Cor Unum et Anima Una, 125 Tahun Ursulin Cor Jesu Malang Diabadikan dalam Buku

10 Mei 2025 13:00 10 Mei 2025 13:00

Thumbnail Cor Unum et Anima Una, 125 Tahun Ursulin Cor Jesu Malang Diabadikan dalam Buku
Gedung Sekolah Suster Ursulin tahun 1920 di Celaket, Kota Malang. (Foto: sikn.malangkota.go.id)

KETIK, MALANG – Telah berdiri selama 125 tahun, Ursulin Cor Jesu Malang menjadi saksi bisu dinamika sejarah bangsa dan kokohnya nilai-nilai iman sejak era kolonial hingga kini. Perjalanan panjang ini kini diabadikan dalam buku "Cor Unum et Anima Una" karya Sr. Lucia Anggraini. 

Judul buku yang berarti "Sehati Sejiwa" ini merupakan nasihat terakhir Santa Angela Merici, pendiri Kompani Santa Ursula/Ursulin.

"Buku ini bersumber dari arsip Kronik Biara Kepanjen-Surabaya dan Malang tahun 1863–1986 terjemahan Suster Romana Haberhausen, OSU. Jadi penulisan kronik itu tradisi awal para suster pendahulu. Menyangkut apa yang ada di dalam maupun luar komunitas dan dunia," ujar Sr. Lucia, Sabtu, 10 Mei 2025.

Kronik tersebut diterjemahkan dari bahasa Belanda dan Prancis ke bahasa Indonesia. Penerjemahan tersebut untuk mengenang jerih payah suster pendahulu agar tak lekang oleh zaman.

Bersumber dari kronik tersebut, Sr. Lucia berusaha untuk melengkapi tulisannya dengan bukti otentik yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Ia pun menambahkan visualisasi dengan ilustrasi dan foto-foto yang sesuai.

"125 tahun adalah rentang waktu yang sangat panjang, untuk itu ada dua bagian buku. Bagian pertama berisi sejarah Ursulin Cor Jesu Malang sejak tahun 1900 hingga pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia akhir 1949. Bagian kedua mulai 1950-2025," jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa ada kejadian dan hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan Pemimpin Biara Surabaya-Kepanjen. Kejadian tersebut salah satunya Mѐre Angѐle Flecken, pemimpin muda biara Ursulin di Komunitas Kepanjen-Surabaya, memilih Malang sebagai sayap pelayanan baru.

Kemudian, Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flecken, Sr. Martha Bierings datang menempati biara di Jalan Celaket dan mulai membuka TK pada 1 Maret 1900. Secara perlahan, sekolah berkembang dan membuka jenjang SD dan asrama pada 1 Mei 1900.

Dilanjutkan pada 21 Juli 1903 berdiri Sekolah Pendidikan Guru Santo Agustinus. Namun akibat kedatangan Jepang, seluruh sekolah dipaksa untuk ditutup. Bahkan beberapa suster pun harus masuk ke kamp tawanan.

Asrama kembali dibuka setelah Jepang pergi dari Kota Malang. Namun mendengar rencana kedatangan NICA, pejuang kemerdekaan melakukan pembumihangusan terhadap bangunan besar, termasuk biara, gedung sekolah, dan asrama.

Pada 1951 para suster berusaha membangun kembali bangunan rusak dan mengganti SPG Santo Agustinus menjadi SMAK Cor Jesu yang hanya menerima siswa putri.

Dari beratnya perjuangan yang harus dihadapi, Sr Lucia berharap melalui buku tersebut cor values yang telah ditanamkan para pendiri dapat tetap dirasakan oleh masyarakat, dan siswa.

"Pilar-pilar peristiwa penting apa saja yang dialami. Tradisi-tradisi kehidupan dan nilai-nilai utama yang dihayati dan terus dihidupi sampai sekarang. Inilah yang ingin terus dilestarikan turun-temurun sebagai warisan berharga Ursulin, bagi anak-anak dan remaja, alumni, kaum pendidik, serta masyarakat," jelasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Ursulin Cor Jesu Malang Ursulin Malang 125 Tahun Ursulin Cor Jesu Malang Cor Jesu Malang