Demam Naturalisasi, Bagaimana Nasib Liga 1 yang Merupakan Rahim Timnas Indonesia?

Editor: Mustopa

20 Januari 2025 08:53 20 Jan 2025 08:53

Thumbnail Demam Naturalisasi, Bagaimana Nasib Liga 1 yang  Merupakan Rahim Timnas Indonesia? Watermark Ketik
Oleh: Agus Riyanto*

Salah satu upaya untuk mengangkat prestasi sepak bola, beberapa negara melakukan terobosan. Salah satunya dengan melakukan naturalisasi. Di kawasan Asia Tenggara, Singapura dan Filipina adalah negara yang mengawali naturalisasi dengan jumlah pemain lumayan banyak.

Setelah itu disusul Indonesia, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Laos. Hanya yang membedakan, Indonesia melakukan proses naturalisasi karena garis keturunan dan rata-rata dari Belanda.

Setidaknya dominasi keturunan Belanda menghiasi skuad Timnas Indonesia. Misal Jaz Idzas, Ragnar Oratmangoen, Tom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Sandy Walsh, Shayne Pattyname, Justin Hubner, Ivan Jenner, Rafael Struick dan Marc Klock.

Bahkan untuk menguatkan langkah lolos ke putaran final Piala Dunia 2025, PSSI sedang memproses beberapa pemain naturalisasi lainnya, sebut saja Ole Romeny dan Jairo Riedewaid.

Program besar PSSI ini sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia sekaligus sebagai pengungkit citra sepak bola Indonesia di level dunia.

Lalu bagaimana dengan nasib para pemain Liga 1 untuk masuk skuad Timnas Indonesia?

Liga 1 merupakan rahim Timnas Indonesia. Karena salah satu tujuan digelarnya Liga 1 atau kompetisi domestik ialah agar para pemain bisa menjadi tulang punggung Timnas.

Tanpa bermaksud tidak mendukung program PSSI, penulis berpandangan terkait motivasi para pemain Liga 1 untuk memaksimalkan prestasi akan sedikit terganggu di bawah bayang-bayang pemain naturalisasi.

Bisa jadi ke depan publik sepak bola di tanah air tidak akan lagi melihat nama Egi Maulana Vikri, Witan Sulaiman, Ernando Ari, Ramadhan Sanata dan lainya menjadi bagian skuad Timnas Indonesia.

Ini tentu harus menjadi catatan penting bagi PSSI. Sehingga motivasi para pemain lokal bisa terbangun. Ingat membela Merah Putih di level Internasional menjadi dambaan setiap atlet. Tak terkecuali para pesepak bola.

Sampai kapan program naturalisasi berakhir?

Tentu ini harus ada ketegasan para elit di tanah air. Sebab sebuah program itu tentu ada target-target serta batasan waktunya. Sebab talenta-talenta pemain berbakat di tanah air sebenarnya tidaklah terlalu jelek.

Terbukti ada beberapa pemain yang bermain Liga negara lain. Contohnya, Asnawi Mangkualam di Liga Thailand, Pratama Arhan di Liga Thailand, Ronaldo Kwateh di Liga Thailand dan Saddil Ramdani di Liga Malaysia dan Marcelino Ferdinand di Liga Inggris. Termasuk nama Rizky Ridho yang santer menjadi pembicaraan klub-klub Eropa.

Tidaklah berlebihan jika saja para elit sepak bola di tanah air membuat program jangka panjang untuk Liga domestik. Atau pun membuat program pengiriman pemain-pemain berbakat yang dikemas dalam satu tim untuk digodok di luar negeri dalam waktu lama.

Seperti era sebelumnya dimana PSSI mengirimkan tim Garuda 1 dan Garuda 2 ke Brasil, serta program PSSI Baretti dan PSSI Primavera ke Italia.

Bukan pula penulis membatasi ruang pemain naturalisasi membela Indonesia, namun harus ada target hingga kapan itu berakhir. 

Kita masih ingat dengan Singapura dan Filipina. Dua negara tersebut melakukan naturalisasi besar-besaran, terutama Singapura yang akhirnya menjadi negara yang disegani di kawasan Asia Tenggara dengan torehan 4 tropi Piala AFF. Pun demikian Philipina pernah mengalahkan Indonesia dengan skor telak.

Sekarang, Singapura dan Philipina menjadi salah satu tim underdog di kawasan Asia Tenggara. Ini mungkin bisa dijadikan pelajaran berharga untuk membangun tim kuat yang berkelanjutan. Bravo sepak bola nasional.

*) Agus Riyanto merupakan jurnalis Ketik.co.id Biro Trenggalek 

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Demam Naturalisasi bagaimana nasib Liga 1 yang merupakan rahim Timnas Indonesia