dihadapi akan dapat diselesaikan.
"Tidak hanya soal ketahanan pangan, tapi juga mensejahterakan petani Bondowoso," tuturnya.
Ditambahkan oleh Ketua Komisi 2 DPRD Bondowoso, Tohari bahwa petani merasa sulit menjual hasil panen ke Bulog. Namun hingga saat ini tidak sampai 50 persen terserap oleh Bulog.
"Ada kendala Bulog tidak punya selep, RMU, lantai jemur, dryer. Dan masih bergantung 28 mitra," katanya.
Untuk itu ia menyarankan agar melibatkan mitra-mitra baru agar semakin banyak petani untuk menjual gabah ke Bulog. Sehingga akan dicarikan solusi untuk memperbanyak mitra yang punya lantai jemur gudang dan mesin giling.
" Mudah-mudahan ini bisa ditingkatkan," pungkasnya. (*)